Bola.com, Jakarta - Sukses di negeri sendiri tak menjamin seorang pemain mau pun pelatih bisa mengulang sukses di negeri orang. Ungkapan ini layak disematkan kepada dua juru taktik andal di Indonesia, Rahmad Darmawan dan Jacksen F Tiago.
Siapa yang tak kenal dengan Rahmad Darmawan. Sosok tegap dengan CV sepak bola mumpuni itu pernah menuai sukses selama berkarier sebagai pelatih.
Advertisement
Coach RD, begitu ia akrab disapa, pernah berhasil membawa Persipura Jayapura juara Liga Indonesia 2005. Dua tahun berselang, ia juga memberikan dua gelar dalam semusim bersama Sriwijaya FC, yakni juara liga dan Piala Indonesia.
Sriwijaya FC dibawanya juara Piala Indonesia 2007, 2008, dan 2010. Sukses di level klub ditularkannya ketika membesut Timnas Indonesia. Meski tak juara, ia membawa Merah Putih meraih perak pada SEA Games 2011 dan 2013.
Selain coach RD, Jacksen F Tiago juga punya nama harum di Tanah Air. Ia dikenal sebagai legenda Persebaya Surabaya. Bagaimana bisa?
Pelatih asal Brasil itu sukses memberikan gelar Liga Indonesia ketika menjadi pemain dan pelatih. Gelar sebagai pemain didapatnya pada 1996-1997, sementara gelar juara Divisi I 2003 dan Divisi Utama semusim berselang disumbangkannya ketika menjadi pelatih.
Papi Negro, sapaan akrabnya, sempat bertualang sebagai pelatih di Persita Tangerang, Persiter Ternate, Mitra Kukar, Persitara Jakarta Utara, dan tentunya Persebaya. Kariernya dianggap matang ketika menukangi Persipura pada 2008 silam.
Jacksen sukses memberikan tiga gelar buat Mutiara Hitam. Musim perdananya bersama Persipura langsung berbuah gelar juara liga, tepatnya musim 2008-2009. Dua gelar berikutnya didapat pada musim 2010-2011 dan 2013.
Rumput tetangga tampaknya tak selalu lebih hijau, mungkin kelihatan lebih hijau, tapi gelimang prestasi justru tak diraih coach Rahmad Darmawan dan Jacksen F Tiago. Karier keduanya dinilai tak sehijau dengan apa yang diraihnya ketika berlatih di Indonesia.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Berjodoh dengan T-Team
Dua tahun setelah menyumbangkan medali perak bersama Timnas Indonesia U-23 di ajang SEA Games 2013, Rahmad Darmawan resmi dikontrak oleh tim asal Malaysia, T-Team. Sayang, prestasinya dianggap biasa saja.
Perjalanannya di musim perdana bersama T-Team disudahi dengan finis di tangga ketujuh. Semusim berselang, lebih parah lagi, yakni posisi sembilan.
Pada Liga Super Malaysia 2017, T-Team mengoleksi 23 poin dari 22 penampilan. Tim asal Trengganu itu sebenarnya mampu terhindar dari degradasi. Namun, keberhasilan itu dinilai hanya keberuntungan.
T-Team mengungguli Sabah FA yang terdegradasi pada musim tersebut. Namun, poin Sabah FA sudah minus enam sejak awal musim karena sanksi akibat masalah administrasi.
Alhasil, poin Sabah FA hanya 17 pada akhir musim dari yang seharusnya 23 poin, sama seperti T-Team. Manajemen T-Team menilai, raihan yang dicapai Rahmad Darmawan tidak memuaskan dan akhirnya kontrak pun tak diperpanjang. Rahmad, di sisi lain, mengklaim bahwa dirinya mengundurkan diri, bukan dipecat.
Usai ditinggal Rahmad, T-Team mengungkapkan bahwa klub tersebut akan dibubarkan. Ini tak lepas dari kebijakan Kerajaan Trengganu.
Diketahui, Trengganu FC I dipastikan lolos ke Liga Super Malaysia 2018 usai menjadi runner-up di Malaysia Premier League (kasta kedua Malaysia) 2017.
"Hari ini secara resminya telah diumumkan bahwa tiada lagi T-Team FC sebagai klub yang mewakili negeri Terengganu untuk bertanding di Liga Malaysia. T-Team bakal digantikan dengan Terengganu II bagi ditempatkan di Liga Perdana (Liga Super Malaysia) 2018," tulis laman facebook resmi klub.
Advertisement
Habis Manis Sepah Dibuang
Nasib tak lebih baik dialami oleh Jacksen F Tiago. Pada musim keduanya bersama Penang FA, Papi Negro dipecat manajemen klub.
"Pelatih kepala Jacksen F Thiago diberhentikan dan digantikan oleh Manzoor Azwira," bunyi pernyataan Penang FA.
"Selain itu, pengurus juga akan memberikan surat peringatan kepada pemain yang gagal tampil memuaskan. Pengurus bakal menemui semua pemain untuk memastikan target enam teratas terealisasi," demikian pernyataan itu.
Bersama klub berjuluk Harimau Kumbang, Jacksen sebenarnya membawa Penang ke perempat final Piala FA Malaysia, prestasi yang sebelumnya tak pernah dicapai Penang FA selama 13 tahun.
Selain itu, Jacksen juga membawa Penang FA promosi ke Liga Super Malaysia 2016 setelah finis sebagai runner-up Malaysia Premier League. Namun, di sinilah lembaran hitam itu terjadi.
Penang FA sempat terjerembab di jurang degradasi. Kisruh internal juga terkuak saat tim tengah berjuang lepas dari zona merah. Manajemen klub lalu 'mengistirahatkan' Jacksen.
Tak cukup sampai di situ, manajemen Penang FA juga menunjuk Nenad Bacina sebagai pengganti Jacksen. Sebelumnya, mereka juga mengangkat Bojan Hodak (sekarang pelatih PSM Makassar) sebagai Direktur Eksekutif.
"Era Jacksen sudah berlalu, saya tak mau lagi membicarakannya," kata Datuk Seri Nazir Ariff Mushir Ariff, Presiden Asosiasi Sepak Bola Penang ketika mendepak Jacksen pada Juni 2016, di mana kontrak Jacksen baru akan berakhir Oktober 2016.