Bola.com, Jakarta Liga Indonesia 2004 tercatat sebagai musim paling dramatis sepanjang perhelatan kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air. Tiga eks Perserikatan, Persebaya Surabaya, PSM Makassar dan Persija Jakarta sama-sama berpeluang meraih trofi juara. Sampai pekan 33, Persija masih bertenger di puncak klasemen dengan koleksi poin 60.
Persebaya dan PSM membayangi dengan perolehan poin sama yakni 58. Meski unggul dua poin, Persija dinilai sulit mempertahankan posisinya. Karena Macan Kemayoran bakal dijamu Persebaya di Stadion Gelora 10 November, Surabaya. Apalagi tuan rumah tengah dilanda euforia juara yang sudah didepan mata.
Baca Juga
Advertisement
Tak hanya itu, Persebaya juga berambisi menyamai sukses Persik Kediri musim sebelumnya. Persik yang berstatus tim promosi Divisi 1 langsung meraih trofi juara.
Sementara pada hari yang sama, PSM juga bisa menyalip Persija dengan status tuan rumah dengan menjamu PSMS Medan di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin. Alhasil, berdasarkan hitungan di atas kertas, Persebaya dinilai paling berpeluang meraih meraih trofi juara karena unggul selisih gol atas PSM.
Pada musim itu, sistem head to head tidak dberlakukan bila ada dua tim memiliki poin sama. Dan Persebaya unggul dengan margin 11 gol atas PSM.
Seperti diketahui dalam dua kali pertemuan, PSM lebih unggul dari Persebaya. Juku Eja menahan Bajul Ijo dengan skor 1-1 dan menang 3-1 di Makassar. Sesuai prediksi, Persebaya akhirnya keluar sebagai juara setelah mengalahkan Persija 2-1 lewat gol Danilo Fernando dan Luciano da Silva.
Sementara, balasan Persija berkat gol bunuh diri Mat Halil. Di Makassar, PSM yang berada dalam situasi sulit, hanya mampu 2-1 atas PSMS berkat gol Ponaryo Astaman dan Ronald Fagundez 89, sedangkan gol tunggal PSMS dicetak striker asal Cile, Christian Gonzales.
Persebaya melengkapi suksesnya dengan penghargaan pelatih terbaik yang diraih Jacksen Tiago. Gelandang jangkar PSM, Ponaryo Astaman terpilih sebagai pemain terbaik musim itu
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Drama dan Kontroversi
Secara materi, Persebaya, PSM dan Persija memang pantas jadi kandidat juara musim 2004.
Persebaya memakai jasa pemain Timnas Indonesia, yakni Hendro Kartiko, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Khairil Anwar, Uston Nawawi, Mursyid Effendi, dan Kurniawan Dwi Yulianto. Mereka ditopang empat pemain asing, Danilo Fernando, Ricardo Ramos, Christian Carrasco dan Leonardo Gutierrez.
PSM mengandalkan mayoritas materi pemain yang musim sebelumnya mengantar Juku Eja menjadi runner-up, di antaranya Ponaryo Astaman, Syamsul Chaeruddin, Jack Komboy, Charis Yulianto, Cristian Gonzales, Irsyad Aras dan Ortizan Solossa.
Setelah ditinggal pergi oleh Oscar Aravena yang kembali Persela Lamongan, Juku Eja mendatangkan Marcelo Ramos (Argentina) dan Ronald Fagundez (Uruguay) plus eks kiper Timnas Chile, Sergio Vargas.
Persija tak kalah mentereng. Macan Kemayoran mengandalkan bintang lokal seperti Aples Tecuari, Warsidi, Budiman, Ritham Madubun, Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono, Ellie Eboy, Ismed Sofyan serta ditopang pemain asing asal Argentina, Matias A. Chaves Gustavo Ortiz, Maximiliano Gomez, Emanuel De Porras, dan Gustavo Chena.
Dengan materi pemain setara, faktor kesolidan tim plus keberuntungan jadi penentu juara. Persebaya lebih beruntung karena memiliki duet mendiang Susanto (yang akrab dipanggil Haji Santo) dan Saleh Ismail Mukadar yang piawai dalam mengangkat moral tim terutama bila menghadapi kendala non teknis.
Advertisement
Dukungan Bonek
Dukungan optimal dari bonek yang kerap membuat nyali tim lawan tertekan. Apalagi saat Persebaya bertanding di Stadion Gelora 10 November.
Tak hanya pemain lawan, wasit sekelas Jimmy Napitulu pun tidak mau melanjutkan kepemimpinannya saat Bajul Ijo menjamu Persib Bandung, 29 April 2004.
Sebaliknya dengan PSM. Kesolidan tim sempat terganggu dengan sanksi larangan tampil yang dikenakan ke Cristian Gonzales karena memukul ofisial Persita Tangerang di Stadion Benteng. Padahal, Cristian Gonzales adalah tumpuan lini depan Juku Eja bersama Marcelo Ramos.
PSM pun melakukan perubahan dengan merekrut dua pemain Afrika, Marc Etogou dan Njoh Christian plus Abanda Herman sebagai pelapis duet Jack Komboy dan Charis Yulianto di lini belakang.
"PSM memang tidak beruntung saat itu. Kami gagal juara hanya kalah selisiih gol dari Persebaya. Andai aturan head to head sudah berlaku, PSM yang juara karena kami bermain imbang di Surabaya dan mengalahkan mereka di Makassar. Tapi inilah drama sepak bola," ujar Herman Kadiaman, staf pelatih PSM pada musim 2004.