Bola.com, Jakarta - Lebih kurang 26 tahun lalu, tim raksasa Italia, Sampdoria, menyambangi Senayan guna melangsungkan laga persahabatan kontra Timnas Indonesia. Kala itu, nama Kurniawan menggema oleh sorak sorai penonton.
Tak kurang dari 100.000 penonton memadati Senayan yang kini menggunakan nama resmi Stadion Gelora Bung Karno itu. Tak mengherankan memang, sebab sudah enam tahun lamanya Indonesia tak kedatangan tamu spesial.
Advertisement
Terakhir kali Indonesia mendapatkan lawatan istimewa adalah pada Maret 1988. Saat itu, PSV Eindhoven berkunjung ke Indonesia dalam rangku tur Asia. Bedanya, jawara Eredivisie Belanda itu melakoni laga persahabatan di Siliwangi mengadapi Persib Bandung.
Kedatangan Sampdoria, di sisi lain, disinyalir sebagai bentuk kerjasama mengingat Indonesia dan tim dari Genoa itu sangat akrab. Program Primavera di Italia memunculkan dua nama yang kemudian mengharumkan Merah Putih, yakni Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy.
Sampdoria saat itu cukup popular di Indonesia, bersaing dengan Juventus dan AC Milan yang berjaya pada akhir 80-an dan awal 90-an. Musim 1990-1991, Il Samp menjadi juara Serie A dam finalis Coppa italia di tahun yang sama.
Selain itu, mereka juga menjadi jawara Piala Winners tahun sebelumnya dan menjadi finalis Liga Champions Eropa setahun kemudian setelah dikalahkan Barcelona 0-1 di Wembley.
Saat menyambangi Indonesia, Sampdoria dihuni oleh nama-nama beken seperti Vladimir Jugović, David Platt, Roberto Mancini, Pietro Vierchowod, dan Siniša Mihajlović, serta pelatih kawakan, Sven-Goran Eriksson. Namun, ada satu yang membekas di hati para pecinta sepak bola Italia, dia adalah Attilio Lombardo.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurniawan Dwi Yulianto Kurang Licik
Seperti dikisahkan di awal, sebanyak 100.000 lebih penonton di Gelora Bung Karno kala itu meneriakkan nama Kurniawan. Maklum saja, dia adalah wonderkid yang dimiliki Indonesia dan digadang-gadang bakal menjadi tumpuan Timnas Garuda Asia di masa-masa mendatang.
Pada laga yang berjalan dengan intensitas tinggi itu, yang bertanding melawan Sampdoria sebenarnya adalah Liga Selection. Beberapa pemain asing juga masuk dalam susunan skuat. Mereka adalah Andrew Bernal, Kris Trajanovski, dan Vasitch Giorgio.
Sampdoria berhasil memenangi pertandingan dengan skor 3-2 (babak pertama 3-1). Rocky Putiray, pemain yang saat itu bermain di Arseto Solo, mencetak satu gol ke gawang Sampdoria. Kurniawan Dwi Yulianto, sosok striker kurus berusia 17 tahun 10 bulan kala itu, juga mencetak satu gol.
David Platt, mantan kapten Timnas Inggris yang bermain pada laga tersebut mengatakan, "Adik (sapaan akrab Kurniawan selain Si Kurus) terlalu lugu dan kurang licik di lapangan, jadi sulit buat dia mengembangkan permainan."
"Tapi, dia pemain yang punya potensi, dia bagus dan berani," tambah Mancini dinukil dari tabloid SPORTIF.
Advertisement
Celana Kolor Lombardo
Setelah wasit Widyanto Nugroho meniup peluit panjang tanda laga Liga Selection kontra Sampdoria berakhir, penonton di Senayan tumpah ruah ke lapangan, mengejar pemain idola seperti Platt, Mihajlovic, Mancini, hingga Lombardo.
Lombardo yang tak menyangka fanatisme suporter Indonesia bakal demikian, lantas dicowel, ditarik sana-sini, dan kepala botaknya dielus-elus. Ia ketakutan, kaosnya pun dilepas dan berlari kecil ke arah lorong pemain.
Ternyata, pemujanya belum puas. Seorang penonton mendekati Lombardo mendekati dan meminta celana kolornya.
"Tu sei Matto?!" teriak Lombardo, yang artinya "Apa kau gila?!".
Nyaris semua pemain merasa jengkel sekaligus heran karena apa yang dilakukan suporter cenderung berlebihan dan luar. Rombongan pemain Sampdoria baru bisa keluar menuju bus sekira 1,5 jam kemudian. Derita mereka belum usai.
Ratusan suporter ternyata sudah menunggu di luar. Kali ini, Platt yang kena 'semprot'.
Dinukil dari tabloid Bola edisi Mei 1996, seorang penggemarnya tiba-tiba menyeruak di antara kerumunan dan meneriakkan "David Platt, I love you!" persis di hadapan Platt. Pria yang kini menjadi pelatih itu takut dan langsung lari masuk bus.
"Fantastis. Jumlah penonton 100 ribu, itu bukan main. Gambaran bahwa Indonesia merindukan adanya seorang pemain bintang dan idola," kata Sven-Goran Eriksson.