Bola.com, Jakarta - Indonesia tak pernah kehabisan sumber daya penyerang sejak dulu. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya penyerang-penyerang tajam yang sempat membuat lini depan Timnas Indonesia menakutkan.
Hampir setiap generasi sepak bola Indonesia menghasilkan penyerang lokal berkualitas. Pengaruhnya sudah terasa langsung kepada Timnas Indonesia.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Contohnya di Piala Tiger, yang kemudian bernama Piala AFF. Hampir setiap edisi Timnas Indonesia memiliki penyerang tajam. Pembuktian tersebut dilakukan di lapangan dengan sumbangan begitu banyak gol.
Belakangan jumlah penyerang tajam lokal yang dimiliki Indonesia berkurang. Hal ini terjadi karena tidak didukung kebijakan klub yang memang lebih senang menggunakan jasa pemain asing.
Para pemain muda yang bermain sebagai penyerang kerap tidak mendapatkan tempat bermain di klub. Klub lebih percaya memainkan penyerang asing demi mengejar kesuksesan instan.
Meskipun punya penyerang tajam di lini depan bukan jaminan prestasi. Sederet duet penyerang tajam yang pernah dimiliki Timnas Indonesia nyatanya selalu gagal memberikan gelar.
Bola.com mengumpulkan beberapa duet penyerang tajam yang pernah dimiliki Timnas Indonesia, di mana kehadirannya pernah membuat lini depan Tim Garuda disegani lawan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Peri Sandria & Kurniawan Dwi Yulianto
Duet Peri Sandria dan Kurniawan Dwi Yulianto di Timnas Indonesia terjadi di Piala Tiger 1996. Ketika itu, dua nama tersebut merupakan penyerang terbaik yang dimiliki Indonesia.
Peri Sandria yang berumur 26 tahun merupakan pemain tajam milik Bandung Raya. Adapun Kurniawan Dwi Yulianto ketika itu berusia 20 dan bermain untuk klub Swiss, FC Luzern.
Kehadiran keduanya membuat lini depan Timnas Indonesia mengerikan. Peri Sandira dan Kurniawan masing-masing mencetak empat gol dalam turnamen tersebut. Sayangnya Timnas Indonesia gagal menjadi juara karena tersingkir di semifinal.
Advertisement
Widodo C Putro & Miro Baldo Bento
Dua tahun kemudian, ada duet yang berbeda di Timnas Indonesia. Ketika itu, Timnas Indonesia mengandalkan Widodo Cahyono Putro dan Miro Baldo Bento di lini depan.
Keduanya sukses membuat lini depan Timnas Indonesia tajam dengan jumlah sumbangan lima gol. Namun, lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak buat Indonesia.
Timnas Indonesia tersingkir di semifinal. Namun, pada perebutan peringkat ketiga, Timnas Indonesia berhasil mengalahkan Thailand melalui drama adu penalti dengan skor 5-4.
Gendut Doni & Kurniawan Dwi Yulianto
Pada Piala Tiger 2000 giliran Kurniawan Dwi Yulianto yang berduet dengan Gendut Doni. Kedua penyerang beringas itu berhasil tampil mengesankan sepanjang turnamen.
Keduanya sanggup mencetak delapan gol sepanjang turnamen. Rinciannya adalah Gendut Doni mencetak lima gol, sedangkan Kurniawan menyumbang tiga gol.
Akan tetapi, ketajaman keduanya tetap tak mampu memberikan gelar juara buat Timnas Indonesia. Pada laga final, Tim Merah Putih menyerah 1-4 dari Thailand.
Advertisement
Bambang Pamungkas & Zaenal Arif
Dua tahun berselang tepatnya di Piala Tiger 2002, lini depan Timnas Indonesia dihuni duet Bambang Pamungkas dan Zaenal Arif. Keduanya berhasil tampil mengesankan berkat gol-gol yang dicetak.
Bambang Pamungkas ketika itu mencetak delapan gol, sedangkan Zaenal Arif membukukan enam gol. Akan tetapi, Timnas Indonesia kembali gagal meraih gelar juara.
Pada laga final, Timnas Indonesia harus puas bermain imbang 2-2 melawan Thailand. Namun, keberuntungan Tim Garuda berhenti di babak adu penalti setelah menyerah 2-4 dari Tim Gajah Perang.
Ilham Jaya Kesuma & Boaz Solossa
Piala Tiger 2004 giliran nama Ilham Jaya Kesuma dan Boaz Solossa yang tampil menggila. Keduanya sukses mengumpulkan 11 gol, Ilham dengan tujuh gol dan Boaz Solossa empat gol.
Piala Tiger ini bisa dibilang panggungnya pemain Indonesia. Selain dua nama tersebut, ada pula Kurniawan Dwi Yulianto yang tampil tajam dengan lima gol dan Elie Aiboy dengan empat gol.
Akan tetapi, Timnas Indonesia kembali gagal menjadi juara. Pada laga final, Tim Merah Putih menyerah 1-3 dan 1-2 dari Singapura, di mana laga final sudah menggunakan sistem dua leg.
Advertisement
Cristian Gonzales & Irfan Bachdim
Ada duet Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim di Piala AFF 2010. Ketika itu, keduanya mampu mencetak lima gol.
Selain dua nama itu, ada pula nama Bambang Pamungkas yang mampu mencetak dua gol. Akan tetapi, para pemain tajam itu tak cukup mampu memberikan gelar juara.
Timnas Indonesia kalah di final dari Malaysia dengan agregat 2-4. Kekalahan ini terasa menyakitkan karena dalam laga leg kedua sebenarnya Timnas Indonesia menang 2-1. Namun, pada leg pertama lebih dulu menyerah 0-3 di kandang Malaysia.