Sukses


Pasang Surut Karier Rochi Putiray: Nyong Ambon Berprestasi Mentereng dan Nyentrik

Bola.com, Jakarta Bagi pencinta sepak bola Indonesia pada era 1990-an, nama Rochi Putiray tentu tak asing. Ya, pria asal Ambon, Maluku yang masuk jajaran legenda sepak bola nasional karena memiliki sederet prestasi membanggakan.

Rochi Putiray seperti ditahbiskan sebagai pencetak gol ulung saat berseragam klub maupun Timnas Indonesia. Ia sering dijuluki predator di kotak penalti lawan. Rochi menjadi satu di antara striker ganas yang pernah dilahirkan Indonesia.

Bernama lengkap Rochi Melkiano Putiray, ia merupakan jebolan klub Arseto Solo pada era kompetisi Galatama. Posisinya tidak tergantikan sebagai ujung tombak bagi klub kebanggaan wong Solo pada masanya.

Rochi juga sempat melanglang buana ke sejumlah klub besar, yakni PSM Makassar, Persija Jakarta, Persijatim Solo FC, PSPS Pekanbaru, hingga akhirnya pensiun di PSS Sleman.

Satu di antara keunikan seorang Rochi Putiray adalah gaya di atas lapangan yang membedakan dengan pemain lain. Rochi selalu tampil dengan nyentrik di lapangan, sehingga ia memiliki ciri khas tersendiri.

Meski ada gaya unik dalam penampilannya, tak mengurangi kemampuan soal urusan mencetak gol. Bola.com menyajikan sejumlah fakta seputar kehebatan Rochi Putiray yang sesuai dengan aksi dan gaya nyentriknya di lapangan.

 

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Legenda Arseto Solo

Rochi Putiray lahir di Ambon, Maluku, 26 Juni 1970. Arseto Solo adalah klub pertama sekaligus terlama yang dia bela. Selama 11 tahun ia mengabdi kepada klub kaya raya milik keluarga Cendana tersebut.

Sejak melakoni debut pada tahun 1987, Rochi harus berpisah dengan klub berjulukan Biru Langit pada 1998. Atau seiring bubarnya tim Arseto karena peristiwa Mei 1998. Ia mengemas 177 gol dari 219 penampilannya bersama Arseto.

Prestasi tertingginya adalah saat membawa Arseto menjuarai kompetisi Galatama pada tahun 1992. Sekaligus trofi Galatama terakhir, karena di tahun sesudahnya format kompetisi telah digabungkan dengan perserikatan sampai dengan saat ini.

"Stadion Sriwedari (markas Arseto), yang bikin karier saya hidup. Saya masih ingat suara dari speaker saat memanggil pemain menjelang laga, seperti masih terdengar di telinga sampai sekarang begitu berada di tempat itu," ungkap Rochi kepada Bola.com.

Rochi mengaku begitu sulit melupakan Arseto yang membesarkan namanya. Ia juga menyebut luar biasanya pendukung Arseto yang tidak pernah bersikap anarkis. Fans Arseto diakuinya adalah suporter terbaik di dunia yang pernah ada.

"Main di Arseto, semua pemain biasa selalu naik becak sebelum dan sesudah main. Suporter tidak ada yang marah. Kalau kalah, mereka hanya bilang, Mas Rochi besok jangan sampai kalah lagi. Kenangan itu yang bisa saya rasakan sampai sekarang," kenangnya.

3 dari 5 halaman

Tenar di Hongkong

Kesuksesan Rochi Putiray tidak hanya saat bersama Arseto dan sejumlah klub di Indonesia. Ia juga tenar di Hongkong. 

Potensi Rochi Putiray terendus oleh klub Liga Hongkong, yakni Instant-Dict FC. Ia hijrah dari Persija Jakarta pada tahun 2000, dan langsung mempersembahkan gelar juara Piala FA Hongkong dan posisi runner-up di Liga.

Kiprahnya di Liga Hongkong semakin mengilap ketika bermain untuk sejumlah klub, di antaranya Happy Valley, Kitchee SC, hingga South China AA.

Yang istimewa, Rochi membobol gawang AC Milan. Momen itu terjadi saat musim 2003-2004. Rochi mendapat kesempatan untuk tampil saat klub yang dibelanya, Kitchee SC melawan AC Milan di Hong Kong Stadium, dalam sebuah laga uji coba.

AC Milan yang saat itu diperkuat Andriy Shevchenko hingga sang kapten Paolo Maldini tetap tak membuat Rochi gentar sedikitpun. Ia berhasil menjebol gawang Christian Abbiati ketika itu dan menjadi momen bersejarah dalam hidupnya.

"Laga lawan AC Milan memang termasuk menjadi salah satu yang paling berkesan selama karier saya," tuturnya.

 

4 dari 5 halaman

Gaya Nyentrik dan Sukses di Timnas Indonesia

Satu di antara ciri yang paling menjadi pembeda antara Rochi dengan pemain lain adalah gaya nyentriknya di atas lapangan. Ia selalu tampil unik seperti rambut dicat warna-warni, hingga mengenakan sepatu yang berbeda.

Ia mengaku punya rahasia terkait penampilan itu.

"Ide awalnya ketika bertemu dengan Timnas Vietnam di Pra Piala Dunia, tapi saya lupa tahunnya. Banyak pemain Vietnam yang pakai sepatu beda merek. Lantas saya pikir itu adalah ide menarik untuk ditiru," ungkapnya. 

"Begitu juga dengan sepatu, yang setiap beli pasti dua pasang. Biar kalau dipakai bisa berlainan jenis yang sama pakai," tutur Rochi.

Ketika membela negara pun, Rochi Putiray tak kehilangan ketajamannya. Ia mengumpulkan 17 dari total 41 penampilan bersama Timnas Indonesia

Rochi juga ikut mengantarkan Indonesia meraih medali emas SEA Games 199. Dalam ajang ini dirinya mencetak dua gol krusial.

Rochi membobol gawang Malaysia saat Indonesia menang 2-0 pada laga perdana dan Filipina, dalam laga pamungkas babak penyisihan Grup B yang berkesudahan 2-1.

"Kami punya mental, percaya diri, dan seperti tidak kenal lelah. Latihan yang didapat itu sudah lebih berat dari pertandingan," paparnya

Setelah hasil manis tahun 1991, Rochi dipercaya menjadi penyerang pada berbagai ajang, yakni Piala Asia 1996, Piala Tiger 1998, Piala Asia 2000 hingga Pra Piala Dunia 2002.

5 dari 5 halaman

Pembinaan Sepak Bola Wanita

Setelah pensiun, Rochi Putiray tidak bisa lepas dari sepak bola. Ia pernah mewarnai ajang sepak bola wanita melalui Bengawan Cup III di Solo, tahun 2017.

Ia membesut tim putri Jakarta 69, hingga mampu menembus babak semifinal. Menurutnya, potensi dan perkembangan sepak bola wanita di Indonesia mengalami peningkatan. Namun, masih perlu kerja keras untuk bersaing di level Internasional.

"Sebenarnya potensi ada, tinggal federasi saja bisa melihat dengan jeli atau tidaknya. Bermain secara organisasi masih jauh," katanya.

"Tapi kalau kualitas secara individu sudah lebih baik. Karena dulu fisik pemain bola wanita tidak seideal yang sekarang, tinggal memoles saja sebenarnya," jelas Rochi Putiray.
Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer