Bola.com, Solo - Sepak bola tumbuh begitu subur di Indonesia sebagai olahraga favorit. Sebagai negara dengan populasi besar, Indonesia jadi juaranya di kawasan Asia Tenggara dalam hal jumlah penonton.
Indonesia beberapa kali mencatat rekor terbanyak, contohnya ialah Persija Jakarta melawan Tampines Rovers yang disaksikan 49.056 penonton di Pial AFC 2018. Jumlah penonton ini merupakan rekor angka suporter terbanyak dalam laga fase grup sepanjang sejarah Piala AFC yang digelar sejak 2005.
Baca Juga
Eks PSM Makassar Bawa Filipina Hajar Thailand di Leg Pertama Semifinal Piala AFF 2024!
Janji Shin Tae-yong Menyambut 2025: Timnas Indonesia Akan Bangkit dan Mengejar Tiket Piala Dunia 2026!
Refleksi Shin Tae-yong setelah Timnas Indonesia Terhenti pada Fase Grup Piala AFF 2024: Pemain Muda Kami Telah Berjuang Keras
Advertisement
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai penggila sepak bola yang begitu fanatik. Mereka selalu memberikan dukungan penuh untuk klub kebanggaan dari daerah masing-masing.
Penonton sesak di stadion pada setiap pertandingan, terutama ketika bertemu dengan tim rival. Tidak hanya para pendukung tuan rumah, suporter tim tamu pun tidak kalah nyali untuk menemani tim yang didukungnya.
Tribune stadion seringkali tidak mampu menampung besarnya antusiasme penonton yang datang langsung. Penonton meluber ke pinggir lapangan atau harus menyaksikan lewat layar lebar di luar stadion.
Rivalitas pun menjadi bumbu di antara suporter di Indonesia. Tidak sedikit yang berujung bentrokan dan aksi anarkistis. Ada juga yang sampai harus kehilangan nyawa hanya demi sepak bola.
Banyak faktor yang memengaruhi rivalitas dari sisi suporter, terutama menyangkut gengsi. Bola.com merangkum sejumlah fakta seputar perseteruan antara suporter klub-klub di wilayah Jawa Tengah dan DIY, yang hingga saat ini masih terjadi.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Persis - PSIM
Dua kelompok suporter dengan masa yang besar ini cukup lama berseteru dan berlangsung hingga sekarang. Rivalitas itu demi gengsi sebagai dua klub legendaris dari tanah Mataram.
Setiap pertemuan Persis Solo dan PSIM Yogyakarta yang dikenal dengan derby Mataram, kedua suporter selalu 'panas'. Selain itu karena faktor historis yang menyebabkan hubungan suporter Persis dengan PSIM retak sejak sekian tahun lamanya.
Diawali pada saat era Ligina pertengahan era 1990-an. Fans PSIM mungkin tidak bisa melupakan peristiwa Kandang Menjangan (markas Grup 2 Kopassus) di Solo, karena peristiwa pelemparan batu yang mengenai kendaraan pimpinan Kopassus.
Memasuki awal tahun 2000, ketika Pelita Solo melawat ke kandang PSIM, suporter Solo datang dalam jumlah yang begitu besar. Namun, laga diwarnai bentrokan suporter hingga membuat suporter dari Solo terkepung di wilayah Yogyakarta.
Gesekan demi gesekan kedua kelompok suporter terus terjadi setiap tahun, bahkan ketika melakukan perjalanan melewati wilayah masing-masing.
Peristiwa terkini terjadi pada 21 Oktober 2019, saat PSIM dipermalukan Persis pada laga terakhir fase penyisihan grup di kandangnya sendiri. Laga berujung ricuh dengan aksi anarkistis yang dilakukan penonton PSIM.
PSIM mendapat hukuman berupa larangan penonton. Panasnya hubungan suporter Persis dan PSIM, membuat PSSI selalu berusaha memisahkan kedua tim dalam satu grup, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan kembali terulang.
