Bola.com, Jakarta - Nama Peter Withe dielu-elukan publik sepak bola Tanah Air setelah Timnas Indonesia melaju ke final Piala AFF 2004. Walau gagal juara, Tim Merah-Putih dinilai menampilkan permainan yang enak ditonton.
Timnas Indonesia disebut-sebut juara turnamen walau kalah dari Singapura. Pencinta sepak bola nasional menilai Tim Garuda semestinya juara, seandainya pemain lawan, Bhaihaki Khaizan, tidak melakukan tindakan tercela sengaja mencederai wonderkid Indonesia, Boaz Solossa.
Advertisement
Sayangnya, cerita sukses pelatih asal Inggris tersebut tak berlanjut pada Piala AFF edisi selanjut. Timnas Indonesia gagal total di hajatan akbar kawasan Asia Tenggara yang berujung pemecatan Peter Withe.
Piala AFF 2007 menjadi cerita memalukan buat Timnas Indonesia. Bagaimana tidak, Tim Merah-Putih untuk pertama kali gagal lolos ke semifinal alias terhenti di fase penyisihan grup pada turnamen sepak bola terbesar di Asia Tenggara ini.
Padahal, asa mengangkat trofi juara untuk kali pertama begitu tinggi. Dalam lima penyelenggaraan terakhir, Indonesia selalu berhasil melaju ke semifinal.
Bahkan dalam tiga edisi terakhir sebelum Piala AFF 2007, Indonesia tidak pernah absen di partai final dan mengakhiri turnamen dengan status runner-up secara beruntun.
Dengan latar belakang itu, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, langsung memberi target juara kepada Peter Withe sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia di Piala AFF 2007.
"Kalau Peter Withe gagal, posisinya langsung dievaluasi. Intinya, pokoknya Indonesia harus juara Piala AFF!" ucap Nurdin Halid ketika itu.
Pernyataan Nurdin tersebut didasari kegelisahannya melihat performa Timnas Indonesia jelang penyelenggaraan turnamen. Sihir Peter dinilai tak sedasyat tahun pertama kedatangannya.
Secara khusus, keinginan memenangi Piala AFF 2007 makin tinggi setelah kegagalan di turnamen Merdeka Cup di Malaysia pada Agustus 2006 dan BV Cup yang digelar di Vietnam pada November 2006.
Pemilihan pemain yang dilakukan Peter terkesan subjektif. Banyak pemain bagus yang tak dipanggil.
Peter bahkan sempat bersitegang dengan Boaz Solossa, bintang utama Piala AFF 2004. Sang pemain mendadak menghilang dari skuat inti Timnas Indonesia. Saat ditanya alasan kenapa tidak memanggil Boaz, Peter beralasan: "Boaz pemain yang tidak disiplin."
Boaz beberapa kali mangkir memenuhi panggilan pelatnas. Bocorannya, hal itu karena ia kesal abangnya, Ortizan Solossa, tak masuk skuat Merah-Putih.
Tak hanya relasi dengan Boaz yang disorot. Peter dinilai menyia-nyiakan bakat Bambang Pamungkas. Pemain yang kinclong bersama klub Malaysia, Selangor FA, hampir tak pernah dipanggil Timnas Indonesia. Namanya baru muncul, setelah petinggi PSSI melakukan intervensi.
Dan benar saja, riak-riak konflik internal membuat langkah Timnas Indonesia di ajang Piala AFF tertatih-tatih.
Pada Piala AFF 2007 Indonesia bak dinaungi kesialan. Pasalnya, Indonesia sebenarnya mengumpulkan poin lima, poin yang sama dengan dua tim yang lolos semifinal dari Grup B, yaitu Singapura dan Vietnam. Tim Merah-Putih terjegal karena selisih gol kalah jauh dari dua negara itu.
Vietnam dan Singapura punya selisih gol masing-masing 11 dan sembilan, sementara Tim Merah-Putih hanya surplus dua gol saja.
Penyebab semua itu, kendati Timnas Indonesia tidak terkalahkan di tiga pertandingan penyisihan grup, Tim Garuda tidak mampu menang banyak atas tim yang dianggap terlemah di Grup B, yaitu Laos. Di Grup B, Indonesia tergabung bersama Laos, Vietnam, dan tuan rumah Singapura.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mandul Gol
Bermain di National Stadium, Kallang, Singapura, Timnas Indonesia hanya bisa menang 3-1 atas Laos. Sebaliknya para pesaing, Vietnam mengalahkan Laos dengan skor 4-0, dan Singapura lebih gila lagi karena menang 11-0 atas Laos.
Padahal, di Piala AFF 2007, Peter Withe biasa memainkan pola 4-4-2. Tiga pertandingan penyisihan grup seluruhnya memakai pola itu. Pola sama yang diterapkan pelatih asal Inggris itu saat membawa Tim Garuda ke final Piala AFF 2004.
