Bola.com, Sleman - Suporter fanatik PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) ikut merasa kehilangan atas kepergian Didi Kempot.
Meski beraliran ultras, BCS mengadopsi satu di antara hasil karya sang maestro campursari tersebut. Ada aksi BCS di Stadion Maguwoharjo pada beberapa musim lalu yang viral. Ribuan suporter khas Tifosi Italia tersebut menyayikan lagu Didi Kempot berjudul Suket Teki, di tengah pertandingan.
Baca Juga
Advertisement
"Wong salah ora gelem ngaku salah, suwe-suwe sopo wonge sing betah. Mripatku uwis ngerti sak nyatane, Kowe selak golek menangmu dewe. Tak tandur pari jebul tukule malah suket teki," begitu penggalan lirik lagu yang dinyanyikan BCS.
Bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya: Orang yang salah tidak mau mengaku salah. Lama-lama siapa yang betah. Mataku sudah tahu faktanya, kamu mengejar menangmu sendiri. Aku menanam padi malah yang tumbuh suket teki (rumput teki).
Bagi BCS, nyanyian tersebut memiliki maksud, yakni sindiran kepada pemain lawan saat memprotes wasit. Ketika pemain lawan melakukan pelanggaran, namun malah memprotes wasit.
"Ssaat di itu di Sleman sedang booming, awalnya teman-teman punya ide untuk menyanyikan lagu itu. Selain menjadi psywar karena ada makna tersirat, lagu dinyanyikan sebagai gambaran saat di pertandingan. Rasanya kami punya utang budi kepada beliau karena lagunya yang kami nyanyikan," kata Media Guide BCS, Aan Andrean kepada Bola.com, Selasa (5/5/2020).
"Lagu itu secara kultural, beliau (Didi Kempot) dan BCS dalam wilayah dan kedaerahan yang sama. Meski kami punya image fanatik dan keras, dengan menyanyikan Suket Teki ternyata bisa membuat suasana di tribune penonton cair," bebernya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kebanggan Suporter
Pihaknya menambahkan, sejauh ini BCS baru menyanyikan lagu Suket Teki sebagai karya dari almarhum Didi Kempot. Fenomena banyaknya kelompok suporter, khususnya di Pulau Jawa, yang gemar melantunkan lagu-lagu Didi Kempot di tengah pertandingan, menjadi nilai positif tersendiri.
"Barangkali karena kondisi tim atau ketika pertandingan berlangsung. Selama ini lagu atau chant didominasi oleh budaya dari luar negeri. Harus diapresiasi karena sebuah kebanggaan mengangkat sosok dari daerah sendiri," jelas Aan Andrean.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Advertisement