Advertisement
2. PSS - PSIM
PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman seperti menjadi dua kutub sepak bola di tanah DIY. PSS yang cukup lama berada di bawah bayang-bayang PSIM, mulai bisa membuktikan diri sebagai tim terbaik di DIY.
Gengsi inilah yang membuat hubungan suporter kedua tim kurang harmonis. Ketika PSS maupun PSIM berada dalam satu kasta di Liga 2, kerap bertemu hingga berujung friksi antara suporter dari masing-masing kubu.
Seperti saat Derby DIY pada musim 2018, terjadi keributan di luar stadion. Ketika pertemuan pertama yang digelar di kandang PSIM di Stadion Sultan Agung, Bantul, pertandingan hanya bisa disaksikan oleh pendukung PSIM.
Alhasil, ribuan fans PSS yang tak kalah fanatik, tetap nekat datang ke Bantul. Jarak yang begitu dekat membuat ribuan suporter PSS berusaha menembus hingga sekitar stadion Bantul.
Meski pada akhirnya dicegah oleh aparat keamanan, keributan dengan sejumlah suporter PSIM terjadi di jalan. Saat giliran PSS menjadi tuan rumah pada pertemuan kedua, laga harus digelar tanpa penonton untuk menghindari bentrokan suporter.
Rivalitas kedua tim masih sering terjadi meskipun tidak harus berjumpa di dalam pertandingan. Beberapa kasus terakhir terjadi disebabkan oleh bendera sebagai simbol kebanggaan masing-masing pihak, berujung gesekan.
Diketahui, baik fans PSIM maupun PSS pernah terlibat berlomba memasang bendera klub kebesaran di wilayah masing-masing.Â
3. Persis - PSIS
Hubungan suporter Persis Solo dan PSIS Semarang bisa dibilang cukup unik. Embel-embel 'gojekan' atau yang berarti bercanda, begitu melekat kepada hubungan kelompok suporter kedua tim.
Pasalnya, hubungan antara Pasoepati sebagai suporter fanatik Persis dan Panser Biru atau Snex sebagai pendukung setia PSIS, seperti panas dingin. Kadang-kadang akur, kadang-kadang renggang.
Musim 2014 hingga 2017 menjadi bukti pertemuan klasik Persis dsn PSIS, diikuti oleh rivalitas suporternya. Pemandangan yang cukup menarik karena setiap kali bertemu, suporter kedua tim begitu akrab seperti tidak ada permusuhan.
Baik suporter Persis yang melawat ke Semarang, ataupun pendukung PSIS melawat ke Solo, terlihat akur dan saling menyambut. Begitu pula saat pertandingan, suporter keduanya saling melempar psywar, dan tetap kondusif.
Kemudian usai pertandingan kerap terjadi keributan dan terjadi di jalan. Meski hubungan secara organisasi di masing-masing pihak masih terjalin harmonis. Rivalitas suporter Persis dan PSIS terjadi lebih kepada gengsi untuk mendukung tim terbaik di Jawa Tengah.
Advertisement
4. PSIS-Persijap
Suporter PSIS Semarang dan Persijap Jepara pernah berseteru pada era 2000-an. Kedua kubu kerap bentrok dalam setiap pertemuan PSIS dan Persijap di era ISL.
Korban jiwa pub berguguran. Kini, kedua kubu telah berdamai. Mulanya ketika masing-masing tim terpuruk dan tidak pernah bersua dalam kompetisi resmi.
Kisah perdamaian Panser Biru dan Banaspati-Jepara Tifosi Mania terjadi pada Piala Polda Jateng 2015, PSIS Semarang dan Persijap Jepara bertemu di babak penyisihan grup.Â
Sampai sekarang, tidak ada lagi bentrokan kedua kelompok suporter. Apalagi, saat ini masing-masing fokus mendukung tim. PSIS kini di Liga 1, sementara Persijap di Liga 2.