Bola.com, Surabaya - Tepat 20 April 2017 atau tiga tahun lalu, Persebaya Surabaya menjalani hari yang bersejarah dalam kontes nasional. Klub berjulukan Bajul Ijo itu melakoni laga perdana dalam kompetisi resmi setelah kembali menjadi anggota PSSI pada Januari 2017.
Laga itu mempertemukan Persebaya Surabaya dengan Madiun Putra dalam pekan pertam Grup 5 Liga 2 2017. Bertempat di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, publik dan Bonek telah menantikan kiprah kembalinya klub yang berdiri pada 18 Juni 1927 tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Manajemen Bajul Ijo menunjuk Iwan Setiawan sebagai pelatih kepala untuk mengembalikan kejayaan. Kebetulan, pelatih yang dikenal kerap melontarkan pernyataan kontroversial tersebut berhasil membawa Persebaya menjuarai Piala Dirgantara 2017.
Kepercayaan diri menghinggapi seluruh skuat Persebaya yang didominasi oleh pemain muda. Namun, Iwan mengirim perang urat syaraf dengan menyebut Madiun Putra sebagai tim yang memainkan sepak bola kampung.
Sontak pernyataan itu langsung memantik reaksi. Apalagi, tim lawan ditangani oleh pelatih sekelas Sartono Anwar, yang pernah membawa PSIS Semarang menjuarai Perserikatan 1987. Prestasi itu, tentu saja tak pernah disamai oleh Iwan Setiawan.
Sialnya, Persebaya gagal menang di hadapan publik sendiri. Mereka malah kebobolan terlebih dahulu lewat Purniawan pada menit ke-15. Persebaya berhasil mencetak gol balasan 12 menit berselang lewat Misbakus Solikin yang menerima umpan Oktafianus Fernando. Skor 1-1 bertahan hingga peluit panjang.
Tepat tiga tahun lalu Persebaya memulai petualangan emasnya di Liga 2 setelah statusnya dipulihkan PSSI. Tapi, Persebaya memulai kiprah dengan hasil negatif. Mereka harus puas berbagi satu poin dengan tamunya, Madiun Putra, pada laga yang berkesudahan 1-1 di Stadion Gelora Bung Tomo.
“Saya tidak senang saat itu karena kami tidak berhasil meraih kemenangan. Saya waktu itu jadi pemain depan bersama Irfan (Jaya). Kami menciptakan banyak peluang, tapi tidak ada yang jadi gol. Itu jadi tekanan,” kata Oktafianus Fernando, yang hingga sekarang masih jadi pemain Persebaya.
“Walau cetak assist, tapi masih tidak dianggap tampil bagus. Namun, saya tetap dapat hikmahnya. Saya jadi belajar mengatasi tekanan,” imbuh pemain yang karib disapa Ofan itu.
Pemain jebolan Indonesia Muda, klub internal Persebaya, ini menjelaskan mendapat kritik dalam bentuk meme setelah laga tersebut. Tak hanya dirinya, menurutnya Irfan juga dikreasikan menjadi meme.
“Itu (kritik) positif. Cuma kalau ingat malah bikin ketawa-tawa sama Irfan,” ungkap Ofan.
Laga itu menjadi langkah awal Persebaya Surabaya untuk melakoni petualangan berikutnya demi tiket promosi ke Liga 1 2018. Namun, mereka kemudian malah kalah 1-2 dari Martapura FC pada 30 April 2017.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Konfrontasi Bonek dengan Iwan Setiawan
Nasib Iwan di ujung tanduk karena berkonfrontasi dengan Bonek, suporter Persebaya Surabaya. Dia kemudian dipecat. Manajemen Persebaya sempat menunjuk Ahmad Rosidin sebagai pelatih interim sebelum menunjuk Alfredo Vera.
Meski memiliki kenangan buruk di Persebaya, Iwan Setiawan adalah sosok yang cukup berjasa. Sebab, deretan pemain yang direkrutnya berhasil menjadi andalan sampai musim-musim berikutnya, di antaranya adalah Muhammad Hidayat, Oktafianus Fernando, Irfan Jaya, Miswar Saputra, Andri Muliadi, hingga Rishadi Fauzi. Hanya tiga nama pertama saja yang masih menjadi bagian Persebaya hingga sekarang.
Ofan sudah jelas merupakan pemain jebolan kompetisi internal Persebaya. Meski lahir di Jakarta, dia tumbuh dan berkediaman di Surabaya hingga sekarang. Lain halnya dengan Hidayat dan Irfan yang berasal dari luar Jawa.
Hidayat merupakan gelandang bertahan asal Bontang, Kalimantan Timur, jebolan akademi Borneo FC. Dia juga tercatat membela Borneo FC U-21 yang tampil di ISC U-21 2016. Persebaya adalah klub profesional pertamanya.
“Tidak menyangka juga bisa membela klub sebesar Persebaya, tentunya sangat senang dan bangga bisa membela Persebaya hingga sekarang ini. Tentu sedih karena di pertandingan perdana belum bisa memberi tiga poin buat tim dan suporter. Tapi laga saat itu menjadi motivasi saya ke depannya supaya bisa belajar dari kesalahan agar lebih baik,” tutur pemain kelahiran 1996 itu.
Advertisement
Irfan Jaya Sempat Minder
Irfan Jaya datang dengan reputasi mentereng. Dia tercatat sebagai top scorer ISC U-21 2016 saat membela PSM U-21. Namun, dia rupanya sempat minder karena gagal memberi kemenangan untuk Persebaya Surabaya di laga perdana.
“Saya waktu itu kecewa. Sempat berfikir kalau saya ini belum pantas main di liga karena belum ada pengalaman. Tetapi saya terus belajar dari pengalaman. Alhamdulillah perlahan bisa dipercaya kembali,” ujar Irfan.
Irfan sendiri lantas menjadi tumpuan Persebaya di lini depan. Dia bahkan keluar sebagai pemain terbaik Liga 2 2017. Prestasi individu tersebut membuatnya mendapat panggilan Timnas Indonesia sejak 2018.
Alfredo Vera yang menjadi pelatih pengganti mampu memanfaatkan materi pemain muda yang dimiliki oleh skuatnya. Pada akhir musim, dia mempersembahkan trofi Liga 2 2017 dan Persebaya promosi ke Liga 1 2018.