Bola.com, Makassar - Sosok Miro Balde Bento masuk dalam jajaran pemain yang sukses membawa PSM Makassar meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000. Duetnya bersama Kurniawan Dwi Yulianto di lini depan PSM kala itu, membuat pamor striker asing kalah.
Bento direkrut manajemen PSM yang dikendalikan oleh Nurdin Halid dengan status anggota skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 1998. Pada musim perdananya bersama Juku Eja, Bento lebih banyak berperan sebagai pelayan Kurniawan.
Baca Juga
Hasil Liga Inggris: Dipaksa Imbang Everton, Chelsea Gagal Kudeta Liverpool dari Puncak
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
Aneh tapi Nyata! PSM Main dengan 12 Pemain saat Menang atas Barito Putera di BRI Liga 1: Wasit Pipin Indra Pratama Jadi Bulan-bulanan
Advertisement
Menurut Syamsuddin Umar, pelatih PSM kala itu, Bento bisa menjalankan tugasnya dengan baik karena memiliki skill di atas rata-rata.
"Kelebihan utama Bento adalah mampu melewati lawan dengan aksi individu yang baik. Ia memiliki semua kriteria striker yakni kontrol bola, heading dan tendangan yang keras dan akurat. Ia juga adalah pemain yang ngotot dengan improvisasi tinggi untuk memenangkan pertandingan," ujar Syamsuddin kepada Bola.com, Kamis (30/4/2020).
Syamsuddin juga menilai Bento sebagai pemain yang cerdas sehingga cepat memahami keinginan dan strategi pelatih. Syamsuddin paham betul dengan kualitas striker yang kini berpaspor Timor Leste ini.
Selama tiga musim membela PSM, Bento di bawah penanganan Syamsuddin sebagai pelatih kepala. Pencapaian Bento di PSM terbilang baik. Pada musim perdana, ia membawa PSM meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000.
Semusim kemudian, Bento bersama PSM menjadi runner-up setelah dikalahkan Persija Jakarta 2-3 di laga final yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
PSM Makassar juga menembus perempat final Liga Champions Asia 2001.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dua Sisi
Pada musim terakhirnya, Bento tetap jadi bagian penting sukses PSM Makassar menembus empat besar Liga Indonesia 2002. Aksi yang menghibur dan trofi juara buat PSM menutupi sisi lain Bento yang dikenal memiliki karakter unik.
"Di luar lapangan, Bento itu sedikit bandel, arogan, malas dan manja. Perlu pendekatan khusus buat mengoptimalkan kemampuannya di lapangan. Meski begitu, sejatinya Bento juga adalah pribadi yang loyal kepada rekan setim, pelatih dan pengurus," papar Syamsuddin.
Hal senada juga dikatakan Andi Coklat, eks jenderal lapangan The Maczman.
"Penampilan Bento yang ngotot dan aktraktif membuat suporter selalu yakin. Bersamanya PSM bisa memenangkan pertandingan. Apalagi kalau tampil di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin," kenang Coklat.
Bentuk cinta suporter kepada Bento diwujudkan dengan yel-yel yang khusus ditujukan kepadanya. "Setiap Bento beraksi, yel-yel itu serentak dinyanyikan suporter," terang Coklat.
Dimata Coklat, karakter Bento hampir sama dengan Ferdinand Sinaga, idola suporter PSM era Liga 1. "Keduanya sama-sama dikenal bertempramen tapi berdedikasi tinggi terhadap tim. Itulah mengapa suporter PSM sangat mencintainya," tutur Coklat.
Advertisement
Cinta dan Kebanggaan di PSM
Pada sebuah kesempatan wawancara dengan Bola.com beberapa tahun silam, Bento tanpa sungkan mengakui bermain di PSM Makassar adalah kenangan terindah selama kariernya di sepak bola.
"Di PSM, saya mendapatkan segalanya. Mulai gelar juara, kebanggaan dan keluarga. Semuanya di Makassar," ujar suami dari Marissa Estefania, wanita asal Makassar ini.
Selepas dari PSM usai Liga Indonesia 2002, Bento memperkuat sejumlah klub, di antaraya Perseden Denpasar, Persmin Minahasa, Persiba Balikpapan, Persela Lamongan, PSBL Langsa, dan PSIS Semarang.
Pada pengujung kariernya sebagai pemain, Bento sempat memperkuat klub kampung halamannya, FC Porto Taibesi. Di klub masa kecilnya itu, ia menjadi pemain merangkap asisten pelatih. Status yang kemudian mengantarnya menjadi asisten pelatih Timnas Timor Leste pada 2018-2019.