Bola.com, Jakarta - Selama 20 tahun atau dalam rentang waktu 2000-2020, Persik telah ditangani 15 pelatih. Dua gelar kasta tertinggi sudah diraih saat ditangani Jaya Hartono (2003) dan Daniel Roekito (2006).
Klub yang didirikan pada tahun 1950 ini juga dua kali mengalami degradasi dari kancah elite sepak bola Nasional. Yakni pada musim 2010 ketika dipoles Gusnul Yakin yang dilanjutkan Agus Yuwono.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Pada musim 2015, Macan Putih terdegradasi secara tidak hormat. Pasalnya, Persik dicoret PT Liga Indonesia karena dianggap pailit akibat menunggak gaji pelatih dan pemain.
Kini, Persik Kediri telah kembali ke habitat aslinya, yakni kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1. Perjalanan berliku dialami tim kabupaten ini hingga akhirnya bisa kembali berkompetisi di level teratas.
Lantas, siapakah sosok arsitek yang berjasa mengembalikan Macan Putih ke habitatnya di tataran teratas kompetisi Indonesia?
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Aris Budi Sulistyo
Pria asal Solo ini dipercaya menukangi Persik berkiprah di Divisi Utama 2013. Aris Budi adalah salah satu legenda yang ikut memberi gelar juara 2003 dan 2006.
Saat didaulat sebagai pelatih kepala, Aris Budi hanya berbekal prestasi membawa tim Persik U-21 hingga semifinal pentas ISL U-21. Namun mantan pilar eks klub Galatama Gajah Mungkur Muria Kudus ini bertangan dingin.
Mantan pemain berkaki kidal ini mengantar Persik meraih tiket ke ISL 2014. Pada babak semifinal yang digelar di Stadion Manahan Solo, Persik menempati peringkat ketiga di bawah Persebaya dan Perseru.
Â
Advertisement
Budihardjo Thalib
Lelaki asal Makasar ini memang punya nasib baik. Dia masuk ke kandang Macan Putih saat ditinggalkan sang nakhoda, Nazal Mustofa, yang mengundurkan diri dua pekan sebelum Liga 2 2019 diputar.
Awalnya, mantan asisten Robert Rene Alberts di PSM ini gamang dengan materi Persik yang mayoritas dihuni pemain yang sukses merebut gelar juara Liga 3 2018.
Berkat kolaborasi dengan pelatih lama seperti Alfiat, Johan Prasetyo, dan Wahyudi, Budihardjo Thalib makin percaya diri mengarungi kerasnya kompetisi.
Eks pelatih Perssu Sumenep, Madura ini tak hanya mempromosikan Persik ke Liga 1 2020, tapi sekaligus gelar juara Liga 2 2019.
Kini nasib kedua pahlawan ini pun menjauh dari Persik. Aris Budi Sulistyo yang sebelumnya menjadi ASN Pemkot Kediri telah pindah ke Kota Solo.
Sementara Budihardjo Thalib harus menepi dari Persik, karena terbentur lisensi kepelatihan yang dimilikinya. Budihardjo Thalib tak terlalu pusing. Karena Sriwijaya FC langsung menampungnya sebagai pelatih di Liga 2 2020.