Bola.com, Makassar - Tokoh sepak bola nasional, Andi Darussalam Tabusalla sempat mengejutkan publik saat mengumumkan dirinya terinfeksi virus corona COVID-19. Dia menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Universitas Hassanudin, Makassar sejak Selasa (7/4/2020).
ADS-sapaan akrabnya, mengaku tak merasakan gejala apa-apa. Mantan manajer tim nasional senior ini justru tahu dirinya terinfeksi setelah berinsiatif sendiri menjalani tes Swab pada Senin (6/4/2007).
Advertisement
Sehari kemudian, hasil tesnya menyatakan ADS positif. Setelah berkonsultasi dengan dokter pribadinya, ia pun memutuskan masuk rumah sakit.
Tepat 14 hari menjalani perawatan dan melakukan empat kali tes Swab, ADS dinyatakan negatif COVID-19. Pada Selasa (21/4/2020), tim dokter yang menanganinya memberi rekomendasi agar ADS melakukan isolasi mandiri di rumah untuk memulihkan kesehatannya.
"Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan dan waktu untuk kian mendekatkan diri kepada Allah SWT," cerita ADS saat berkomunikasi dengan Bola.com lewat panggilan video whatsapp, Kamis (23/4/2020) pagi.
ADS pun menceritakan pengalamannya dari terbukti positif, menjalani perawatan sampai dinyatakan negatif COVID-19. Mantan Ketua Badan Liga Indonesia ini juga memberikan pandangannya tentang sepak bola nasional dan PSSI.
Berikut petikan wawancara Bola.com dengan ADS:
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Virus Corona
Bisa ceritakan proses awal Anda dinyatakan positif terinfeksi COVID-19?
Terus terang saya sendiri tak merasakan gejala apa-apa ketika dinyatakan positif COVID-19. Memang sebelumnya saya sempat dirawat tiga hari di RS Siloam Makassar karena terserang sakit Muntaber pada 25 Maret.
Setelah sembuh, saya beristirahat total di apartemen. Selama istirahat, saya hanya ditemani istri dan tiga asisten rumah tangga. Begitu pulih, atas insiatif pribadi, saya menjalani tes swab COVIS-19 bersama istri dan asisten saya pada 6 April.
Hasilnya baru diketahui sehari kemudian. Alhamdulillah, hanya saya yang positif. Setelah berkonsultasi dengan dokter Arief dan keluarga, saya memutuskan untuk menjalani perawatan di RS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar.
Kalau Anda menanyakan perasaan saya saat mendengar kabar itu, saya langsung istigfar dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Itulah reaksi pertama saya seperti sebelum-sebelumnya saat menghadapi berbagai penyakit dalam diri saya.
Selama menjalani perawatan, apa yang Anda lakukan?
Saya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berdoa dan merenung. Saya juga mengikuti semua instruksi dan program penyembuhan dari tim dokter.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada Dokter Arif dan Dokter Faisal serta para perawat yang merawat saya.
Mereka perlu mendapat apresiasi tinggi. Bayangkan mereka harus rela berjam-jam memakai alat pelindung diri (APD) untuk menangani saya dan pasien positif lainnya.
Saya juga berterima kasih Profesor Idrus Paturusi (mantan Rektor Unhas) yang memberikan suport dan membagi pengalamannya selama menjalani perawatan virus COVID-19. Begitu pun kepada kerabat dan sahabat yang tak henti mendoakan saya agar cepat sembuh.
Berapa kali Anda menjalani tes sebelum dinyatakan negatif?
Empat hari pertama di rumah sakit, saya tidak merasakan sakit atau gelaja layaknya pasien positif COVID-19 meski setelah dilakukan tes perdana hasilnya tetap positif.
Tes kedua pada hari ketujuh, hasilnya negatif. Namun dua hari kemudian badan saya lemes dan demam tinggi. Suhu tubuh saya mencapai angka 39 derajat celcius. Kata Dokter Arif yang menangani saya, itulah tanda pasien terinfeksi virus.
Hari kesepuluh, saya kembali menjalani tes, tapi hasilnya abu-abu. Baru pada tes keempat, saya baru diyatakan betul-betul negatif dan diperbolehkan pulang untuk menjalani isolasi mandiri.
Â
Advertisement
Yunus Nusi dan Polemik Gaji
Anda sudah sudah dua hari ini menjalani isolasi mandiri, apa saja kegiatan yang dilakukan?
Normal saja. Selain banyak beribadah, Saya tetap berada dalam pengawasan dokter. Selama di rumah, saya juga tetap mengikuti perkembangan sepak bola nasional. Termasuk mencermati polemik gaji pemain akibat imbas penghentian kompetisi dan pengangkatan Plt Sekjen PSSI (Yunus Nusi).
Ada komentar mengenai polemik gaji?
Soal gaji, saya pikir semua pihak harus berbesar hati. Karena penghentian kompetisi bukan hanya di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Tapi, polemik ini tak perlu ada kalau sebelum keputusan diambil semua pihak yang berkepentingan duduk bersama.
Satu sisi, alasan pemain benar juga. Karena tidak semua pemain sepak bola bergaji besar. Terutama di Liga 2, ada klub yang hanya bisa menggaji pemainnya 3-5 juta per bulan. Kalau hanya dibayar 25 persen sesuai arahan PSSI tentu sulit juga buat mereka.
Untuk Penunjukkan Yunus Nusi?
Terkait dengan penunjukkan Yunus Yusi sebagai Plt Sekjen PSSI, itu wewenang Ketua Umum yang memutuskan.
Hanya, saya mengimbau kepada Yunus banyak instrospeksi diri sebelum menjalankan tugas barunya itu. Saya berharap secepatnya ada Sekjen PSSI yang definitif.
Figur Sekjen nanti sebaiknya memiliki kinerja, pemahaman baik terhadap sepakbola dan berintegritas tinggi. Saya pernah mendengar, ada pemilik klub yang meminta Sekjen baru nanti tak ada kaitannya dengan mafia sepak bola di Indonesia.
Saya berharap, Iwan Bule (Mochamad Iriawan) sebagai ketua umum PSSI banyak mendengar, menganalisa dan mencermati pendapat sebelum mengambil keputusan. Sebagai mantan petinggi Polri, Iwan Bule pasti tahu apa yang perlu ia lakukan demi persepakbolan Indonesia.