Bola.com, Jakarta - Hampir separuh hidup Boaz Solossa dihabiskan dengan seragam Persipura Jayapura. Hingga musim ke-15, pemain yang akrab dipanggil Bochi ini telah lima kali menggenggam trofi kompetisi paling elite di sepak bola nasional, termasuk Indonesia Soccer Championship (ISC) A dan tiga sepatu emas alias pencetak gol terbanyak.
Untuk mencaplok beragam gelar tersebut, Boaz Solossa disokong oleh partner lini depan yang juga produktif membobol gawang lawan. Lalu, siapa saja duet terbaik Bochi di Persipura?
Baca Juga
Advertisement
Liga Indonesia 2005 menjadi debut Boaz Solossa sebagai pemain profesional. Telat setahun mengingat Bochi telah dipanggil Timnas Indonesia lebih dulu pada Piala AFF 2004 ketika usianya masih 18 tahun!
Musim pertamanya bersama Persipura berujung juara. Ketika itu, Bochi mulai kerap diandalkan sebagai pemain utama. Dia bersaing dengan duo penyerang asing, Erick Mabengga dan Cristian Lenglolo plus striker lokal, Korinus Fingkreuw. Namun, dari statistik RSSSF, torehan gol keempat pemain itu tidak mencapai dua digit.
Boaz Solossa baru membentuk trio mengerikan bersama Alberto Goncales dan Ernest Jeremiah pada Liga Indonesia 2008-2009. Ketiganya total membukukan 67 gol. Penyerang yang kini berusia 34 tahun tersebut berhasil keluar sebagai top scorer dengan 28 gol sekaligus mengantar Persipura menjadi juara.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyerang Lokal Mulai Bersaing
Saat Persipura kembali menjadi juara Liga Indonesia 2010-2011, Boaz Solossa turut merengkuh sepatu emas. Dia menorehkan 22 gol. Ketika itu, Bochi berkolaborasi dengan penyerang lokal, Titus Bonai.
Kala itu, lini depan Persipura minus striker impor. Alhasil, Tibo, panggilan Titus, tampil produktif. Striker Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 ini membukukan 11 gol.
Hegemoni Persipura berlanjut dua tahun berselang. Tim berjulukan Mutiara Hitam ini berhasil meraih gelar keempat dalam delapan tahun terakhir. Bochi kembali merebut tahta sepatu emas. Dia mencetak 25 gol. Putra daerah kembali mengorbit sebagai partner Bochi. Dia adalah Patrich Wanggai, yang menorehkan 12 gol pada musim tersebut.
Lagi-lagi, Persipura tanpa diperkuat bomber asing. Mutiara Hitam banyak mengandalkan produk Papua. Sebut saja Ferinando Pahabol, Ricky Kayame, dan Lukas Mandowen. Bahkan, pemain tersubur Persipura kala itu dipegang oleh Otavio Dutra dengan sepuluh gol yang notabene merupakan bek tengah.
Hanya butuh tiga tahun lagi untuk Boaz mengantar Persipura merengkuh trofi tertinggi di kompetisi paling elite sepak bola nasional. Mutiara Hitam keluar sebagai yang terbaik di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016, sebuah kejuaraan yang tidak resmi pengganti kompetisi.
Namun, para pemain Mutiara Hitam tak mampu menembus persaingan top scorer. Untuk masuk ke-10 besar saja, Bochi dan kawan-kawan tidak sanggup. Kala itu, lini depan Mutiara Hitam masih didominasi pemain lokal. Selain Bochi, terdapat nama Lukas Mandowen dan Ferinando Pahabol.
Tiga tahun belakangan, produktivitas Bochi makin menurun. Pemain kelahiran Sorong, Papua ini hanya mampu mengoleksi sepuluh gol pada 2017, 11 gol pada 2018, dan sembilan gol pada musim lalu.
Advertisement