Bola.com, Jakarta - Tim nasional adalah puncak tertinggi bagi karier seorang pemain. Di Timnas Indonesia, seorang pemain bisa dikatakan berhasil jika mampu membela lambang Garuda di dada.
Namun, tidak mudah untuk seorang pemain menembus Timnas Indonesia. Kriteria guna membela negara terbilang tinggi.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Advertisement
Pemain dituntut untuk tidak hanya jago di dalam lapangan, namun juga menjaga sikap di luar lapangan. Penting untuk seorang pemain untuk mempunyai sikap dewasa sebagai publik figur.
Banyak pemain yang kariernya pendek bersama timnas. Sejumlah pemain juga mengalaminya di Timnas Indonesia bukan karena kualitasnya yang menurun, namun perilaku negatifnya di luar lapangan.
Bola.com merangkum tiga pemain yang kiprahnya seumur jagung bersama Timnas Indonesia akibat tindakan akibat indisipliner.
Berikut selengkapnya:
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Oktovianus Maniani
Nama Oktovianus Maniani dieluk-elukan publik Tanah Air setelah permainan impresifnya bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Namun, belum juga mekar, penampilannya malah menurun sejak saat itu.
Ketika itu, usia Okto, panggilannya, masih 20 tahun. Namun, pemain asal Jayapura, Papua ini seolah terkena star syndrome. Dia mulai berulah.
Pada 2013, Okto dipecat dari Timnas Indonesia oleh pelatih Luis Manuel Blanco. Mantan pemain Sriwijaya FC ini dianggap indisipliner mangkir dari latihan.
"Okto tidak disiplin dalam mengikuti latihan. Pemain Timnas Indonesia yang lain selalu mengikuti latihan dua kali sehari. Namun, dia tidak disiplin," ujar Blanco.
Didepak dari Timnas Indonesia, Okto mengakui kesalahannya. Dia memaklumi pencoretan tersebut. Hanya, sang pemain beralasan bahwa dia mengalami sakit perut.
Â
"Kesalahan saya hanya tidak berkomunikasi saat tidak mengikuti latihan pagi karena sakit perut. Saya tidak masalah. Namun, tidak etis karena saya dikeluarkan oleh asisten pelatih Marcos Connena, seharusnya Blanco yang menyampaikan hal ini," jelas Okto.
Makin lama, karier Okto menurun. Gelandang berusia 30 tahun itu bahkan sempat beberapa kali bertindak ceroboh, seperti saat mundur dari Persiba Balikpapan pada 2016 karena ingin pension dan banting stir menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal, ia malah membelot ke Arema FC.
Advertisement
Titus Bonai
Dua kali Titus Bonai berperilaku buruk ketika membela Timnas Indonesia. Pertama, saat pemain asal Jayapura, Papua ini kabur dari pemusatan latihan untuk Pra Olimpiade 2012 pada Maret 2011.
Kala itu, pelatih Alfred Riedl mencoretnya karena tidak tahan dengan perilaku Tibo, panggilannya. Mantan pemain Sriwijaya FC ini disebutnya kerap keluar hotel tanpa izin dan mabuk-mabukan.
"Dua kali Tibo minum minuman keras, di Hong Kong dan Jakarta," jelas Riedl.
Kasus keduanya terjadi menjelang Piala AFF 2012. Tibo terpaksa ditinggal Timnas Indonesia untuk beruji coba melawan Vietnam di Hanoi karena tidak membawa paspor ke bandara.
"Saya sedang memiliki masalah dengan keluarga saya," ucap Tibo.
"Saya sudah stres dengan Tibo. Kami sudah berikan semua hak dia mulai dari bonis dan lain-lain. Tapi, apa yang dia lakukan? Kami akan menghukum dia dan mungkin mencoretnya untuk skuat Piala AFF 2012. Kami tidak ingin adanya Tibo malah merusak kekompakan tim," kata Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI ketika itu, Bernhard Limbong.
Akibat perilakunya itu, potensi Tibo tidak pernah keluar seutuhnya. Padahal, ketika membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011, pemain berusia 31 tahun ini digadang-gadang sebagai penerus Boaz Solossa dari Tanah Papua.
Diego Michiels
Cap bad boy sangat melekat pada diri Diego Michiels sejak dulu. Pemain berdarah Belanda ini sengaja dinaturalisasi pada 2011 untuk keperluan Timnas Indonesia.
Hanya saja, perilaku Diego Michiels di luar lapangan begitu kelewatan. Dia beberapa kali terpaksa berurusan dengan polisi karena kasus penganiayaan.
Setali tiga uang, perangai Diego Michiels bersama Timnas Indonesia pun serupa dengan perilakunya di luar lapangan. Contohnya ketika pemain berusia 29 tahun ini kabur dari pemusatan latihan Timnas Indonesia pada 2012.
"Dia bersikap idisipliner karena pergi dari pemusatan latihan tanpa pamit kepada tim pelatih. Saya tidak mencoret, tapi dia yang kabur. Saya tidak tahu apa alasannya dia kabur," ujar pelatih Timnas Indonesia kala itu, Nilmaizar.
Beberapa bulan berselang, Diego Michiels kembali berulah. Dia dilaporkan kerap melanggar jam malam. Namun, Nilmaizar hanya berani mendendanya Rp500 ribu alias uang saku selama sehari.
"Saya sanksi dia pengurangan uang saku selama sehari. Kami tidak mau menghancurkan kariernya, tapi kita juga ingin menunjukan bahwa apa yang dilakukan Diego Michiels itu salah," imbuh Nilmaizar.
"Diego sudah berbicara sama saya. Dia memang keluar malam, kami sudah buat kesepakatan dengan dia untuk tidak mengulanginya lagi," tuturnya.
Faktor indisipliner itulah yang membuat karier Diego Michiels di Timnas Indonesia hanya seumur jagung. Dia tidak pernah lagi berseragam logo Garuda di dada sejak 2012.
Kiprah Diego Michiels di level klub pun terbilang kurang mengilap. Mantan pemain Pelita Jaya ini tidak pernah bergabung dengan tim favorit juara selama enam tahun belakangan.
Advertisement