Bola.com, Jakarta - Pada 1970-an, Indonesia pernah memiliki turnamen pramusim yang diakui FIFA, Marah Halim Cup namanya. Turnamen tersebut merupakan inisiasi dari orang Medan yang menggilai sepak bola bernama Marah Halim Harahap.
Meski saat ini sudah tidak ada lagi, Marah Halim Cup merupakan turnamen yang sangat bergengsi dekade 70-an hingga 80-an.
Baca Juga
Advertisement
Saking bergengsinya, sejumlah tim dalam negeri dan luar negeri pernah ikut serta. FIFA pun akhirnya mengakui turnamen ini dalam kalender resmi.
Menariknya, Marah Halim Cup sejatinya tak lebih dari sekadar turnamen pramusim. Namun siapa sangka, nilai jual turnamen ini membuat FIFA sampai memasukkannya dalam agenda internasional per 1974 silam.
Bagaimana awal mula Marah Halim Cup? Berikut ini sajian khas Bola.com.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ajang Temu Saudara 'Klub Asing'
Pada 1967 hingga 1978, Sumatera Utara dipimpin oleh gubernur bernama Marah Halim Harahap. Tak cuma gila bola, ia juga dikenal sangat peduli akan kemajuan sepak bola Indonesia, khususnya di Kota Medan.
Marah Halim Harahap (lahir di Padang Sidempoean, 1921)sebagai 'gibol' ingin mensinergikan warga Sumatra Utara yang sebagian besar 'gibol' dengan pencanangan Sumatra Utara sebagai destinasi wisata yang baru.
Dengan adanya turnamen diharapkan marketing Sumatra Utara semakin menguat. Marah Halim merangkul pengusaha untuk berpartisipasi diantaranya meminta TD. Pardede untuk membangun hotel berkelas di Medan dan Parapat agar tamu di dalam Marah Halim Cup dan wisatawan lainnya nyaman ketika berada di Medan dan Danau Toba.
Ketika itu, tidak sulit buat Marah Halim menggaet tim-tim 'asing' untuk ikut serta dalam Marah Halim Cup. Wilayah Sumatera Utara saat itu banyak ditemukan pengusaha perkebunan dari Eropa. Kedekatan para pengusaha dengan pemilik klub Eropa dimanfaatkan dengan mengundangnya berpartisipasi.
Jauh sebelum adanya Marah Halim Cup, Medan dikenal sebagai gudangnya klub olahraga. Tak cuma sepak bola, sejak era kolonial Belanda sudah banyak klub-klub olahraga popular buat 'orang asing', seperti senam dan sepeda.
Menurut keterangan De Sumatra Post edisi 24 Mei 1899, orang-orang Belanda di Indonesia bahkan sempat mendirikan Sportclub Sumatra's Oostkust, cikal bakal Deli Voetbal Club, sebuah tim sepak bola yang disinyalir menjadi klub pertama di Indonesia.
"Kemarin sore yang berada di lapangan Esplanade (kini Lapangan Merdeka) di Medan terlihat tontonan yang menggembirakan. Sejumlah orang Eropa berada di pertandingan sepak bola tersebut dengan warga Tionghoa dan kaum pribumi. Hidup persaudaraan!!" tulis De Sumatra Post dalam bahasa Belanda.
Â
Advertisement
Awal Mula Ide Gila Marah Halim Cup
Berdasarkan dokumentasi-dokumentasi olahraga, khususnya sepak bola, yang menceritakan sejarah panjang si kulit bundar di Sumatera Utara, Marah Halim tergerak untuk menyajikan sebuah turnamen.
Marah Halim terkesan dengan anak-anak Padang Sidempoean yang telah turut merintis dan membangkitkan sepak bola di Sumatra Utara tanpa henti khususnya di Medan dan sekitarnya. Dengan posisi strategis sebagai gubernur, ia mulai merencanakan turnamen sepak bola.
Kebetulan, pada September 1971, Pangeran Bernhard dari Belanda melakukan kunjungan rumah dinasnya. Ini mungkin tidak ada hubungannya, tapi tiga bulan sebelumnya, PSV Eindhoven baru saja bertanding melawan PSMS. Itu adalah kali pertama tim profesional Belanda mendatangi Medan.
