Bola.com, Jakarta - Ada sejarah menarik di tim nasional Indonesia. Adalah Tim Merah-Putih tidak pernah sukses saat ditukangi mentor asal Belanda.
Salah satu contoh kasusnya adalah apa yang dialami Foppe de Haan. Siapa tak kenal sosoknya? Dia yang menemukan penyerang De Oranje bertalenta, Marco Van Basten, Klaas-Jan Huntelaar, hingga Ryan Babel itu sempat singgah ke Indonesia pada medipo 2000-an.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Foppe de Haan sempat menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia U-23 saat berlaga di Asian Games 2006 Qatar. Pelatih yang sukses mengantarkan Belanda juara Piala Eropa U-21 2006 dan 2007 itu ternyata tak bertaji menangani Tim Garuda Muda.
Pelatih yang menangani SC Heerenveen selama 19 tahun (1985-2004) hanya dapat waktu empat bulan menempa para pemain yang menjalani TC di negaranya, Belanda. Ia didampingi pelatih lokal Bambang Nurdiansyah.
Sayang tempaan yang diberikan sang mentor tak membuat Timnas Indonesia U-23 yang dihuni pemain belia macam Bobby Satria serta Ahmad Bustomi jadi bulan-bulanan di penyisihan. Timnas dipermak 0-6 oleh Irak, kalah 1-4 dari Suriah, serta hanya bermain imbang 1-1 kontra Singapura.
Selepas Asian Games ia diberhentikan Ketua Umum PSSI saat itu, Nurdin Halid.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Curhat Fopee de Haan
Pada tahun 2007 penulis sempat bersua Foppe de Haan yang liburan ke Indonesia di tengah-tengah penyelenggaraan Piala Asia 2017 di Jakarta dan Palembang. Ia sempat curhat susahnya melatih Timnas Indonesia U-23.
"Pemain-pemain Indonesia sudah salah urus sejak usia dini. Mereka tidak mendapat bekal latihan cukup. Di level U-23 semestinya saya sudah fokus melatih mereka memahami strategi sepak bola, tapi pada kenyataannya saya harus melatih mereka dengan teknik-teknik dasar yang semestinya sudah mereka pelajari saat berusia 15 tahun," katanya.
Pada kesempatan berbeda saat diwawancarai RNW ia membuka kartu bahwa ada pola menitip pemain di Timnas Indonesia. "Di sana, ada kalangan yang mempertaruhkan prestise di timnas. Meski timnya lemah, mereka tidak mau tahu. Yang penting hasilnya harus bagus. Kalau tim gagal, yang lebih mudah disalahkan adalah pelatih supaya dia sendiri terhindar."
De Haan mengatakan sewaktu menangani Indonesia U-23, dirinya tidak bisa memanggil pemain sesuai strategi yang akan diterapkan.
Pria kelahiran 6 Juni 1943 tersebut mengatakan sewaktu menangani Indonesia U-23, dirinya tidak bisa memanggil pemain sesuai strategi yang akan diterapkan. Bahkan, pelatih yang pernah dua kali membawa Belanda menjuarai Euro U-21 ini menduga adanya pemain titipan dalam timnas.
"Kemungkinan ada pengaruh kolusi atau nepotisme. Sebab, belakangan kami dengar ada pemain-pemain lebih bagus yang tidak terseleksi," sambungnya.
Advertisement
Realitanya
Realitanya saat menempa Timnas Indonesia u-23, Foppe de Haan sudah disodori nama-nama pemain yang sudah diseleksi di Indonesia oleh Bambang Nurdiansyah. Ia tak bisa melakukan perubahan materi pemain.
Saat Foppe de Haan ingin memasukkan nama Irfan Bachdim, pemain keturunan Indonesia yang berkiprah di klub junior Negeri Kincir Angin, Utrecht FC, ia mendapat resistensi. Irfan disebut tak memiliki gaya bermain sebagai seorang petarung seperti pemain lainnya.
Irfan akhirnya terpental dari Timnas U-23. Ironisnya sang penyerang beberapa tahun berselang dipanggil membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 oleh pelatih selanjutnya, Alfred Riedl.