Sukses


Sugiantoro dan Rachmat Irianto, Dua Generasi Andalan Lini Belakang Persebaya dan Timnas Indonesia

Bola.com, Surabaya - Bejo Sugiantoro dikenal sebagai pemain belakang yang tangguh bersama Timnas Indonesia pada era 1990-an hingga awal 2000-an. Dia berposisi sebagai libero, posisi yang sudah tidak lagi digunakan di era sepak bola modern.

Kini, Bejo telah menjadi asisten pelatih Persebaya dalam dua tahun terakhir. Nah, di Persebaya, pria kelahian 1977 itu seolah menitiskan bakatnya sebagai pemain belakang kepada sang putra, yaitu Rachmat Irianto.

Perjalanan karier keduanya terbilang mirip untuk menembus Tim Garuda. Bejo mulanya masuk dalam proyek PSSI Primavera pada 1993. Itu merupakan wadah untuk para pemain muda Indonesia menjalani pelatihan di Sampdoria, Italia.

Sejumlah nama beken menjadi rekan setim Bejo. Sebut saja Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, Anang Ma’ruf, Eko Purjianto, Uston Nawawi, Imran Nahumarury, dan masih banyak yang lain.

Nama Rachmat Irianto sendiri mulai muncul pada 2017 saat menjadi kapten Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 2017 arahan Indra Sjafri. Skuat ini memunculkan Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani, Syahrian Abimanyu, hingga Firza Andika.

Bicara di level klub hampir serupa. Bejo menjalani karier profesionalnya bersama Persebaya mulai 1994, saat masih berusia 17 tahun. Rian, sapaan akrab Irianto, mendapat kontrak pertama bersama Bajul Ijo di usia 17 tahun pula, mulai musim 2017.

Bejo memang terlihat sangat memantau perkembangan putra sulungnya itu. Dia ikut membimbing Rian, meski menjunjung profesionalisme di Persebaya. Saat mengawali karier sebagai pelatih interim di Persebaya pada 2018, pria kelahiran Sidoarjo itu menegaskan batasan statusnya dengan Rian.

“Saya banyak berdiskusi dengan dia. Saya ngobrol dan mengatakan ini profesional. Sekarang Rian adalah anak muda yang sedang berkembang,” ungkap Bejo.

“Perlu dicatat, saya lebih senang dan terbuka dengan pemain yang bukan anak saya, supaya tidak ada dusta di antara kita. Kalau kondisi dia baik, akan saya pasang. Tapi, kalau tidak ya, cadangan dulu. Saya menilai kontribusi dia selama latihan,” imbuhnya.

Senada, Rian tidak ingin keberadaan ayahnya di jajaran pelatih Persebaya melahirkan komentar negatif, misalnya nepotisme relasi keluarga dalam sebuah klub.

“Ketika berada di rumah, beliau adalah bapak saya. Tapi, di lapangan, beliau adalah pelatih saya,” ujar pemain Timnas Indonesia U-19 itu kepada Bola.com.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Tangis Seorang Ayah

Rian pernah mengalami satu peristiwa yang mengerikan bagi pemain profesional. Pada pertengahan 2018, dia mengalami cedera parah pada telapak kaki saat usianya yang baru 18 tahun.

Kala itu ia tampil bersama Persebaya melawan Barito Putra dalam laga Shopee Liga 1 2018 (8/4/2018). Kondisi itu memaksanya absen membela Persebaya sekaligus Timnas Indonesia.

Sebagai ayah, Bejo sangat khawatir. Statusnya saat itu masih menjadi pelatih Persebaya U-19, belum masuk jajaran pelatih tim senior. Dia berusaha memastikan bahwa putranya dalam kondisi baik dan bisa sembuh dari cedera.

Bejo Sugiantoro tidak bisa menahan tangis begitu operasi putranya itu selesai dijalani di National Hospital, Surabaya, (9/4/2018). Eks libero andalan Persebaya itu ikut menemani Rian sejak awal menjalani operasi.

“Saya sama dia itu tidak pernah menangis, baru kali ini. Saya tahu Rian, dia orangnya kuat, kalau tidak parah dia tidak akan terbaring. Dia punya semangat tinggi mengalahkan saya saat masih muda dulu,” ungkap Sugiantoro.

Rian butuh tiga bulan agar bisa kembali ke lapangan hijau. Dia telah melewatkan kesempatan tampil di Piala AFF U-19 2018. Kebetulan, turnamen itu digelar di Sidoarjo, hanya beberapa kilometer dari rumahnya di Surabaya.

Dilihat dari gaya permainan, sekilas ada kemiripan antara Rian dan Bejo. Postur dan gerakannya menghentikan pergerakan lawan cukup identik. Tapi, Rian punya banyak kelebihan dibanding ayahnya.

Berposisi asli sebagai bek tengah, Rian bisa diturunkan di posisi bek sayap, baik kanan atau kiri. Sejak pertengahan musim 2019, pemain kelahiran 1999 itu malah dijajal sebagai gelandang bertahan dan tampil cukup apik.

Satu lagi yang menjadi pembeda kedua sosok ini adalah urusan prestasi. Untuk level Timnas Indonesia, Bejo tidak pernah meraih gelar juara. Tapi, Rian berhasil mendapat trofi bersama Timnas Indonesia U-22 dalam Piala AFF U-22 2019.

Kebetulan, Rian menjadi wakil kapten tim dan menjadi perwakilan tim yang menerima trofi dalam ajang yang digelar di Kamboja tersebut pada medio Februari 2019.

Dalam tayangan layar kaca, pemain yang akrab disapa Rian itu mengenakan ban kapten sejak menit ke-85 sampai laga berakhir. Air mata Bejo kemudian tumpah melihat putranya tampil benar-benar membanggakan buatnya.

“Tidak penting soal siapa yang mengangkat trofi. Yang penting bisa juara. Saya sangat bangga pada Rian dan dan dia mengalahkan ayahnya dalam hal berprestasi untuk timnas,” kata Bejo kepada Bola.com begitu melihat Rian mengangkat trofi.

 

3 dari 3 halaman

Komunikasi

Sejak Rian kecil, Bejo selalu berusaha memberikan masukan kepada putranya untuk tampil lebih baik. Dalam diskusi di rumah, keduanya tak akan menghindar dari pembahasan sepak bola. Kini, komunikasi keduanya justru berjalan lebih intens karena sama-sama di Persebaya.

“Tanpa dikasih tahu, Rian pasti siap. Dia pasti respek dan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan meraih trofi di depan mata,” imbuh Bejo.

Mendapat pujian itu, Rian selalu berusaha merendah. Pembuktian trofi sebenarnya sudah cukup untuk menegaskan ucapan Bejo. Tapi, Rian adalah tipe pemain yang selalu berusaha untuk belajar.

“Alhamdulillah, juara. Bagaimana pun, ayah saya lebih top. Tetap saja menurut saya BS5 (julukan Bejo Sugiantoro dulu) terbaik,” kata Rian setelah mendengar pujian dari sang ayah.

Bejo dan Rian merupakan contoh ayah-anak yang sama-sama mencatatkan prestasi dalam sepak bola. Bejo dikenal sebagai pemain belakang yang pernah membawa Persebaya juara, yaitu Ligina 1996-1997 dan Divisi Utama 2004.

Rian pun tidak mau kalah. Pemain belakang berusia 19 tahun itu juga pernah mengantarkan Persebaya juara di Liga 2 2017. Torehan itu menyejajarkan prestasi keduanya di level klub. Tapi, untuk level Timnas Indonesia, Rian jelas lebih unggul.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer