Sukses


Bayu Pradana dan Hanif Sjahbandi, Membandingkan Gelandang Jangkar Terbaik Timnas Indonesia di Era Kekinian

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia punya begitu banyak pemain berkualitas di posisi gelandang jangkar. Namun, saat ini Tim Garuda memiliki Bayu Pradana dan Hanif Abdurrauf Sjahbandi merupakan pemain gelandang bertahan yang memiliki permainan yang elegan, baik saat membantu tim bertahan maupun ketika ikut membangun serangan tim.

Bayu Pradana merupakan pemain yang mengawali kariernya bersama Persis Solo pada 2010. Sempat hijrah ke Persipasi Bekasi, Bayu kemudian banyak menghabiskan karier di klub Kalimantan, mulai dari Persepar Palangkaraya, Persiba Balikpapan, Mitra Kukar, hingga kini di Barito Putera.

Namun, karier Bayu Pradana bersama Timnas Indonesia baru dimulai saat mendapatkan panggilan Alfred Riedl mengikuti pemusatan latihan di Solo dalam persiapan Piala AFF 2016. Bayu Pradana pun mendapatkan debutnya dalam laga uji coba kontra Malaysia pada 6 September 2016. Timnas Indonesia menang 3-0 dalam laga tersebut dan Bayu Pradana bermain penuh dalam laga itu.

Pertandingan debut itu didapatkan Bayu saat sudah berusia 25 tahun 4 bulan 18 hari, usia yang sebenarnya tidak aneh bagi pemain sepak bola untuk mendapatkan panggilan ke timnas. Namun, pemanggilan Bayu terasa istimewa mengingat sang gelandang bertahan tidak pernah masuk dalam timnas level junior.

Beda halnya dengan pemain semacam Evan Dimas Darmono, Rudolf Yanto Basna, atau Septian David Maulana, yang sebelum naik kelas ke meretas karier di Timnas Indonesia sempat mencicipi kesempatan unjuk kemampuan di level Tim Garuda Muda U-19.

"Rasanya bangga dan sangat bersyukur karena diberi kenikmatan bisa masuk ke Timnas Indonesia seperti ini. Setelah mendapatkan kesempatan ini, tentu saya harus bisa memberikan performa maksimal karena tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan dan dipanggil ke timnas seperti ini," ujar Bayu Pradana yang dijumpai Bola.com saat menjalani pelatnas di Karawaci, Tangerang, sebelum berangkat ke Manila.

Permainan tenang yang diperagakan oleh Bayu Pradana di tengah lapangan memang membuatnya tak begitu banyak mendapatkan sorotan. Pemain asal Salatiga ini memang terkenal kalem tapi mampu memberikan tekanan besar kepada lawan yang memegang bola di lini tengah. Bayu tak segan untuk langsung merebut bola dan mengalirkannya kepada rekan-rekan setimnya.

Setelah itu, Bayu Pradana terus mendapatkan kepercayaan dari Alfred Riedl untuk mengisi posisi gelandang bertahan Timnas Indonesia pada tahun itu, meski dua kali masuk sebagai pemain pengganti. Total Bayu Pradana langsung bermain dalam empat pertandingan yang dijalani Tim Garuda dalam persiapan menuju Piala AFF 2016 di Filipina itu.

Pemain Timnas Indonesia, Bayu Pradana berusaha melewati hadangan pemain Thailand pada laga Final leg kedua Piala AFF 2016 di Thailand, (17/12/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Kepercayaan Riedl untuk Bayu Pradana berlanjut di gelaran kejuaraan Asia Tenggara itu. Dari tujuh pertandingan yang dijalani Tim Garuda dari pertama hingga dua leg final kontra Thailand, Bayu Pradana tercatat enam kali bermain penuh dan hanya satu kali menjadi pengganti saat menghadapi Filipina di laga kedua fase grup.

