Bola.com, Semarang - Label legenda PSIS Semarang tersemat pada nama Ribut Waidi. Ia menjadi pemain PSIS paling sukses setelah meraih gelar di klub dan Timnas Indonesia.
Ribut Waidi lahir di Pati, Jawa Tengah pada 5 Desember 1962. Selama berkarier di sepak bola Indonesia, Ribut Waidi hanya bermain di wilayah Jawa Tengah khususnya Semarang dan sekitarnya.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengawali karier di PS Sukun Kudus pada 1976 hingga 1980. Kemudian, ia melanjutkan petualangannya di Persiku Kudus (1980), PS Kuda Laut Pertamina Semarang (1981-1984), dan PSIS Semarang (1984-1992).
Pada era 1980-an, bersama PSIS, karier Ribut pun melesat. Pada 1987, Ribut ikut membawa Mahesa Jenar melambung dengan menjuarai kompetisi Perserikatan setelah mengalahkan Persebaya Surabaya di final.
Berkat kesuksesannya itu, perjalanan Ribut berlanjut ke level lebih tinggi, yakni Ttimnas Indonesia. Ribut meraih prestasi, yakni medali emas sepak bola SEA Games Jakarta 1987.
Ia juga menjadi penentu kemenangan Timnas Indonesia atas Malaysia pada final SEA Games yang digelar di Jakarta itu.
Berikut ini sejumlah fakta menarik seputar perjalanan karier Ribut Waidi yang dirangkum Bola.com.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Digdaya pada Tahun 1987
Tahun 1987 adalah tahun yang paling bersejarah baginya. Ribut Waidi menyentuh langit setelah mengawinkan gelar juara bersama PSIS Semarang dan Timnas Indonesia.
Ribut membawa PSIS keluar sebagai juara Perserikatan 1986-1987. Meski tidak mencetak gol saat final, Ribut Waidi terpilih sebagai pemain terbaik musim 1987. Perjalanan PSIS hingga bisa menjadi juara tak lepas dari kiprah sang pemain bernomor punggung 10 itu.
Magis Ribut Waidi menjalar ke Timnas Indonesia. Ia dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan menghadapi SEA Games 1987. Medali emas SEA Games pun dalam genggaman Indonesia setelah berhasil mengalahkan Malaysia di final.
Ribut membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno bergetar pada 20 September 1987, melalui gol semata wayang ke gawang Malaysia. Kala itu, stadion penuh sesak oleh suporter Tim Garuda. Jumlah penonton yang hadir kabarnya menembus 100 ribu orang.
Advertisement
Terinspirasi Diego Maradona
Ribut Waidi dikenal sebagai pemain yang dibekali dengan kecepatan dan kelincahan. Memiliki posisi sebagai penyerang sayap, ia hampir mirip dengan legenda Argentina, Diego Maradona.
Maradona merupakan pemain idola Ribut. Ia seperti menemukan kenikmatan tersendiri ketika mengelabui lawan dengan gocekan dan kecepatannya.
Ribut Waidi juga dikenal sebagai sosok yang lucu dan sering tertawa lepas. Mantan rekan setimnya, Ahmad Muhariah, mengenang Ribut Waidi yang memang tidak ada duanya.
Menurutnya, Ribut memiliki keunikan, yakni kemampuan yang tidak terduga ketika dalam sebuah pertandingan resmi. Sementara ketika sesi latihan, Ribut seperti pemain dengan skill yang biasa-biasa saja.
"Ketika pelatih menyuruhnya latihan keeping bola, dia tidak bisa. Disuruh mengiring bola mengelabui lawan juga tidak bisa. Tapi anehnya ketika dalam pertandingan, skill-nya keluar semua, dan menjadi pemain luar biasa di lapangan," kenang Ahmad Muhariah.
Tutup Usia pada 2012
Setelah pensiun dari sepak bola pada tahun 1992, Ribut Waidi bekerja di Pertamina. Dirinya sempat masih bergelut dengan si kulit bundar yakni mendirikan sekolah sepak bola di Semarang.
Publik sepak bola Indonesia khususnya Semarang kehilangan Ribut Waidi untuk selamanya pada 3 Juni 2012. Ribut meninggal dunia di usia 49 tahun karena serangan jantung.
Jasadnya dimakamkan di tempat pemakaman Giri Loyo, Ngaliyan, Semarang.
Untuk mengingat jasa serta pengabdiannya kepada bangsa dan negara serta Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang mendirikan patung Ribut Waidi sedang menggiring bola di Jalan Karang Rejo, jalur utama menuju Stadion Jatidiri, Semarang.
Advertisement