Bola.com, Makassar - Sosok Ronald Fagundez pantas masuk dalam jajaran pemain asing terbaik yang pernah beredar di Liga Indonesia. Gelandang berdarah Uruguay ini dikenang berkat gaya main menghibur lewat gocekan dan umpannya yang terukur.
Di negaranya, ia mendapat nama panggilan Il Gatto atau Si Kucing. Panggilan ini kian melekat pada dirinya ketika bergabung di PSM Makassar, klub papan atas Indonesia yang berjuluk Juku Eja atau Ikan Merah.
Advertisement
Juku Eja adalah klub pertama Ronald Fagundez di Liga Indonesia musim 2004. Skill di atas rata-rata plus karakter tim Juku Eja yang mengandalkan permainan cepat dan keras membuat Il Gatto cepat beradaptasi.
Apalagi di PSM ada rekan senegaranya, Cristian Gonzales yang sudah memperkuat Juku Eja pada musim sebelumnya. Pelatih PSM saat itu, Miroslav Janu memainkan Ronald sebagai penyerang sayap kiri dengan formasi 4-4-2.
Saat bermain, Ronald tak jarang berdiri di belakang duet striker Cristian Gonzales dan Marcelo Ramos. Kolaborasi tiga pemain asal Amerika Latin plus Irsyad Aras sebagai sayap kanan membuat PSM selalu tampil dominan di setiap partai.
Apalagi ditunjang dengan mobilitas dua gelandang jangkar, Syamsul Chaeruddin dan Ponaryo Astaman. Tak ayal pada musim itu, PSM dijagokan meraih trofi juara.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Beruntung
Namun petaka terjadi pada putaran kedua di mana Cristian Gonzales harus mengakhiri musim lebih cepat karena terkena skorsing akibat memukul offisial Persita Tangerang kala Juku Eja melakoni laga away. PSM akhirnya gagal memenuhi ambisi juara karena kalah selisih gol dengan Persebaya Surabaya yang sama-sama meraup 61 poin.
Keberuntungan memang tidak pernah berpihak pada Ronald selama memperkuat PSM. Saat Liga Indonesia kembali menerapkan format wilayah, Ronald Fagundez hanya mampu membawa PSM lolos ke 8 Besar pada musim 2005 dan 2006.
Setelah tiga musim memperkuat PSM, Il Gatto berpertualang ke Persik Kediri (2006-2009), Putra Samarinda (2009-2012) dan PSIS Semarang (2013-2014). Di klub terakhir, Ronald 'dipaksa' pensiun sebagai pemain menyusul sanksi 5 tahun tak boleh beraktivitas di sepak bola.
Penyebabnya 'partai dagelan', PSS Sleman dan PSIS Semarang pada babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014 musim 2014. Pada partai yang dimenangkan PSS dengan skor 3-2 itu, semua gol yang terjadi lewat proses bunuh diri atau menjebol gawang sendiri dengan sengaja. Baik PSS maupun PSIS sama-sama memilih untuk kalah agar terhindar dari Borneo FC yang di grup P menjadi runner up dibawah Martapura FC.
"Saya ikut kena sanksi. Padahal, saya tidak tahu apa-apa dan tidak dimainkan pada pertandingan itu," ujar Ronald kepada Bola.com di rumahnya yang berada di kawasan kota tua Makassar beberapa waktu lalu.
Advertisement
Teladan di PSM
Meski tak pernah membawa PSM meraih trofi juara Liga Indonesia, aksi Il Gatto tetap dikenang suporter Juku Eja. Seperti diungkap Andi Coklat, eks pentolan kelompok suporter PSM, The Maczman kepada Bola.com, Sabtu (2/5/2020).
Menurutnya aksi Il Gatto saat tampil bersama PSM jadi hiburan tersendiri buat suporter. Terutama saat PSM berlaga di Stadion Andi Mattattala Mattoangin. "Sepanjang pertandingan, kami selalu bersorak saat ia melewati lawan dengan mudah sebelum melepaskan umpan terukur ke striker," kata Coklat.
Hal senada dikatakan Herman Kadiaman, eks staf pelatih PSM. Di mata pelatih berlisensi B-AFC ini, Ronald adalah pemain dengan teknik komplit yang dibutuhkan tim. Meski berskill tinggi, Ronald tidak egois di lapangan.
"Ronald juga pemain yang patuh dengan istruksi pelatih. Diluar lapangan, ia adalah pribadi yang baik," ungkap Herman.
Menurut Herman, sikap dan tingkah laku Ronald patut jadi contoh pemain asing atau pemain muda Indonesia.
"Ronald yang saya tahu adalah pemain yang selalu respek dengan pelatih tanpa peduli dengan statusnya. Itulah mengapa Ronald selalu menjadi pemain yang disukai pelatih dan dihormati suporter klub yang dibelanya," pungkas Herman mengakhiri pembicaraan.