Setelah itu, beberapa kali Bayu Pradana mendapatkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia. Ia tercatat menorehkan 1.413 menit bermain dalam 22 laga bersama Tim Garuda hingga saat ini.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Permainan Keras Darah Muda Indonesia, Hanif Sjahbandi

Sedikit lebih muda dari Bayu Pradana, ada Hanif Abdurrauf Sjahbandi yang bakal menjadi penyeimbang permainan Timnas Indonesia sekaligus tukang jagal pemain lawan di lini tengah. Berbeda dengan Bayu Pradana, tipikal permainan Hanif kerap mirip seperti dua pendahulunya, Hariono dan Syamsul Chaeruddin.

Permainan tegas menjurus keras memang kerap diperlihatkan pemain yang kini membela Arema FC itu. Usianya baru 22 tahun, tapi pemain yang tak sungkan mengumbar senyum kepada para penggemarnya itu kerap terlihat garang di lapangan hijau. Tekel keras dan body contact dengan pemain lawan menjadi ciri khas permainannya.

Berbeda dengan Bayu Pradana yang baru mendapatkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia pada usia 25 tahun, Hanif mendapatkan panggilan sejak Timnas Indonesia U-19 pada 2016. Ia kemudian menjadi langganan Timnas Indonesia U-22 asuhan Luis Milla yang saat itu mempersiapkan diri ke SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.

Kemampuannya tak hanya sebagai seorang gelandang bertahan, tapi juga sebagai bek tengah, membuat Luis Milla tak pernah melepasnya dari skuat Garuda Muda. Kemampuannya bermain lugas di depan area pertahanan dan kemauannya untuk membantu ke depan untuk melepaskan tembakan-tembakan keras memperlihatkan etos kerja yang sangat tinggi.

Namun, permainan kerasnya sempat membuatnya sedikit menyesal di SEA Games 2017. Saat menghadapi Vietnam yang merupakan pesaing kuat di fase grup, di mana kedua tim masih dalam perebutan tempat menuju semifinal, Hanif melakukan tekel berbahaya kepada pemain lawan yang berujung kartu merah. Beruntung Vietnam tak berhasil memanfaatkan keunggulan jumlah pemain, di mana laga berakhir imbang tanpa gol.

Gelandang Timnas Indonesia, Hanif Sjahbandi, menerima kartu merah saat melawan Vietnam pada laga SEA Games di Stadion MPS, Selangor,Selasa (22/8/2017). Kedua negara bermain imbang 0-0. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

"Saya sedih. Saya mengakui itu tadi adalah murni kesalahan saya. Saya lepas kendali, tapi saya mendapatkan pelajaran berharga dalam diri saya untuk lebih dewasa lagi. Tadi waktu berjalan sanat cepat, dan saat itu juga saya merasa menyesal. Sejujurnya itu menjadi penyesalan terbesar buat saya," ujar Hanif saat meninggalkan stadion.

Bahkan Luis Milla, sang pelatih Timnas Indonesia, memaklumi sikap Hanif. Menurut pelatih asal Spanyol itu, kartu merah itu karena sebuah kesalahan yang pasti pernah dilakukan oleh seorang pemain muda.

“Mengenai kartu merah Hanif, saya bilang ia adalah pemain muda dan kadang berbuat kesalahan dalam situasi seperti ini. Untuk ke depan, pemain-pemain muda harus lebih bisa kontrol emosi. Karena kompetisi ini kita perlu semua pemain,” tutur Milla setelah laga berakhir.

Namun, setelah itu Hanif tetap menjadi andalan bagi lini tengah Timnas Indonesia. Ia juga tetap menjadi bagian dari skuat Tim Garuda Muda di Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta.

Bicara soal level senior, Hanif Sjahbandi baru satu kali memperkuat Timnas Indonesia. Pengalaman itu didapatnya dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di kandang Uni Emirat Arab. Sayang laga tersebut berakhir dengan kekalahan telak Timnas Indonesia dengan skor 0-5.

Video Populer

Foto Populer