Bola.com, Malang - Arema FC tak bisa lepas dari pemain Papua. Sejak berdiri pada 1987, tim Singo Edan sudah memiliki pemain asal provinsi Indonesia bagian timur tersebut.
Mulai generasi Mecky Tata, kemudian dianjutkan dengan Erol Iba, Elie Aiboy, Alexander Pulalo, Ortisan Salossa, hingga generasi Ricky Kayame musim lalu.
Baca Juga
Pengakuan Pelatih Filipina, Beruntung Bisa Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024 usai Mempermalukan Timnas Indonesia
Anak Baru di Timnas Indonesia Minta Maaf Gagal Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024: Ini Bukan Hasil yang Kami Inginkan
Debut dan Langsung Cetak 2 Gol untuk Vietnam di Piala AFF 2024, Rafaelson: Laga yang Tak Terlupakan
Advertisement
Keberadaan pemain asal Papua di tubuh Arema tak lepas dari peran founding father Arema, Acub Zaenal (ayah pendiri Arema, Lucky Zaenal). Dia mantan gubernur Papua pada 1973-1975. Dia membawa sejumlah putra daerah terbaik Papua untuk bermain di Arema.
Seperti ditakdirkan berjodoh, karakter pemain Malang dengan Papua ternyata punya kesamaan, yakni ngotot di lapangan. Sampai saat ini, Arema sudah pernah merekrut pemain Papua di semua posisi.
Bahkan di sektor penjaga gawang, Singo Edan pernah mendatangkan putra Papua, yakni Silas Ohee. Padahal, sangat jarang tanah Papua melahirkan seorang kiper.
Dari sederet pemain Papua di Arema, Bola.com merangkum beberapa nama yang tergolong paling sukses dan diingat Aremania.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mecky Tata
Dia jadi gerbong pertama pemain Papua di Arema. Dia langsung menyabet gelar top scorer di musim 1988/1989 dengan 18 gol. Prestasi lainnya, dia ikut membawa Arema juara kompetisi Galatama musim 1992/1993.
Semasih bermain, Mecky ditakuti karena tandukannya. Padahal dari segi postur, dia bukan striker jangkung. Namun, dia punya badan yang kukuh sehingga sering menang duel udara dengan lawan.
“Kalau Mecky sudah di depan jangankan bola, gawang saja pernah dia heading,” kenang Kuncoro, asisten pelatih Arema yang dulu jadi rekan Mecky Tata.
Hanya, tidak ada catatan detail berapa gol yang disumbangkannya untuk Arema. Total, dia bermain 10 musim untuk Singo Edan.
Setelah pensiun, Mecky sempat tinggal di Malang dan jadi Pegawai Negeri Sipil di Kota Batu. Kini dia sudah kembali ke Papua. Meski tidak aktif di dunia sepak bola, tapi dia tetap memberikan perhatian khusus untuk Arema.
Beberapa kali dia merekomendasikan pemain asal Papua untuk Arema. Terakhir, striker Zidane Pulanda yang dikontrak Arema musim lalu adalah saran dari Mecky Tata. Sayangnya, striker muda itu tak bisa bersaing dan belum dapat kesempatan main sepanjang musim.
“Saya ini bukan agen pemain. Tapi ada rasa kepedulian agar selalu ada penerus pemain asal Papua di Arema,” kata Mecky.
Advertisement
Alexander Pulalo
Dia dikenal sebagai kapten dan pemain Arema yang galak di lapangan. Ia langganan mendapat kartu karena permainan keras, hinga panggilan komisi disiplin PSSI melekat kepadanya. Di balik semua hal itu, Alexander Pulalo justru dicintai Aremania. Hingga saat ini namanya cukup harum di Malang.
Jika ada bek sayap yang lincah, gesit dan berpostur kecil, suporter langsung membandingkannya dengan Alex. Meski dia pemain berkaki kidal, Alex bisa ditempatkan sebagai bek kanan. Alex membela Arema musim 2005-2009. Lima tahun tentu bukan waktu yang singkat. Gelar yang diraihnya sama dengan Erol Iba, yakni dua kali juara Copa Indonesia tahun 2005 dan 2006.
Uniknya, Alex merupakan pemain kelahiran Jayapura yang tak pernah membela tim asal Papua. Setelah pensiun, kini dia menetap di Jakarta.
Jika diurutkan, Alex jadi pemain Papua kedua kedua yang sangat lekat dengan Arema setelah Mecky Tata.
Erol Iba
Erol Iba adalah satu di antara bek kiri terbaik yang pernah singgah di Arema. Dia direkrut dari PSPS Pekanbaru. Waktu itu, Erol masih belum punya nama besar. Tapi, dia sempat membela Timnas Indonesia U-23 sebelumnya.
Bersama Arema, Erol jadi andalan sektor kiri musim 2004-2006. Dia ikut mempersembahkan gelar dua kali Copa Indonesia.
Pada pengujung karier di Arema, dia juga mendapatkan panggilan Timnas Indonesia senior. Kelebihan Erol bukan hanya cepat. Tapi juga teknik tinggi dan akurasi umpan silang yang bagus. Kebersamaannya di Arema berakhir karena sebuah kesalahpahaman dengan pengelola Arema waktu itu, PT Bentoel.
Erol diputus kontrak dan berlabuh ke Persik Kediri dan kariernya melesat. Dia juga sempat didekati klub Australia, Newcastle Jets.
Erol tetap berkarier di Indonesia bersama sejumlah klub besar, di antaranya Pelita Jaya, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya hingga Sriwijaya FC. Ia pensiun sejak 2016.
Advertisement
Ricky Kayame
Sebenarnya, masih banyak pemain besar asal Papua lainnya yang pernah membela Arema, yakni Elie Aiboy dan Ortizan Solossa. Namun, saat dua pemain itu membela Arema, tidak ada gelar juara ataupun gelar individu yang diraih.
Ricky Kayame jadi pemain asal Papua terakhir yang memberikan prestasi untuk Singo Edan.
Pemain yang berposisi sayap ini ikut membawa Arema juara Piala Presiden 2019. Padahal, dia jadi pemain paling akhir yang direkrut Arema. Latar belakangnya tergolong kurang bagus untuk Aremania. Ricky sebelumnya membela klub rival, Persebaya Surabaya.
Tapi, Ricky jadi satu di antara pahlawan Singo Edan. Dia menjelma jadi pemain penting sekaligus meraih gelar pencetak gol terbanyak di turnamen pramusim itu.
Sayangnya, dia justru melempem di kompetisi. Meski demikian, Ricky tetap menorehkan pretasi di Arema. Hanya, kebersamaannya berkahir kurang manis.
Dia tertangkap media mampir ke ruang ganti Persebaya saat merayakan kemenangan atas Arema di Balikpapan tahun lalu. Sejak itu, dia tidak lagi masuk line-up Arema dan kontraknya tidak diperpanjang lagi.
Starting XI
Kiper: Silas Ohee
Belakang: Alexander Pulalu, Ortizan Solossa, Israel Wamiau, Erol Iba.
Tengah: Elie Aiboy, Panus Korwa, Okto Maniani
Depan: Ricky Kayame, Mecky Tata, Marthen Tao
Advertisement