Bola.com, Jakarta - Pemain asal Mali, Makan Konate, menjadi satu di antara pemain mahal di Indonesia. Dia mengawali karier dari nol di negeri ini betul-betul dari bawah.
Dia ditemukan pelatih PSPS Pekanbaru, Mundari Karya pada tahun 2013. Waktu itu, Konate sedang latihan bersama para pemain dari Afrika di lapangan ABC Senayan, Jakarta. Mundari langsung kepincut. Padahal, dia tidak mengetahui sebelumnya Konate bermain di negara mana. Tapi, nyatanya, dia lolos kualifikasi sebagai pemain asing di Indonesia.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
“Saya tidak pernah melupakan jasa Coach Mundari. Berkat dia saya dapat kesempatan main di Indonesia,” kata Konate.
Advertisement
Konate melewati musim pertamanya dengan masa-masa sulit, terutama saat main di PSPS. Tim ini mengalami kesulitan finansial dan materi pemainnya pas-pasan. Konate melewati lima pertandingan pertama bersama PSPS tanpa kemenangan.
Yang unik, Konate meraih kemenangan pertama di kompetisi Indonesia saat PSIS melawan Arema FC, tim yang waktu itu berjuluk Los Galacticos Indonesia.
Saat itu, banyak pemain bintang berkumpul di skuat Arema. Kondisi itu sangat tidak seimbang jika dibandingkan dengan PSPS. Tapi, Konate dkk. bisa mempermalukan Singo Edan 1-0 di Stadion Tuanku Tambusai, Bangkinang, Kampar, Riau.
Makan Konate tak menyangka jika dia lima tahun berikutnya dia bisa berlabuh di Arema.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ramalan Jadi Kenyataan
Pada saat itu, penampilan Makan Konate masih belum banyak disorot. Maklum, dia membela tim papan bawah. Penampilannya di lapangan juga belum terawat seperti sekarang. Badannya lebih kurus. Rambutnya belum mengenal salon atau barbershop.
Tapi, Makan Konate terus berjuang. Dulu, karakter bermainnya tak seperti sekarang yang lebih dominan skill dan membawa bola. Dulu, Konate rajin membantu pertahanan. Ia tak segan dia mencari bola dari kaki lawan.
Bek senior, Hamka Hamzah yang jadi rekan satu timnya di Sriwijaya FC dan Arema FC, mengaku sudah melihat potensi dalam diri Konate di awal karirnya. Pada waktu itu, Hamka jadi lawan pertama Konate pada musim 2013.
“Saya main untuk Mitra Kukar dan berhasil menang di kandang PSPS waktu pertandingan pertama. Tapi saya melihat Konate ini bakal jadi pemain bagus. Karena dia pemain asing yang tipikalnya pekerja keras. Meskipun posisinya sebagai gelandang serang, masih mau turun cari bola,” jelas Hamka.
Advertisement
Membela Klub Elite Indonesia dan Malaysia
Ramalan itu jadi kenyataan. Makan Konate hanya setengah musim di PSPS dan kariernya berkembang. Konate direkrut oleh Barito Putera yang secara finansial dan posisi di klasemen lebih baik.
Tahun selanjutnya, Konate membawa Persib Bandung juara ISL 2014. Penampilan Konate pun lebih modis. Rambutnya terlihat lebih rapi dan badannya agak berotot.
Setelah itu dia bertualang ke Malaysia lalu kembali ke Indonesia membela klub besar Indonesia, di antaranya Sriwijaya FC, Arema FC dan Persebaya Surabaya.
Makan Konate juga mampir ke Liga Malaysia. Pada waktu itu, ia diboyong pelatih Rahmad Darmawan, yang dikontrak oleh T-Team FC (Terengganu).