Bola.com, Jakarta - Sejak era kompetisi profesional pada 1994 seolah menjadi tradisi peraih gelar Pemain Terbaik di sebuah kompetisi pasti dipanggil memperkuat Timnas Indonesia.
Namun ini tak berlaku bagi Musikan. Penyabet gelar The Best Player pada kompetisi Divisi Utama 2003 kala Persik sebagai kampiun ini tak pernah mengenakan jersey Merah Putih.
Baca Juga
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Advertisement
Pelatih Peter Withe yang dipercaya PSSI menyiapkan skuad untuk tampil di Piala Tiger 2004, sama sekali tak tertarik memanggil Musikan.
Pria asal Inggris itu memilih Ilham Jaya Kesuma, Boaz TE Solossa, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Saktiawan Sinaga sebagai penyerang di ajang tersebut. Nama Musikan kalah dengan Boaz Solossa yang saat itu berstatus amatir. Saat itu, Boaz masih tercatat sebagai pemain PON Papua.
"Dulu, saya agak kecewa tak dipanggil ke Timnas. Biasanya pemain terbaik selalu masuk Timnas. Waktu itu saya kira akan dipanggil Peter Withe. Ternyata harapan saya meleset," ungkap Musikan.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Semua Cita-cita Bisa Terwujud
Kekecewaan itu bagi Musikan sangat wajar. Membela Timnas menjadi cita-cita tertinggi bagi semua pesepak bola, termasuk Musikan.
Padahal pada musim 2003, Musikan menjadi striker lokal paling produktif dengan 21 gol. Koleksi golnya di bawah top scorer Oscar Aravena (PSM) 31 gol dan Bamidele Frank Bob Manuel (Persik) 28 gol.
"Mulanya kecewa, tapi saya tak begitu memikirkannya. Akhirnya saya berpikir mungkin cara main saya tak sesuai selera pelatih. Semua sudah diatur Tuhan," tuturnya.
Sebagai Pemain Terbaik saat itu, Musikan mendapat hadiah uang dari PSSI sebesar Rp 60 juta. Sebuah angka yang cukup besar pada 2003.
"Saya sadar ternyata tidak semua cita-cita kita bisa terwujud. Tapi saya tetap bangga, karena pernah menjadi pemain terbaik di kompetisi Nasional. Meski gelar itu bukan tujuan utama," kenang Musikan.
"Tekad saya waktu itu main bagus untuk Persik. Jadi gelar itu sebagai bonus dari kerja keras. Ini jadi sejarah yang bisa saya ceritakan kepada anak cucu di masa datang. Siapa tahu nanti rejeki itu jatuh ke anak saya," ujar Musikan yang kini sebagai ASN Dinas PU Pemkot Kediri ini.
Advertisement