Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia meraih masa keemasan pada era 1950an di bawah arahan pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnik.
Ada tiga pencapaian penting Tim Garuda pada era itu, yakni tampil di Olimpiade 1956, meraih posisi keempat Asian Games 1954, dan medali perunggu Asian Games 1958.
Baca Juga
Ole Romeny Tetap Yakin Dinaturalisasi ketika Ditanya Erick Thohir Setelah Timnas Indonesia Kalah 0-4 dari Jepang: Anak Medan
Erick Thohir soal Eliano Reijnders Tak Terpakai di Timnas Indonesia: Keputusan Shin Tae-yong, yang Terbaik Harus Bermain
Cerita Penggawa Timnas Indonesia yang Menjadi Atensi Publik: Dulu Elkan Baggott, Sekarang Eliano Reijnders
Advertisement
Medali perunggu Asian Games adalah prestasi terbesar Indonesia, yang belum pernah diraih oleh Timnas Indonesia generasi setelahnya. Maka tak heran, pemain-pemain yang menghuni skuat kala itu, menjadi legenda sepak bola Indonesia dan akan terus dikenang.
Sejak kedatangan Toni Pogacnik, yang menggantikan pelatih asal Singapura, Choo Seng Que, wajah Tim Garuda berubah. Toni kerap membuat perubahan dalam tubuh Timnas Indonesia. Tak hanya gaya bermain, Pogacnik juga sering merombak skuatnya.
Tujuan utamanya saat itu adalah meregenerasi pemain Timnas Indonesia, termasuk berulangkali menunjuk kapten. Banyaknya pertandingan internasional yang dijalani Indonesia kala itu, memungkinkan Pogacnik mengganti pemimpin anak asuhnya di lapangan.
Siapa saja kapten Timnas Indonesia era keemasan bersama Toni Pogacnik? Berikut ini adalah ulasannya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ramlan Yatim
Ramlan Yatim mengisi skuat utama Timnas Indonesia sejak 1951 atau saat masih ditangani pelatih asal Singapura, Choo Seng Que.
Ramlan juga terkenal di Malaysia dan Singapura karena pernah bermain di klub negara itu. Pada 1950, 1952, 1954, dan 1957, Ramlan membela PSMS Medan.
Pemain kelahiran Sumatra Utara, 10 September 1922 tersebut punya fisik yang sangat prima. Ramlan juga pemain yang serbabisa.
Ketika Olimpiade Melbourne 1956, tugasnya sebagai gelandang bertahan sangat krusial. Ia bergerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya menghalau serangan lawan.
Ramlan menjadi kapten Timnas Indonesia era Pogacnik, terutama ketika Timnas Indonesia menjalani tur ke Eropa Timur untuk beruji coba menjelang Olimpiade Melbourne 1956.
Advertisement
Thio Him Tjiang
Thio Him Tjiang tampil 43 kali dalam pertandingan internasional Timnas Indonesia sejak 1954 sampai 1959. Ia merupakan bek kiri yang tangguh dan tenang di lapangan.
Pemain kelahiran Jakarta, 28 Agustus 1928, itu adalah bek yang bersih. Pada era Pogacnik, pemain yang berhasil menembus tim utama UMS saat umurnya 28 tahun itu, ditunjuk menjadi kapten.
Him Tjiang terpilih sebagai kapten dalam duel versus Kosta Rika, 12 Mei 1959. Indonesia kalah 0-3 pada laga itu.
Muhammad Sidhi
Selain Ramlan Yatim, Muhammad Sidhi merupakan satu di antara pemain senior di Timnas Indonesia asuhan Pogacnik. Ban kapten beberapa kali melingkar di lengannya.
Sebelum Pogacnik hadir di Indonesia, Sidhi sudah menjadi kapten, satu di antaranya ketika tim Garuda ke Hong Kong pada 1953.
Ia menjabat sebagai kapten ketika masa awal Pogacnik menangan Timnas Indonesia, yaitu pada Asian Games II Manila 1954, sebelum digantikan Tan Liong Houw ketika perebutan tempat ketiga melawan Burma (Myanmar).
Advertisement
Maulwi Saelan
Maulwi Saelan adalah pemain yang paling lama menjadi kapten semasa Pogacnik melatih Timnas Indonesia. Dalam laporan majalah Aneka, pemain kelahiran Makassar, 8 Agustus 1926, itu lebih dari 20 kali menjadi kapten pada ajang internasional, sejak bergabung bersama skuad Merah-Putih pada 1951 sampai 1959.
Posisinya sebagai penjaga gawang juga tak tergantikan. Tempatnya di bawah mistar gawang Indonesia baru tergeser ketika Maulwi harus sibuk dengan pendidikannya dan bergabung dengan Angkatan Darat.
Witarsa
Witarsa merupakan pemain yang dihormati di Timnas Indonesia. Ia menjadi kapten setelah Muhammad Sidhi dan Ramlan Yatim. Pemain Persib Bandung itu mendapat julukan Kuda Terbang.
Pemain yang berposisi di kanan luar itu seangkatan dengan Tan Liong Houw di Timnas Indonesia. Debutnya ketika membela Merah-Putih mengalahkan Sino-Malays Singapura sebelum Asian Games I 1951 di New Delhi. Indonesia menang 6-0.
Witarsa telah mengoleksi 46 kali penampilan bersama timnas. Ia menjadi kapten sebanyak sembilan kali, satu di antaranya ketika Indonesia mengadakan tur Eropa Timur. Begitu juga saat Maulwi Saelan mundur dari timnas, Witarsa memimpin skuat Garuda melawan Djurgardens.
Advertisement
Tan Liong Houw
Tan Liong Houw punya 60 caps, dari 1951-1959. Jika tidak mengalami cedera, Liong Houw bisa saja lebih 60 kali membela Timnas Indonesia.
Liong Houw juga merupakan kapten Persija Jakarta. Dia adalah tipe pemain yang selalu bersemangat dan pantang menyerah, rajin, ulet, serta memiliki teknik tinggi.
Pada Asian Games II Manila 1954, kapten utama timnas, Muhammad Sidhi, sedang cedera. Liong Houw menjadi kapten menggantikan Sidhi pada pertandingan melawan Burma (Myanmar) untuk perebutan tempat ketiga.