Bola.com, Jakarta - Sejak pertama kali Piala Asia digelar pada 1956, Timnas Indonesia tercatat baru empat kali ikut ambil bagian. Satu di antaranya sebagai tuan rumah bersama Piala Asia 2007 dengan Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Banyak cerita di ajang bergengsi yang dihelat di negara kita.
Edisi 2007 menjadi momen terakhir Timnas Indonesia berkiprah di Piala Asia, setidaknya hingga saat ini. 11 tahun sebelumnya jadi momen untuk pertama kalinya Tim Garuda lolos dalam kejuaraan itu, yaitu Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab.
Baca Juga
Advertisement
Setelah tiga kali beruntun tampil di Piala Asia, Indonesia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah kejuaraan AFC tersebut. Bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand, Indonesia menggelar Piala AFC 2007.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Piala Asia digelar dengan empat negara tuan rumah, di mana itu juga untuk pertama kalinya dalam sejarah lebih dari dua negara bergabung menjadi tuan rumah dalam sebuah kejuaraan yang digelar oleh konfederasi besar hingga akhirnya UEFA bakal melakukannya di Piala Eropa 2020.
Dalam turnamen kali ini juga, untuk pertama kalinya AFC menggelar turnamen tersebut di tahun ganjil, di mana sebelumnya AFC selalu menggelarnya di tahun genap, mulai dari 1956 hingga 2004. Australia juga untuk pertama kalinya mengikuti kejuaraan yang digelar AFC di Piala Asia 2007.
Empat tim tuan rumah terpisah dalam setiap grup, di mana Timnas Indonesia tergabung dalam Grup D bersama Bahrain, Arab Saudi, dan Korea Selatan.
Sebagai tim tuan rumah, Timnas Indonesia mempersiapkan turnamen ini dengan sangat baik. Jelang turnamen digelar, atribut dukungan untuk Tim Merah-Putih terpampang di jalan-jalan ibu kota.
Penampakan Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, dan Elie Aiboy hadir dengan tagline "Ini Kandang Kita". Ketiga pemain tersebut masing-masing diibaratkan seperti tokoh pewayangan.
Ponaryo di lini tengah laksana Krisna, Bambang Pamungkas sebagai ujung tombak diibaratkan sebagai Arjuna. Sementara Elie Aiboy yang memiliki stamina kuat dilukiskan sebagai Gatot Kaca.
Publik sepak bola Tanah Air bereuforia menyaksikan langsung aksi anak-asuh Ivan Kolev.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gagal Menyakitkan
Semangat tersebut ternyata tidak tidak terlalu mampu membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno penuh di pertandingan pertama yang digelar pada 10 Juli 2007. Dari catatan yang ada di AFC, sekitar 60 ribu penonton yang hadir di Senayan. Padahal dalam laga itu, Tim Garuda meraih kesuksesan.
Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas membawa Indonesia menang 2-1 atas Bahrain di laga pertama. Kemenangan ini menjadi sebuah pembalasan yang sangat manis terhadap Bahrain. Pasalnya, kedua tim bertemu di laga terakhir Grup A Piala Asia 2004 di China, di mana Indonesia takluk 1-3 dalam laga itu.
Kemenangan itu langsung menarik minat besar masyarakat untuk mendukung langsung ke SUGBK, di mana dalam dua laga selanjutnya yang dijalani Tim Garuda, SUGBK menampung sampai 88 ribu penonton.
Sayang, Timnas Indonesia harus mengalami kekalahan dalam dua laga berikutnya. Timnas Indonesia kalah 1-2 dari Arab Saudi di laga kedua. Satu gol Elie Aiboy tidak bisa menyelamatkan Tim Garuda dari kekalahan.
Namun, kekalahan tersebut dianggap tidak terlalu buruk sehingga masyarakat masih begitu antusias memberikan dukungan saat laga kontra Korea Selatan. Sayang, Tim Garuda kalah tipis 0-1 dalam laga tersebut.
Timnas Indonesia bukan satu-satunya tim tuan rumah yang gagal melangkah ke babak selanjutnya. Malaysia dan Thailand pun juga mengalami hal yang sama. Hanya Vietnam yang berhasil melangkah ke perempat final dan kandas di tangan Irak yang pada akhirnya menjadi juara Piala Asia 2007.
Advertisement
Kolev Ngamuk
Cerita tak mengenakkan menyeruak di balik kegagalan Timnas Indonesia melaju ke babak 8 besar. Salah satu yang sempat menghebohkan adalah pencoretan striker Tim Garuda, Zaenal Arif, jelang laga pamungkas melawan Korea Selatan.
Zaenal Arif dicoret dari tim dengan alasan indisipliner. Pencoretan Zaenal dari skuad timnas disampaikan langsung oleh pelatih, Ivan Kolev usai mengikuti acara konferensi pers di Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa (17/7/2007), sehari jelang laga melawan Taeguk Warriors.
"Tadi malam ia pulang terlambat ke hotel dan sekarang sudah tidak bersama tim lagi," demikian ujar pelatih asal Bulgaria itu, yang juga memastikan stabilitas tim tidak akan terpengaruh.
Zaenal Arif belum pernah diturunkan barang satu menit pun oleh Kolev dalam dua pertandingan yang telah dilakoni Indonesia di Piala Asia ini, yakni melawan Bahrain dan Arab Saudi.
Kondisi ini kabarnya membuat jenggah sang striker Persib Bandung. Ia mulai merasa uring-uringan karena jadi spesialis cadangan. Salah satu aksi bandelnya adalah keluyuran malam ke diskotik.
Sepanjang Piala Asia, Ivan Kolev memberlakukan aturan ketat. Para pemain wajib sudah ada di kamarnya maksimal pukul 22.00 WIB. Pada malam kejadian, Kolev mendapati kamar Zaenal kosong. Ia mengambil keputusan mencoret sang pemain, tanpa ampun.
