Bola.com, Malang - Pada Shopee Liga 1 2020, Arema FC membuat sejarah dengan mendatangkan pelatih asal Amerika Latin, yakni Mario Gomez dari Argentina.
Ini jadi kali pertama tim berjulukan Singo Edan ini punya pelatih kepala dari negara bagian selatan Benua Amerika tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Seperti diketahui, sebelumnya, Arema lebih identik dengan pelatih keras dari Eropa.
Manajemen melihat faktor kedisiplinan khas orang Eropa bisa membuat pemain Arema maksimal di lapangan. Di samping itu, mayoritas pelatih asal benua biru punya watak cukup keras.
Dengan pelatih berkarakter tersebut, Arema telah memetik hasilnya. Mulai karkater permainan lebih baik hingga meraih gelar juara.
Selama Singo Edan berdiri, ada beberapa nama pelatih Eropa yang masih membekas di hati pemain dan suporter. Ada yang punya program latihan super berat, cerewet hingga banyak aturan dan denda.
Bola.com merangkum ada tiga pelatih Arema berwatak keras tapi terbilang sukses. Simak berikut ini.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Milomir Seslija
Pelatih asal Bosnia ini dua kali jadi pelatih kepala Arema FC, yakni musim 2016 dan 2019. Dalam dua kesempatan tersebut, dia selalu memberikan gelar juara turnamen pramusim.
Dua trofi tahun 2016 adalah Bali Island Cup dan Bhayangkara Cup. Sedangkan tahun 2019, Singo Edan dapat gelar Piala Presiden. Namun, untuk prestasi di kompetisi, mantan pelatih Persiba Balikpapan dan Madura United ini masih belum berhasil.
Milo dikenal sebagai pelatih yang cukup kontroversial, terutama pada musim 2016. Pertama kali datang di Arema, dalam sesi latihan dia bisa membuat para pemain malu.
Milo banyak membetulkan posisi pemain dan visi bermain di lapangan. Tak jarang, dia harus menyeret pemainnya untuk berdiri di posisi yang benar. Teriakan lantang sering terdengar jika ada pemain yang melakukan kesalahan.
Aturan jam malam dan pola makan juga ketat. Denda 5 juta rupiah dikenakan jika ada pemain yang ketahuan makan nasi goreng atau makanan yang mengandung banyak minyak.
Namun pada musim 2019, Milo lebih kalem. Banyak aturan yang mulai mengendur. Dia juga tak terlalu meledak-ledak dalam sesi latihan sehingga prestasi Arema di Liga 1 hanya berkutat di papan tengah. Terkesan, Milo tak punya keleluasaan melatih pada musim itu. Tapi dia masih bisa memberikan trofi Piala Presiden.
“Media lebih tahu seperti apa yang terjadi dalam latihan tahun 2019 (asisten pelatih lebih banyak berperan). Namun saya tidak pernah memutus hubungan baik dengan Arema karena ini tim yang spesial. Tidak menutup kemungkinan saya kembali untuk kali ketiga,” kata Milo.
Advertisement
Robert Alberts
Robert Alberts masih dipuja oleh Aremania hingga saat ini, meskipun sekarang melatih tim rival, Persib Bandung.
Robert satu-satunya pelatih asing yang berhasil memberikan gelar juara, yakni pada ISL 2010. Pada musim yang sama, Robert juga mengantar Singo Edan jadi runner-up Piala Indonesia.
“Saya punya kenangan manis di Malang dan tidak akan lupa. Pertama kali saya datang ke Indonesia juga tinggal di sana,” kata Robert.
Pada awal musim, tak ada yang memprediksi Arema bakal juara dengan materi pemain sedang-sedang saja. Tapi, Dendi Santoso, Kurnia Meiga hingga Beny Wahyudi menjelma sebagai pemain muda potensial.
Di lapangan, Robert terkesan sebagai sosok yang ramah. Namun, komentar-komentarnya di media kadang menjadi penebar psy war. Dia punya watak keras dan sering mengkritik apa yang tidak sesuai dengan pemikirannya.
Robert selalu membela pemain bila terlambat gajian. Seperti kebanyakan pelatih Eropa, dia disiplin melihat kebiasaan pemain dan apa yang dikonsumsi.
Namun, dia menyakinkan tidak akan ikut campur dalam kehidupan pribadi pemain. Dengan catatan, pemain memperlihatkan totalitas di lapangan. Jika ada pemain yang punya gaya hidup kurang bagus dan di lapangan performanya turun, dipastikan namanya akan menghilang dari line-up, meskipun pemain itu punya nama besar.
Miroslav Janu
Pelatih yang tutup usia pada 2013 ini dua kali menangani Arema, pada musim 2007 dan 2011. Pelatih asal Republik Ceska ini memang tidak memberikan gelar juara.
Torehan paling tinggi adalah runner-up ISL 2011. Tapi, dia masuk dalam kategori pelatih paling keras yang pernah dimiliki Arema, terutama jika sudah memberikan latihan fisik.
Saat pramusim, bakal banyak pemain yang merasa mual dengan program latihannya. Pemain dibuat lebih banyak berlari. Hingga kini, jika ada pelatih baru Arema yang punya latihan fisik berat, pemain akan beranggapan latihan itu merupakan warisan almarhun Janu.
Pada awal musim, pasti banyak pemain yang uring-uringan dengan mantan pelatih PSM Makassar itu. Tapi saat kompetisi sudah berjalan, mereka baru merasakan hasil program fisik dari Janu.
“Yang saya ingat dari almarhum, latihan fisiknya. Waktu kompetisi jalan, tim lain sudah kelelahan kami justru baru panas. Semua kuat main 90 menit,” kata kapten Arema tahun 2007, Suroso yang tiga kali dilatih Janu.
Tak hanya itu, Janu adalah sosok pelatih yang sulit dikelabuhi pemain. Ada sebuah cerita, Janu sering duduk di lobi atau restauran hotel saat Arema main tandang, untuk memantau aktivitas pemain. Saat di Malang, dia juga sering berkunjung ke mes.
“Sempat ada pemain yang ketipu. Melihat Janu sudah pulang dari mes. Tapi ternyata dia hanya keluar mes pura-pura pulang lalu kembali lagi mengecek kamar pemain,” kata satu di antara official tim Arema.
Advertisement