Sukses


Membandingkan Maman Abdurrahman dan Ricardo Salampessy, Bek Timnas Indonesia Era 2000-an yang Masih Eksis

Bola.com, Jakarta - Seberapa banyak bek angkatan 2000-an yang masih eksis di kompetisi elite Indonesia hingga saat ini? Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dua di antaranya adalah Maman Abdurrahman dan Ricardo Salampessy.

Maman Abdurrahman, 38 tahun, lebih tua dua tahun dari Ricardo. Nama pertama lebih dulu beredar di kancah sepak bola nasional dengan memperkuat Persijatim Jakarta Timur pada 2001. Sedangkan Ricardo, baru mengorbit tiga tahun berselang bersama Persiwa Wamena.

Pada 2006, keduanya berbarengan promosi ke Timnas Indonesia senior setelah berkutat di Timnas U-23. Pada tahun itu, Maman tengah berada pada era keemasannya sebagai pemain.

Bek kelahiran Jakarta tersebut mampu mengantar timnya, PSIS Semarang menjadi finalis Liga Indonesia dan didapuk sebagai pemain terbaik pada kompetisi tersebut.

Maman Abdurrahman dan Ricardo menjadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala AFF 2007 besutan pelatih Peter Withe. Saat itu, posisi keduanya masih berbeda. Maman sebagai bek tengah, Ricardo terkadang dipasang sebagai bek sayap kanan.

Keduanya kembali dipanggil Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2007 dan menjadi pilar di posisi masing-masing.

Saat Timnas Indonesia berkiprah di Piala AFF 2008, nama keduanya tidak tercantum. Setahun berselang, giliran Ricardo yang berada di puncak karier tertinggi. Bersama Persipura Jayapura, pemain kelahiran Ambon, Maluku itu menjuarai Indonesia Super League (ISL) 2008-2009.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Maman Habis pada 2010, Ricardo Masih Awet

Setelah tiga tahun di PSIS, pada 2008, Maman Abdurrahman memilih untuk hijrah ke Persib Bandung hingga 2013. Pada pertengahan kariernya di tim berjulukan Pangeran Biru itu, kiprahnya di Timnas Indonesia selesai.

Semua berawal dari kekalahan 0-3 Timnas Indonesia dari Malaysia pada partai final leg pertama Piala AFF 2010 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur.

Sejumlah pemain Timnas Indonesia dituding menerima suap untuk membiarkan Malaysia menang. Dasar dari tuduhan tersebut merujuk dari proses gol-gol tuan rumah.

Terutama ketika Safee Sali membuka skor untuk Malaysia pada menit ke-61. Ketika itu, Maman menjadi bulan-bulanan karena gagal menutup pergerakan Norshahrul Idlan yang menjadi pembuat assist untuk gol tersebut.

Dugaan penyuapan tersebut bahkan terus diingat hingga saat ini dan pernah dibahas oleh program Mata Najwa di sebuah televisi swasta pada 2018.

"Saya ingin mengklarifikasi yang seolah olah saya terlibat pengaturan skor dalam pertandingan final Piala AFF 2010," kata Maman pada Desember 2018.

"Saya kaget melihat pemberitaan, tiba tiba Instagram saya ramai, saya difitnah. Saya yakin, seperti penjelasan awal, sehubungan dengan opini yang berkembang setelah tayangan Mata Najwa, saya hanya bilang dengan opini yang berkembang di media sosial, saya banyak diserang."

 

"Saya harus akui saya melakukan kesalahan secara teknis, bahasanya blunder tapi tidak ada unsur apapun. Waktu itu Alfred Riedl setelah laga bilang, seingat saya, setiap pemain bisa saja melakukan kesalahan. Saya akui saya blunder, secara teknis. Tapi tuduhan suap itu tidak benar. Demi Allah," ucap Maman. 

Sementara itu, perjalanan Ricardo di Timnas Indonesia memang tidak sekonsisten Maman, namun masih bisa awet hingga saat ini. Terbaru, bek berusia 36 tahun itu mendapatkan panggilan untuk membela negara pada Mei 2019 semasa masih dilatih oleh Simon McMenemy.

"Kejutan untuk saya karena sudah lama tidak terlibat di Timnas Indonesia. Timnas itu capaian tertinggi bagi pesepakbola, pastinya saya akan berikan kemampuan terbaik," imbuh Ricardo.

Padahal, Ricardo telah banyak melewati berbagai turnamen bergengsi dengan Timnas Indonesia. Mantan pemain Bhayangkara FC itu tidak dipanggil dalam enam edisi Piala AFF sejak 2008-2016.

3 dari 3 halaman

Ricardo Lebih Berjaya di Level Klub

Di level klub, pencapaian Ricardo jauh lebih baik dibanding Maman. Setelah musim 2008-2009, ia mampu mempersembahkan dua gelar ISL lagi pada 2010-2011, dan 2013 plus satu trofi Indonesia Soccer Championship (ISC) A pada 2016.

Adapun, gelar Liga Indonesia pertama Maman baru ditorehkan pada 2018 lalu bersama Persija Jakarta. Kala itu, usianya 36 tahun.

Ditarik ke belekang, keduanya memiliki karakteristik unik sebagai pemain belakang. Baik Maman dan Ricardo fasih bermain di bek tengah dan bek sayap kanan. Saat masih muda, keduanya kerap diplot sebagai bek sayap kanan.

Saat sama-sama masih muda, sifat keduanya bertolak belakang. Maman yang temperamental, berbanding terbalik dengan Ricardo yang super kalem.

Video Populer

Foto Populer