Bola.com, Jakarta - PSSI pernah memiliki tim elite dengan komposisi pemain-pemain muda terbaik yang merasakan pengalaman berlatih dan berkompetisi di Italia. Tim tersebut diberikan nama PSSI Primavera dan PSSI Baretti pada 1990an. Kini semua pemain tersebut sudah pensiun dan tidak sedikit yang kemudian melanjutkan karier sebagai pelatih sepak bola.
Bicara mengenai program Primavera, saat itu PSSI mengirimkan sejumlah pemain yang kemudian menjadi andalan Timnas Indonesia. Sebut saja Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Yulianto yang kemudian sempat bermain untuk Sampdoria.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?
Justin Hubner Jadi Biang Kerok Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: The Real Preman, Langganan Kartu!
Advertisement
Kemudian ada Yeyen Tumena, Eko Purjianto, Aples Tecuari, Sugiantoro, Bima Sakti, dan Indriyanto Nugroho, yang pernah membela Timnas Indonesia dan kini sudah memiliki aktivitas masing-masing, di mana kebanyakan menjadi pelatih sepak bola.
Selain itu juga ada tim Baretti yang berangkat setelah Primavera sudah berjalan lebih dulu. Tim Baretti saat itu diisi oleh Aris Indarto, Alexander Pulalo, Charis Yulianto, Uston Nawawi, Imran Nahumamury, Tugiyo, dan Nova Arianto.
Dari beberapa pemain tersebut, tidak sedikit yang kini sudah mengambil sertifikasi sebagai pelatih. Beberapa di antaranya sudah menjadi asisten pelatih di beberapa tim elite Indonesia, termasuk di Timnas Indonesia.
Bola.com mengulas sejumlah mantan pemain PSSI Primavera dan Baretti yang kini sudah banting setir menjadi pelatih sepak bola.
Â
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurnia Sandy
Kurnia Sandy merupakan mantan kiper andalan Timnas Indonesia pada medio 1995 hingga 1998. Kurnia Sandy merupakan jebolan PSSI Primavera yang sempat mencicipi latihan bersama klub Italia, Sampdoria, setelah menjalani program Primavera.
Setelah pensiun sebagai pemain profesional pada 2011, Kurnia Sandy memutuskan untuk mengambil sertifikasi pelatih dan mulai menjadi pelatih kiper. Dari penelusuran Bola.com, Kurnia Sandy pernah menjadi pelatih kiper di dua klub Malaysia, yaitu Frenz United dan T-Team.
Ketika berada di T-Team, Kurnia Sandy bekerja sama dengan pelatih kenamaan Indonesia, Rahmad Darmawan. Setelah itu, Kurnia Sandy sempat menjadi pelatih kiper Sriwijaya FC pada 2018.
Kemudian PSSI menunjuk Kurnia Sandy untuk menjadi pelatih kiper Timnas Indonesia yang Piala AFF 2018. Setelah itu, Kurnia Sandy merapat ke Madura United untuk menjadi pelatih kiper di sana dan kini bekerja sama dengan Rahmad Darmawan seperti ketika di T-Team.
Advertisement
Yeyen Tumena
Yeyen Tumena merupakan bagian dari tim PSSI Primavera pada 1993 hingga 1994. Setelah itu, Yeyen menjadi andalan Timnas Indonesia di posisi bek kiri pada 1996.
Setelah pensiun dari karier profesional pada 2008, Yeyen Yumena ikut dalam tim kepelatihan Milan Junior Camp Indonesia. Kemudian ia masuk jajaran tim kepelatihan Timnas Indonesia pada 2013.
Pada 2017, Yeyen ditunjuk untuk menjadi asisten pelatih di Bhayangkara FC dan merangkap sebagai direktur teknik untuk klub yang pada akhir musim menjadi juara Liga 1 di bawah asuhan Simon McMenemy.
Setelah itu, Yeyen Tumena masuk dalam staf kepelatihan Timnas Indonesia pada 2019, di mana saat itu Simon McMenemy memang menjadi pelatih kepala Tim Garuda.
Eko Purjianto
Eko Purjianto merupakan mantan pemain PSSI Primavera yang memiliki karier profesional hingga 2007. Ia pernah memperkuat Timnas Indonesia pada 1999 hingga 2001.