Peter Withe mempertahankan setidaknya 11 pemain yang turun di Piala AFF 2004. Nama-nama seperti Hendro Kartiko, Ismed Sofyan, Ilham Jaya Kesuma, Jendri Pitoy, Ponaryo Astaman, Firmansyah, Elie Aiboy, Saktiawan Sinaga, Syamsul Chaeruddin, Mahyadi Panggabean, Agus Indra Kurniawan masih ada di tim.
Soal pemilihan pemain, Peter Withe jadi objek sasaran kritik petinggi PSSI, karena dinilai cenderung memaksakan memasang pemain-pemain kesayangannya, walau mereka sedang tidak dalam kondisi bagus.
Ambil contoh Ilham Jaya Kesuma, mesin gol utama Timnas Indonesia di Piala AFF 2004, performanya tak memuaskan sepanjang penyisihan. Ia mandul gol. Faktanya, penurunan performa Ilham karena problem cedera yang ia dapat saat membela klub Malaysia, MPPJ Selangor.
Penyerang-penyerang lain layaknya, Budi Sudarsono, Zaenal Arief, Bambang Pamungkas, hanya jadi penghias bangku cadangan. Padahal mereka sedang dalam kondisi on-fire di klubnya masing-masing.
Peter dipersalahkan tak memanggil sosok Firman Utina atau Eka Ramdani. Jebloknya ketajaman Timnas Indonesia tidak lain karena di sektor tengah Tim Garuda tak ada pemain kreatif, penyuplai bola ke para striker.
Hanya mencetak enam gol dari tiga pertandingan fase grup juga menjadi catatan paling buruk sepanjang sejarah keikutsertaan timnas di Piala AFF.
Sebagai catatan, selain tampil di final dalam tiga edisi terakhir, bersama itu Timnas Indonesia juga menempatkan pemainnya jadi peraih gelar Golden Boot alias pencetak gol terbanyak.
Pada Piala AFF 2000 ada nama Gendut Doni Christiawan dengan lima gol, kemudian Piala AFF 2002 ada Bambang Pamungkas dengan delapan gol, serta Ilham Jaya Kesuma dengan tujuh gol pada Piala AFF 2004.
Keenam gol timnas Indonesia di Piala AFF 2007 dicetak Atep (2 gol), Saktiawan Sinaga (2 gol), serta masing-masing satu gol dari Ilham Jayakesuma dan Zaenal Arief. Bahkan bek timnas, Supardi Nasir, mencetak gol bunuh diri ketika menghadapi Vietnam.
Advertisement
Ruang Ganti Mencekam
Saat menjalani laga-laga penyisihan suasana internal Timnas Indonesia tak kondusif. Komunikasi antarpelatih dengan sejumlah pemain macet.
Sejumlah pemain merasa Peter Withe kerap tidak fair dalam memilih pemain inti. Ia cenderung memaksakan sejumlah pemain 'kesayangannya' bermain sekalipun kinerja mereka jeblok.
Seorang pemain senior, Budi Sudarsono, sempat naik pitam ke pelatih asal Inggris tersebut yang ia nilai terlalu menganakemaskan Ilham Jaya Kesuma di sektor depan Tim Garuda.
Jelang pertandingan penutup penyisihan, Budi yang saat itu membela Persik Kediri sempat melontarkan ancaman. "Kalau saya tak lagi dimainkan, saya bogem pelatih," kata sang pemain.
Nyatanya Peter hanya memainkan Budi sebagai pemain serep. Timnas Indonesia hanya bermain imbang 2-2 melawan tuan rumah penyisihan dengan mengandalkan duet, Ilham Jaya Kesuma dan Zaenal Arif.
Setelah pertandingan yang digelar pada 17 Januari 2007, suasana ruang ganti memcekam. Beberapa pemain menunjukkan secara frontal sikap tak respek mereka kepada Peter Withe. Ada insiden menonjok loker dan membanting sepatu di ruang ganti.
Ketua Badan Tim Nasional, M. Zein, melihat kejadian ini karena ada pihak yang memprovokasi. "Ada yang memanas-manasi pemain. Saya tak perlu sebut nama, tapi adalah. Dia punya kepentingan mengganti pelatih."
Kegagalan Indonesia lolos ke semifinal langsung direspons manajemen timnas dan PSSI. Timnas yang saat dimanajeri Andi Darussalam Tabusala dan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, mengeluarkan keputusan penting: memecat Peter Withe!
Keputusan cepat itu diambil karena enam bulan setelah Piala AFF 2007 (12 Januari-4 Februari), Timnas Indonesia akan berkiprah di Piala Asia 2007, di mana Jakarta menjadi satu di antara empat kota tuan rumah selain Kuala Lumpur, Hanoi, dan Bangkok.
Peter Withe pun harus menyerahkan tongkat kepelatihan timnas kepada Ivan Kolev sekembalinya dari Singapura. Praktis, Piala AFF 2007 jadi akhir era Peter Withe, yang menduduki kursi panas pelatih Timnas Indonesia sejak 2004.