Bola.com, Jakarta - PSSI genap berusia 90 tahun pada Minggu (19/4/2020). Dalam hari jadi PSSI tersebut, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memberikan penghormatan dengan membahas lima pemain sepak bola terbaik yang pernah menjadi bagian dari perjalanan sepak bola Indonesia.
Dalam artikel yang ditujukan khusus untuk hari jadi PSSI itu, AFC menuliskan bahwa Timnas Indonesia adalah tim yang sudah berhasil lolos ke level Piala Dunia sejak 1938 dan kemudian lolos ke Piala Asia pada 1996.
Baca Juga
Advertisement
"Tim Garuda lolos otomatis untuk Piala Dunia 1938 di Prancis. Namun, tim ini harus menunggu hampir enam dekade hingga mereka bisa lolos ke turnamen besar lainnya, ketika mereka mencapai putaran final Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab," tulis AFC dalam situs resminya.
Setelah menegaskan bahwa Timnas Indonesia layak untuk masuk dalam sejarah dengan prestasi pada 1938, di mana saat itu Timnas Indonesia masih bernama Hindia Belanda, AFC menuliskan tentang kiprah di era modern, di mana Tim Garuda punya beberapa pemain yang layak mendapatkan apresiasi di level internasional.
Kelima pemain tersebut adalah Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, Kurniawan Dwi Yulianto, Boaz Solossa, dan Firman Utina. Menariknya, AFC memiliki julukan tersendiri untuk masing-masing pemain tersebut.
Seperti apa pandangan AFC terhadap kelima pemain andalan yang pernah jadi pilar penting Timnas Indonesia itu. Bola.com mengulasnya dari situs resmi Konfederasi Sepak Bola Asia itu.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bambang Pamungkas
AFC menyebut Bambang Pamungkas sebagai "The Legend". Menurut AFC nama Bambang Pamungkas merupakan perwujudan dari sepak bola Indonesia.
Mantan striker ini merupakan pemain dengan jumlah penampilan terbanyak di Timnas Indonesia sekaligus pencetak gol kedua terbanyak. AFC juga menyorot prestasinya di Tanah Air telah membuatnya ikut terpilih untuk membawa obor Olimpiade 2012.
Dalam dua dekade karierya, Bambang Pamungkas menikmati tiga periode panjang bersama Persija Jakarta dan telah meraih dua gelar juara, yaitu Liga Indonesia 2001 dan Liga 1 2018. Ia telah menoreh rekor gol bersama Persija dengan lebih dari 200 gol sebelum akhirnya menjadi manajer tim Macan Kemayoran setelah gantung sepatu pada akhir 2019.
Pesepak bola kelahiran Semarang ini sempat merasakan periode peminjaman ke Belanda pada awal kariernya dan meraih sukses bersama klub Malaysia, Selangor FA, pada 2005 hingga 2007. Selangor meraih treble dengan menjuarai Liga Premier Malaysia, Piala Malaysia, dan Piala FA Malaysia saat itu.
Dalam level internasional, Bambang Pamungkas masuk dalam skuat Piala Asia 2000, 2004, dan 2007. Ia mencetak gol penentu kemenangan atas Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, pada Piala Asia 2007.
Bicara di Piala AFF, Bambang Pamungkas merasakan tiga kali menjadi runner-up dan menjadi top scorer di edisi 2002. Pemain yang karib disapa Bepe ini menjadi satu di antara beberapa pemain yang paling dikenal di Asia Tenggara.
Advertisement
Ponaryo Astaman
Mantan gelandang kreatif Timnas Indonesia ini disebut AFC dengan julukan "The Milestone Man".
Ponaryo Astaman pernah mencetak gol luar biasa dari luar kotak penalti saat Timnas Indonesia menghadapi Qatar di Piala Asia 2004. Berkat gol tersebut, Tim Garuda menang 2-1 atas Qatar.
Momen tersebut merupakan kemenangan pertama Timnas Indonesia di level Piala Asia, setelah pada putaran final Piala Asia 1996 dan 2000, Tim Garuda tidak berhasil meraih kemenangan.
Padatahun yang sama dengan terciptanya gol tersebut, Ponaryo juga mencetak gol ketika PSM Makassar mengalahkan klub Vietnam, Hoang Anh Gia Lia, dengan skor 3-0 di Liga Champions Asia, di mana itu merupakan kemenangan pertama PSM di kompetisi tersebut.
Harus diakui 2004 merupakan tahun yang gemilang bagi Ponaryo yang lahir di Balikpapan. Ia juga membawa timnya menjadi runner-up Piala AFF.