Zaenal sempat menggelar konfrensi pers untuk menjelaskan duduk perkara sebenarnya. Ia mengaku berada di kamarnya pada pukul 23.00 WIB saat ofisial tim melakukan pengecekan. "Saya sedang di kamar mandi," katanya.
Pernyataan Zaenal membuat manajer Timnas Indonesia, Andi Darussalam gusar berat. "Dia bohong! Saya yang mengecek kamarnya langsung pada pukul 23.30 WIB. Dia tidak ada di sana," kata Andi.
Kasus ini berbuntut panjang. Zaenal diproses ke Komisi Disiplin. Hinca Panjaitan, Ketua Komdis, menvonis sang pemain tak boleh bermain selama setahun plus denda Rp50 juta. Manajemen Persib jelang pusing dengan situasi ini.
Mereka melakukan lobi ke PSSI, berharap hukuman hanya berlaku di timnas saja tidak di level klub.
Pengakuan Baru
Zaenal Arif kemudian diminta melakukan konferensi pers kembali, untuk mengakui bahwa ia bohong.
"Maaf karena stres, saya menjawab sekenanya pada saat jumpa pers sebelumnya. Saya bohong, saya baru kembali ke hotel pukul 2 pagi. Saya pergi ke diskotik," katanya.
Pesepak bola kelahiran 3 Januari 1981 tersebut mengaku salah memperkeruh suasana tim dengan mengkompori para pemain tentang bonus pertandingan yang belum dikucurkan. "Saya mohon maaf karena hal tersebut. Saya menyesal," ujarnnya.
Semenjak kasus Piala Asia 2007, nama Zaenal Arif seperti tenggelam dari Timnas Indonesia. Pemain seangkatan Bambang Pamungkas tersebut hanya mentas di level klub.
Beberapa tahun silam, Bola.com sempat menemui Zaenal saat dirinya membela klub Madura United. Ia blak-blakan menceritakan kasus yang menimpanya di timnas dulu.
"Saya banyak diam, karena tahu diri perbuatan saya tidak benar. Tapi saya tidak pernah munafik, ya beginilah saya. Saya memang bandel," kata Zaenal.
Menariknya ia sempat buka kartu kalau saat pergi clubing dirinya tidak sendirian. Ia jalan bareng salah satu oknum karyawan PSSI di bidang marketing berinisial HC. "Saya diajak dia. Jujur saat itu sedang jenuh dan galau karena tak kunjung dapat kesempatan main. Butuh relaksasi. Ketika diajak saya iyakan," kata bomber asal Garut itu.
Pemain yang dibesarkan klub Persita Tangerang di era Benny Dollo juga membuka kartu, bahwa dia bukan satu-satunya pemain yang doyan keluyuran malam saat Piala Asia 2007. "Adalah beberapa pemain lain. Saya tidak perlu sebut nama. Hanya mereka beruntung lolos," tutur Zaenal.
Zaenal mengakui tindakannya di masa lalu tak terpuji. "Sebuah pengalaman hidup yang berharga. Saya jadi pribadi yang lebih baik setelah kasus tersebut."
Advertisement
Pensiun dan Sibuk Jadi PNS
Zaenal Arif kini sudah pensiun dari dunia sepak bola. Namanya seperti tenggelam di telan bumi. Wajah abang kandung striker Persib Bandung, Yandi Sofyan, tak lagi menghiasi media-media nasional layaknya saat masih aktif bermain.
Pemain yang terakhir kali memperkuat Persepam Madura United pada Indonesia Super League 2014 itu kepada Bola.com bercerita soal aktivitas barunya.
Zaenal Arif, yang pada saat era jayanya jadi salah satu striker top Tanah Air seangkatan Bambang Pamungkas, mengaku ia agak menjauh dari sepak bola karena aktivitasnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung tak bisa ditinggalkan. Peraturan di instansi pemerintahan sejak Presiden RI Joko Widodo menjabat amat ketat.
Waktunya kini dihabiskan untuk mengabdi pada negara. Layaknya PNS lainnya, setiap hari Arif bekerja di Dispenda Kota Bandung dari jam 7.00 hingga 16.30 WIB. Bahkan tak jarang ia harus pulang larut malam karena sejak beberapa bulan lalu ia dipilih sebagai duta pajak Kota Bandung.
“Dari hari Senin sampai Jumat kerjaan saya keliling ke beberapa tempat di Bandung untuk mensosialisasikan pajak ke masyarakat. Karena itu, saya sangat jarang ke lapangan,” tutur Arif.
Karena alasan ini pula, dengan berat hati Arif menolak tawaran pemilik Madura United, Achsanul Qosasi, untuk menjadi asisten pelatih di tim itu. Apalagi sertifikat kepelatihan eks pemain Persita Tangerang dan Persib Bandung itu baru lisensi C.
Suami Gina Selviani Vera itu juga sadar, bahwa hidupnya bukan di bola lagi. Sekarang ia ingin menikmati profesi sebagai PNS dan menjalaninya dengan hati.
Namun ia tak memungkiri, kerinduan pada olahraga yang membesarkan namanya masih kerap muncul. Karena itu, ia selalu menyempatkan diri untuk menonton pertandingan sepak bola nasional lewat layar kaca, atau sesekali datang ke stadion untuk menyaksikan Tim Maung Bandung berlaga. Ia kini mengaku amat menikmati jadi bobotoh.
"Kalau ada waktu saya pasti nonton Persib bertanding. Saya senang luar biasa saat melihat mereka bisa juara kompetisi pada 2014 lalu, sayangnya saya sudah tak jadi pemain," ujar Zaenal Arif.