Marah Halim lalu terinspirasi ide konsul Inggris di Medan tempo doeloe bernama Mathewson dengan menggelar Piala Mathewson (Mathewson Beker Cup). Untuk merealisasikan gagasan ini, lantas Marah Halim mengundang tokoh-tokoh sepakbola Sumatra Utara. Di dalam rumah dinas gubernur, 1971, Marah Halim menyambut tiga orang gila bola: Kamaruddin Panggabean, TD Pardede dan Muslim Harahap.
Ketiganya merupan bekas direksi PSMS. Kamaruddin misalnya, pernah bertindak sebagai sekretaris PSMS, sementara TD Pardede pernah menjadi bendahara PSMS pada periode 1952-1953. Muslim Harahap lebih keren lagi, dia adalah mantan Ketua Umum PSMS 1959-1960.
Di tengah sepi, Muslim Harahap bertanya pada Marah Halim. "Apa nama turnamennya, Jenderal?"
"Saya tidak tahu, cari sendirilah. Tapi perlu dipikirkan baik-baik. Tapi saya tahu bahwa dulu pernah ada turnamen hebat di Medan ini," jawab Marah Halim.
"Turnamen Mathewson Beker, yang penyelenggaraannya pada era Nederlandsche Indie, dimulai tahun 1915. Penggagasnya adalah Mr. Mathewson, konsul Inggris yang ditempatkan di Medan," kata Marah Halim lagi menjawab pertanyaan TD Pardede setelahnya.
Kemudian, Kamaruddin memotong pembicaraan tersebut. "Kalau begitu, nama turnamennya Marah Halim Cup saja."
"Itu sudah pas, lae. Ada historisnya dan itu menjadi mudah membuat dasar legalitasnya," sambung Muslim Harahap.
Â
Tim-tim yang Pernah Berlaga di Marah Halim Cup
Sejak digulirkan pertama kali pada 1972, Marah Halim Cup rutin menggelar turnamen pramusim itu tiap tahun sekali hingga 1991, kecuali edisi 1987 dan 1990.
Pamor Marah Halim Cup sempat turun memasuki periode 1990-an hingga akhirnya terakhir kali digelar 1995 setelah vakum pada 1992 hingga 1994. Akan tetapi, banyak tim asing yang turut berkompetisi.
Tim Singapura, tim Malaysia Selangor FA, hingga tim dari Burma, Thailand, dan Hong Kong pernah merasakan sengitnya Marah Halim Cup.
Bahkan pada edisi-edisi berikutnya, Marah Halim Cup juga diikuti tim dari Australia hingga Eropa. Mulai dari Belanda, Jerman Barat, Bulgaria, Yugoslavia hingga salah satu tim asal Inggris, Middlesex Wanderers.
Pada edisi 1980, Luksemburg bahkan ikut tampil. Tak tanggung-tanggung, yang bermain pada Marah Halim Cup merupakan skuat tim nasional asli.
Italia, Jerman Barat, dan Korea Selatan juga pernah berpartisipasi. Meski demikian, tidak diketahui secara pasti apakah pemainnya merupakan asli timnas atau tim amatir saja.
Â
Advertisement
Meninggal Dunia
Pencetus turnamen legendaris Marah Halim Cup, Marah Halim Harahap, meninggal dunia dalam usia 94 tahun di Medan, Sumut, Rabu (2/12/2015).
Padahal pada akhir 2014, Marah Halim Cup yang 'mati' sejak 1995, direncanakan dihidupkan lagi pada awal Januari 2015. Akan tetapi, dualisme kepengurusan yayasan Marah Halim Cup membuat turnamen berskala internasional itu batal digelar lantaran para sponsor menarik diri.
"Kami berencana menggelar Marah Halim Cup pada Februari tahun depan karena ingin ikut berkontribusi mengisi aktivitas di masa vakum kompetisi," ungkap Andre, di Kantor Kemenpora, Jakarta, seusai PSMS menerima hadiah sebagai juara Piala Kemerdekaan 2015.
Sebelum dimakamkan, jenazah Marah Halim Harahap disemayamkan di rumah duka Jalan Sakti Lubis, Kampung Baru, Medan. Ucapan duka datang dari berbagai pihak, termasuk pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
"Marah Halim merupakan tokoh olahraga nasional. Terima kasih atas pengabdian beliau dan selamat jalan," begitu Twitter resmi Kemenpora memberitakan kabar duka atas kepergian selamanya Marah Halim Harahap.
Sumber: berbagai sumber