Eko Purjianto pernah menjadi asisten pelatih di klub asal tanah kelahirannya, PSIS Semarang. Kemudian ia membantu Indra Sjafri di Timnas Indonesia U-19 dan merasakan gelar juara Piala AFF U-19 2013 yang merupakan era lahirnya Evan Dimas, Hansamu Yama dan sejumlah pemain yang kini menjadi andalan di Timnas Indonesia.
Setelah itu, Eko Purjianto mengikuti Indra Sjafri yang ditunjuk menjadi pelatih di Bali United pada 2016. Meski Indra Sjafri setelah itu kembali menangani Timnas Indonesia U-19 dan Timnas Indonesia U-22, Eko tetap berada di Bali United hingga saat ini.
Ia membantu Stefano Cugurra atau Teco mengantarkan Bali United merebut juara Shopee Liga 1 2019. Bali United perkasa dengan terus memimpin klasemen sejak awal musim. Kemampuan dan dedikasi Eko membuat manajemen Bali United tetap mempertahankannya hingga musim 2020.
Advertisement
Bima Sakti
Bima Sakti merupakan jebolan PSSI Primavera yang juga sempat mendapatkan kesempatan bersama Sampdoria seperti halnya Kurnia Sandy. Setelah itu, Bima Sakti menjadi andalan lini tengah Timnas Indonesia pada 1995 hingga 2001.
Setelah pensiun dari karier profesional pada usia 40 tahun, Bima Sakti akhirnya benar-benar menekuni kepelatihan. Sebagai informasi, saat bersama Persiba Balikpapan hingga pensiun, Bima sempat menjadi pemain sekaligus merangkap sebagai asisten pelatih.
Setelah itu, Bima Sakti dipercaya oleh PSSI untuk menjadi asisten Luis Milla di Timnas Indonesia, termasuk di Timnas Indonesia U-22 yang dipersiapkan ke SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.
Ketika Luis Milla tak lagi menjadi pelatih, Bima Sakti menjadi pelatih interim Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018, di mana saat itu ia mengajak Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Yulianto yang sama-sama jebolan Primavera.
Gagal mengangkat performa Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, Bima Sakti kemudian diberikan kepercayaan oleh PSSI untuk menangani Timnas Indonesia U-16 mulai 2019 hingga saat ini.
Kurniawan Dwi Yulianto
Satu lagi jebolan PSSI Primavera yang sempat merasakan pengalaman di Sampdoria selain Kurnia Sandy dan Bima Sakti. Kurniawan Dwi Yulianto bahkan sempat menjadi jebolan terbaik dengan mendapatkan kesempatan berkarier di Swiss bersama FC Luzern pada 1994 hingga 1995.
Kurniawan kemudian menjadi seorang striker andalan Timnas Indonesia selama satu dekade, mulai dari 1995 hingga 2005. Setelah pensiun dari karier profesional bersama Persipon Pontianak pada 2013, Kurniawan menjadi pelatih akademi Chelsea Soccer School pada 2014.
Sempat menjadi pelatih untuk sebuah program usia dini yang dijalankan oleh minuman energi Milo, Kurniawan Dwi Yulianto kemudian muncul lagi sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia pada 2018. Kurniawan diminta PSSI untuk mendampingi Bima Sakti yang menjadi pelatih interim membimbing Tim Garuda di Piala AFF 2018.
Setelah itu, Kurniawan Dwi Yulianto menjadi asisten pelatih Indra Sjafri di Timnas Indonesia U-22. Ia masuk dalam staf kepelatihan Tim Garuda Muda yang menjuarai Piala AFF U-22 2019 dan meraih medali perak di SEA Games 2019.
Pada awal 2020, Kurniawan Dwi Yulianto resmi diperkenalkan sebagai pelatih klub Malaysia, Sabah FA. Kurniawan sempat membawa tim asuhannya itu melakukan uji coba melalui turnamen Piala Gubernur Jatim 2020.
Advertisement
Sugiantoro
Sugiantoro merupakan bek tengah andalan Timnas Indonesia pada 1997 hingga 2004. Pemain kelahiran Sidoarjo dan menjadi legenda Persebaya Surabaya itu merupakan jebolan PSSI Primavera.
Setelah kembali dari Italia, Sugiantoro langsung membela Persebaya selama satu dekade, dan kemudian sempat merasakan berpindah-pindah klub hingga pensiun pada 2013.
Sugiantoro kemudian sempat menjadi pelatih Persik Kediri di Liga 2 2017. Setelah mundur dari jabatan tersebut, Sugiantoro kemudian dipercaya menjadi asisten pelatih Persebaya Surabaya sejak 2018 hingga saat ini.
