Bola.com, Jakarta - Beban berat seluruh pecinta Timnas Indonesia gagal diemban oleh Simon McMenemy. Setelah ditunjuk menggantikan peran Bima Sakti pada 20 Desember 2018, pelatih asal Skotlandia itu dipecat pada 6 November 2019.
Tidak heran sebenarnya ketika PSSI mengangkatnya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Sebab, Simon sanggup membawa Bhayangkara FC keluar sebagai juara Liga 1 2017.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Rapor Pemain Lokal pada Dua Laga Home Timnas Indonesia di Kualifiaksi Piala Dunia 2026: Ridho Tak Tergantikan, Marselino Jadi Pahlawan
Adu Gemerlap Pemain Asing Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Mewah! Panas di Tengah dan Depan
Advertisement
Selain itu, Simon juga dianggap sukses membuat sepak bola Filipina dari yang tadinya ayam sayur di Asia Tenggara, menjadi kekuatan baru.
PSSI awalnya memberikan target kepada Simon berupa tiket Piala Dunia 2022. Itu beban maksimal. Minimal, ia sanggup membawa Timnas Indonesia lolos Piala AFC 2023.
Dalam tiga kali laga ujicoba, Timnas Indonesia meraih sekali kemenangan, sekali imbang, dan sekali kalah. Namun, cerita berbeda justru terjadi di event sesungguhnya.
Timnas Indonesia babak belur di Kualifikasi Piala Dunia 2022 karena menelan empat kekalahan beruntun, yakni melawan Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab dan Vietnam. PSSI akhirnya memecat Simon McMenemy pada 6 November 2019.
"Dua kekalahan terjadi di kandang sendiri. Ini benar-benar memalukan. PSSI sebagai 'pemilik' Timnas Indonesia harus memberhentikan Simon McMenemy. Dia yang bertanggungjawab penuh atas hasil buruk ini," kata Eduard Tjong, mantan pelatih Timnas Indonesia U-19.
PSSI akhirnya mengutus Shin Tae-yong guna menggantikan Simon McMenemy. Ini merupakan kegagalan kesekian kali eks manajer asisten pelatih dari tim non-Liga Inggris, Worthing F.C.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berawal dari Facebook, Dipecat via Internet
Pada suatu hari di tahun 2010, McMenemy berbincang lewat aplikasi Facebook dengan dua saudaranya. Ia diberitahukan bahwa ada lowongan sebagai pelatih Timnas Filipina.
Tanpa ragu, Simon lantas melamar dan hebatnya, diterima oleh Federasi Sepak Bola FIlipina. Ia pun langsung terbang ke Asia Tenggara.
bawah orang Skotlandia, performa Filipina berkembang. Untuk kali pertama dalam sejarah mereka lolos ke semi final, sebelum dikalahkan Timnas Indonesia. McMenemy dan timnya mendadak jadi figur populer di Negara Pinoy.
"Kami hanya menyadari perubahan pandangan yang terjadi ketika kami kembali," kata McMenemy kepada BBC Sport.
"Ada sejumlah besar orang di bandara untuk menyambut kami. Ada kamera, semua orang melakukan wawancara. Rasanya seperti kelahiran olahraga baru di Filipina.
"Itu benar-benar mengubah lanskap sepak bola negara tersebut. Enam atau tujuh tahun terakhir sejak itu terjadi, sepak bola telah meledak. Sekarang ada liga profesional yang berjalan di sana, dan klub yang memenangkan liga memenuhi syarat untuk Liga Champions Asia. Itu semua berasal dari kami sukses. Kami adalah bola salju yang didorong dari atas tebing.
"Itu benar-benar dongeng."
Meski 'sukses' menempatkan Filipina di peta persaingan negara-negara Asia Tenggara, Simon dipecat dan digantikan oleh arsitek asal Jerman, Michael Weiss.
Menurut info yang beredar, Simon mengetahui kabar pemecatan itu dari internet.
Â
Advertisement
'Dilepeh' Naga Mekes dan Ditendang Pelita Bandung Raya
Lepas dari Filipina, Simon berkelana ke Vietnam. Sejatinya ia dikontrak selama dua musim, namun baru satu musim, tepatnya pada 2011, ia diangkat oleh Mitra Kukar sebagai pelatih.
Ia didatangkan Mitra Kukar di musim 2011–2012. Tim Naga Mekes, klub promosi yang tengah membangun eksistensi menggaetnya Simon bareng veteran Premier League, Marcus Bent. Agen pemain, Hardimen Koto, jadi King Maker kedatangan Simon.
"Simon pelatih berkelas yang akan bagus untuk Mitra Kukar yang tengah membangun image," tutur Hardimen ke Bola.com di bulan Oktober 2011.
Namun, karier sang arsitek di Tanah Borneo pendek. Ia dipecat jelang berakhirnya putaran pertama Indonesia Super League.
"Berdasarkan hasil evaluasi seluruh jajaran manajemen, kami putuskan untuk memutus kontrak Simon McMenemy," ujar Ketua Umum Mitra Kukar Endri Erawan.
Gagal di Mitra Kukar, Simon kembali ke Filipina hingga akhirnya pada 2013, memutuskan mencoba peruntungan kedua kalinya di Indonesia, kali ini bersama Pelita Bandung Raya.
Sayang, kariernya juga pendek di Kota Kembang. Ia dipecat dan digantikan Darko Janackovic.
Kisah suksesnya didapat bersama Bhayangkara FC. Pada Liga 1 2017, dengan minimnya dukungan suporter, Simon berhasil memberikan gelar juara. Namanya pun melambung, dicap sebagai pelatih menjanjikan di Indonesia.
Â
Wawancara dengan BBC Sport
Kepada BBC, media kenamaan Inggris, Simon bercerita soal serunya berkiprah di dunia sepak bola Indonesia. Salah satunya keseruan Derby Kalimantan (Mitra Kukar vs Persiba Balikpapan) yang memunculkan banyak kontroversi. .
"Di akhir pertandingan, wasit memberi tendangan sudut kepada lawan kami. Suporter merangsek ke lapangan, suporter lawan berpendapat telah terjadi handsball dan seharusnya penalti.
"Polisi kemudian turun tangan mengembalikan suporter ke tribune, dan kemudian wasit berubah pikiran dan memberikan penalti. Kiper kami menyelamatkannya, kondisi kembali rusuh. Kami didorong ke lingkaran tengah dan polisi bersenjata mengepung kami di tengah kerusuhan skala besar dengan melibatkan 15.000 penggemar terjadi di sekitar kami. Semua itu hanya terjadi di Liga Indonesia!" katanya.
Â
Advertisement
Merasa Masih Layak Melatih Timnas Indonesia
Kekalahan demi kekalahan yang didapat Timnas Indonesia di bawah arahan Simon McMenemy membuat desakan kepada dirinya untuk mundur selalu menggema, baik di stadion mau pun lini masa.
Meskipun mendapatkan desakan mundur, namun Simon McMenemy tetap bergeming dengan pendiriannya. Pelatih asal Skotlandia itu menyebut dirinya masih menjadi sosok yang layak untuk memimpin Timnas Indonesia.
Teriakan 'Simon Out' paling santer terdengar ketika ditumbangkan Thailand dengan skor telak 0-3 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Apa reaksinya?
"Apakah saya masih layak melatih Timnas Indonesia? Tentu saja. Suporter tentu punya pendapat pribadi, tapi saya di sini mewakili 250 juta penduduk Indonesia dan tidak semua memiliki opini yang sama tentang saya," kata Simon McMenemy usai laga.