Bola.com, Jakarta - Mantan pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla, mengaku pekerjaannya sangat berat ketika dipercaya menukangi Timnas pada 2017. Luis Milla menyebut, banyak pekerjaan mendasar yang terpaksa dilakukannya karena minimnya pengetahuan sepak bola yang dimiliki pemain.
Luis Milla bercerita, pada awal-awal kepelatihannya banyak hal dasar mengenai strategi permainan sepak bola yang harus diajarkannya. Hal itu tak terlepas dari kebiasaan dan kultur sepak bola yang ada di Indonesia.
Baca Juga
Prediksi Leicester City Vs Chelsea dan Arsenal Vs Nottingham Forest di Liga Inggris: Panas di Papan Atas
Bung Towel Sebut Evaluasi terhadap STY Bisa Jadi Kunci Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026: PSSI Jangan Lembek Dong
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
"Datang dari negara lain membuat saya harus menganalisa pemain dan tim yang ada di Indonesia. Terutama untuk mengerti kebiasaan dan model permainan apa yang mereka mainkan," kata Luis Milla dalam akun Youtube Kickoff Indonesia.
Luis Milla ketika itu terkejut dengan banyaknya hal-hal dasar yang tak biasa dilakukan pemain Indonesia. Contohnya adalah dari segi aspek bertahan yang dilakukan tanpa keteraturan.
"Pada aspek bertahan, kami menemukan jarak antarlini selalu jauh. Organisasi bertahan cenderung tidak seimbang. Saat melakukan pressing, sering kali dilakukan tanpa suatu keteraturan struktur yang baik," ujar Luis Milla.
Selain itu, Luis Milla menilai pemain Indonesia sering berhenti melakukan press ketika kehilangan bola. Hal itulah yang berhasil dimanfaatkan lawan untuk melakukan serangan.
"Saat tim kehilangan bola pada situasi transisi negatif, kami merasa pemain sering kali berhenti melakukan press atau reorganisasi. Situasi yang membuat lawan mudah berlari," ujar Luis Milla.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pola Menyerang Berantakan
Tak hanya aspek bertahan, pola menyerang pemain Indonesia ketika itu dianggap Luis Milla berantakan. Penilaian tersebut diambil Luis Milla karena melihat lemahnya pola menyerang yang dilakukan.
Luis Milla menilai, semua pemain Indonesia cenderung ingin berlari ketika dalam situasi menyerang. Menurut dia, hal seperti itu sebenarnya tak perlu karena cukup dengan mengandalkan keakuratan passing.
"Pada aspek menyerang, kami melihat kebanyakan tim bermain bola panjang. Tidak ada struktur posisional dan okupansi ruang yang baik. Juga pemain gelandang perlu meningkatkan wawasan tentang body shape untuk bisa bermain," ucap pelatih berusia 54 tahun itu.
"Pada saat transisi positif, setiap tim merebut bola. Ada kecendrungan semua pemain mau berlari. Ini bisa jadi baik, akan tetapi sebenarnya tidak harus dilakukan di semua situasi. Terkadang melakukan passing lebih baik daripada berlari," tegas Luis Milla.
Fondasi yang sudah dibangun Luis Milla di Timnas Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik. Namun, hal itu tak bisa berlanjut karena Luis Milla tak mendapatkan perpanjangan kontrak setelah gagal membantu Timnas Indonesia U-22 menjadi semifinalis Asian Games 2018.
Advertisement