Indriyanto Nugroho
Sosok Indriyanto Nugroho terkenal dengan julukan Mister Cepek. Hal itu merujuk kepada nilai kontrak yang diberikan Pelita Jaya kepada Arseto Solo setelah sang pemain kembali dari program PSSI Primavera.
Indriyanto Nugroho kemudian bermain di sejumlah klub hingga pensiun di Persepam Madura United pada 2013. Indriyanto Nugroho kemudian merintis karier sebagai pelatih di level usia muda.
Mantan striker Timnas Indonesia itu menekuni profesi sebagai pelatih di SSB Kabomania. Ia tak pernah merasa gengsi membina usia muda di SSB meski memiliki lisensi kepelatihan B AFC.
Keinginannya untuk mengembangkan talenta pesepak bola muda menjadi alasan dirinya senang bekerja di SSB.
Namun, pada 2019 kesempatan untuk berkarier lebih tinggi didapatkan oleh Indriyanto. Ia masuk dalam staf kepelatihan Timnas Indonesia U-16 sebagai asisten pelatih, di mana tim tersebut ditangani oleh Bima Sakti yang juga merupakan jebolan Primavera.
Advertisement
Charis Yulianto
Charis Yulianto merupakan jebolan program PSSI Baretti yang digelar pada 1995 hingga 1996. Setelah kembali dari Italia, Charis bergabung sebagai pemain di klub-klub besar, seperti Arema, PSM Makassar, Persija Jakarta, Persib Bandung, dan Sriwijaya FC.
Pada masa itu, Charis Yulianto juga merupakan andalan Timnas Indonesia di posisi bek tengah. Ia berada di Tim Garuda mulai dari 2004 hingga 2010.
Setelah pensiun sebagai pemain profesional pada 2012 di Arema, Charis kemudian mulai merambah ke dunia kepelatihan. Borneo FC merekrutnya menjadi asisten pelatih pada 2018.
Sempat bekerja sama dengan Mario Gomez yang menjadi pelatih kepala Borneo FC pada musim 2019, Charis kini melanjutkan kerja sama dengan pelatih asal Argentina itu di Arema, klub yang dibelanya pada awal dan akhir kariernya sebagai pemain profesional.
Uston Nawawi
Uston Nawawi merupakan jebolan PSSI Baretti yang terpilih setelah juga berstatus pemain Persebaya Surabaya. Ia tampil di Persebaya sejak 1995 hingga 2003, sempat berlabuh ke PSPS Pekanbaru bersama Sugiantoro, dan kembali ke skuat Bajul Ijo pada 2004 hingga 2008.
Uston Nawawi pensiun sebagai pemain profesional pada 2013, di mana saat itu sepak bola Indonesia tengah dalam kondisi dualisme. Ia tercatat pernah membela satu di antara dua Persebaya yang mengalami dualisme saat itu.
Uston kemudian melanjutkan karier dengan menjadi pelatih. Ia pernah menangani PSIR Rembang pada 2016. Kemudian ia dipercaya menangani Persebaya U-20 pada 2018 dan 2019. Kini Uston Nawawi merupakan satu dari beberapa asisten Aji Santoso di Persebaya.
Advertisement
Nova Arianto
Nova Arianto merupakan mantan pemain jebolan PSSI Baretti yang kemudian bergabung bersama Arseto Solo.
Setelah membela sejumlah klub besar, mulai dari PSIS Semarang, Persebaya Surabaya, PSS Sleman, Persib Bandung, Sriwijaya FC, Nova Arianto pensiun sebagai pemain merangkap asisten pelatih di Pelita Bandung Raya.
Nova sempat menjadi pelatih Madiun Putra pada 2016 dan menangani tim U-21 Bhayangkara FC pada 2016 hingga 2017. Sempat dipercaya menangani Lampung Sakti, Nova kembali ke Bhayangkara FC untuk menangani tim U-20 pada 2019.
Pada tahun yang sama Nova Arianto mendapatkan kepercayaan untuk menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-22 untuk mendampingi Indra Sjafri.
Nova menjadi asisten pelatih yang mengurus para pemain bertahan secara khusus dan merasakan euforia menjadi juara Piala AFF U-22 2019 dan meraih medali perak SEA Games 2019 di Filipina.
Nova Arianto kini menjadi asisten pelatih lokal yang membantu pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong. Nova menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia senior maupun di Timnas Indonesia U-19 yang tengah dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20 2021.