Bola.com, Jakarta - Di sepak bola Indonesia, peran seorang pemimpin daerah begitu kuat. Ketika klub masih menggunakan APBD, gubernur, bupati, dan wali kota memegang kunci kesuksesan klub di wilayah masing-masing.
Biasanya, klub yang kotanya memiliki APBD besar dan pemimpin gila bola, akan sukses. Termasuk Persija Jakarta, yang pada masa lalu memiliki gubernur gila bola.
Baca Juga
5 Penjualan Terbaik yang Pernah Dilakukan Arsenal, Nicolas Anelka Paling Bikin Untung Nih
11 Pemain yang Kawinkan Gelar Piala Dunia dan Liga Champions pada Tahun yang Sama: Elite Banget!
Komparasi 3 Skuad Timnas Indonesia Asuhan Shin Tae-yong yang Gagal di Piala AFF: Materi dan Persiapan Edisi 2024 Jadi Biang Kerok
Advertisement
Satu nama yang paling melekat ialah Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sutiyoso, yang dua periode memimpin DKI pada 1997-2007. Dalam rentang waktu itu, Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso, larut dalam pasang surut Persija. Pada masa kepemimpinan Bang Yos, Persija meraih juara kompetisi pada 2001.
Jauh sebelum era Bang Yos, Persija punya Bang Nolly. Dia adalah Letnan Jenderal TNI (Purn.) Tjokropranolo, Gubernur DKI ke-8 yang menjabat pada 1977-1982. Pada era itu, Bang Nolly juga populer dengan sebutan Babe, terutama di media massa pada waktu itu.
Menurut laporan koran Merdeka, Babe Nolly adalah sosok pejabat yang gila bola dan selalu memerhatikan Persija.
Dalam catatan sejarah bangsa Indonesia, Babe Nolly adalah tokoh militer. Ia merupakan pengawal pribadi sekaligus yang membebaskan Panglima Besar Jenderal Soedirman dari percobaan pembunuhan semasa pendudukan Belanda.
Tjokropranolo menjadi pengawal pribadi Panglima Besar Soedirman pada masa Revolusi Nasional Indonesia melawan pendudukan Belanda. Ia pun menulis sebuah buku berjudul "Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia".
Babe Nolly menjadi satu di antara lima Gubernur DKI yang merasakan trofi juara Persija Jakarta, pada kompetisi Perserikatan (setelah Indonesia merdeka hingga Liga 1)
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mengapa Babe Nolly Fenomenal bagi Persija?
Babe Nolly fenomenal bagi Persija Jakarta karena menjadi gubernur pertama selama 25 tahun terakhir yang turun langsung ke stadion. Pada 28 Januari 1979, Babe Nolly tampil begitu santai menonton laga puncak Perserikatan atau Kejurnas PSSI, antara Persija versus PSMS Medan, 13 Januari 1979 di Stadion Utama Senayan (SUGBK).
“Oh My God, Babe Nolly yang terkenal angker dan pendiam, telah mengumbar senyum manisnya ketika bergambar bersama pemain, pelatih, dan pimpinan Persija,” demikian kutipan cerita foto yang diterbitkan Koran Merdeka, 28 Januari 1979.
Menjelang kick-off, Babe Nolly menyalami Andi Lala dkk. satu persatu. Babe hanya mengucapkan empat patah kata sambil menatap tajam dan menjabat tangan kapten Sofyan Hadi.
"Tegakkan kebesaran nama Jakarta!" pesan Babe Nolly ketika itu.
Persija pun menjuarai kompetisi setelah menang 1-0 berkat gol Andi Lala.
Mahkota tahun 1979 itu ialah gelar terakhir dalam kompetisi perserikatan. Sebelumnya, Persija-masih bernama VIJ-meraih empat gelar pada 1931, 1933, 1934, dan 1938.
Setelah Indonesia merdeka, terbentuklah nama Persija pada 1950. Tim Macan Kemayoran memboyong lima trofi, yaitu pada tahun 1954, 1964, 1971-1973, 1973-1975 (juara bersama PSMS Medan), dan 1978-1979.
Setelah musim 1978-79, Persija puasa gelar, sampai pada era Sutiyoso, mereka mengangkat trofi pada 2001.
Advertisement
Catatan Juara Persija
Daftar trofi Persija era Perserikatan-Liga 1
Perserikatan (era penjajahan)
1931 1933, 1934, 1938
Era setelah Indonesia merdeka (Kejurnas PSSI)
1953-54, 1964, 1971-73, 1973-75, 1978-79
Era Liga Indonesia dan Liga 1
2001, 2018
Fakta lain:
Persija juara pada era Gubernur Sudiro yang menjabat pada 1953-1958.
Persija juara Kejurnas PSSI 1964 pada akhir masa kepemimpinan Gubernur Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964). Kompetisi musim itu berakhir pada 9 Agustus dan pada akhir bulan kepemimpinan Jakarta berada di tangan Henk Ngantung (1964-1965).
Persija kembali mengangkat trofi pada musim 1971-73 dan 1973-75, saat itu Gubernur DKI ialah Ali Sadikin.
Pada musim 1978-1979, Persija juara saat DKI dipimpin Tjokropranolo.
Sutiyoso menjadi saksi Persija mengakhiri puasa gelar pada Liga Indonesia 2001.
Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI dan menyaksikan tim Macan Kemayoran meraih juara Liga 1 2018.