Meski dianggap legenda di Makassar, Ponaryo juga meraih kesuksesan besar di Sriwijaya FC. Ia meraih gelar juara Copa Indonesia 2010, Liga Indonesia 2011-2012, dan dua kali lolos ke babak knockout Piala AFC.
Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto mendapatkan predikat "The Teenage Prodigy" dari AFC. Rasanya julukan tersebut memang pantas karena Kurniawan sudah memperlihatkan ketajaman dan permainan luar biasa sejak masih usia muda.
Kurniawan Dwi Yulianto merupakan bagian dari Tim U-19 yang ikut berkompetisi di Italia dengan nama PSSI Primavera. Kurniawan jadi satu dari tiga pemain yang dipilih Sampdoria untuk bergabung dengan tim muda mereka di Italia.
Setelah itu, Kurniawan Dwi Yulianto sempat hijrah ke Swiss dan bermain untuk FC Luzern, di mana ia menjadi pemain pertama dari Indonesia yang bertanding dan mencetak gol di Piala Intertoto.
Ia pulang setelah satu musim di Swiss, menjalani karier dengan berpindah-pindah klub setelah itu. Ia disebut gagal meraih impian yang memang diharapkan darinya. Mantan Presiden Sampdoria pernah sedikit meragukan kualitasnya dengan mengatakan:
"Kurniawan mungkin menjadi pemain paling kuat dalam sejarah sepak bola Indonesia. Pada awalnya, ia tampil sangat bagus bersama Sampdoria, tapi kemudian ada sejumlah masalah. Sangat disayangkan, karena ia bisa tampil sangat-sangat bagus jika dia terus memperlihatkan yang terbaik."
Kurniawan dua kali merasakan menjadi runner-up Piala AFF bersama Timnas Indonesia dan tampil di Piala Asia 2000. Kurniawan mencetak lebih dari 30 gol untuk Tim Garuda dengan rata-rata lebih dari satu gol dalam dua pertandingan antara 1995 hingga 2005.
Advertisement
Boaz Solossa
AFC menyebutnya sebagai "The One-Club Icon" karena kesetiaannya terhadap Persipura Jayapura. Boaz Solossa memang menghabiskan seluruh karier profesionalnya di kompetisi resmi bersama tim berjulukan Mutiara Hitam itu dan telah mencetak lebih dari 200 gol hingga sejauh ini.
Menurut AFC, pemain asli Papua ini telah mencetak gol untuk Persipura sejak 2004, di mana periode tersuksesnya adalah pada 2008 hingga 2013, ketika Persipura berhasil tiga kali juara di level domestik dan Boaz selalu menjadi top scorer saat itu.
Gol-gol yang dicetak Boaz untuk Persipura tidak hanya terbatas di kancah domestik. Mesin gol Persipura itu selalu mencetak gol dalam tiga kesempatannya bermain di Piala AFC, terutama saat membantu Persipura melangkah hingga semifinal Piala AFC 2014.
Bicara di level internasional, prestasi terbaik sang striker terpisah selama 12 tahun. Ia membawa Timnas Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2004 dan 2016. Ia harus melewatkan Piala Asia 2007 di Indonesia karena cedera yang dialaminya.
Saat ini pada usia 34 tahun, Boaz sudah mulai mendekati senja karier. Namun, para penggemar Persipura berharap kapten tim kesayangan mereka masih bisa mencetak banyak gol sebelum akhirnya memutuskan gantung sepatu.
Firman Utina
Julukan unik dari AFC yang melekat untuk Firman Utina adalah "The Trophy Collector". Hal itu memang layak mengingat pemain yang berposisi sebagai gelandang ini cukup sering meraih gelar juara di level klub.
Ia terpilih menjadi MVP di Piala AFF 2010. Firman Utina juga berhasil menjadi juara bersama empat klub berbeda dalam karier yang panjang di sepak bola Indonesia.
Pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan itu pernah merasakan back to back juara Copa Indonesia pada pertengahan 2000an, hingga akhirnya ia memenangi gelar juara ISL 2012 bersama Sriwijaya FC.
Dalam dua tahun bersama Persib Bandung, Firman Utina membantu Maung Bandung mengamankan gelar juara ISL 2014, dan kemudian ia berhasil meraih gelar ketiganya sebagai juara kompetisi domestik pada 2017 bersama Bhayangkara FC.
Firman Utina masuk dalam Timnas Indonesia di Piala Asia 2007, Firman merasakan tahun terbaik bersama Tim Garuda pada 2010, di mana ia membawa timnya menjadi runner-up di Piala AFF, mencetak dua gol, dan menjadi MVP dalam turnamen tersebut.
Sumber: AFC
Advertisement