Bola.com, Jakarta - Syamsul Chaeruddin dan PSM Makassar telah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun pada 2017 lalu, kedua belah pihak terpaksa bercerai secara baik-baik.
Kala itu, Syamsul merasa tenaganya sudah tidak dibutuhkan lagi oleh PSM Makassar. Mantan pemain berusia 37 tahun ini juga ingin memberikan kesempatan kepada para pemain muda untuk berkembang di tim berjulukan Pasukan Ramang itu.
Baca Juga
Advertisement
Saat itu, PSM tengah mengasah kemampuan Muhammad Arfan sebagai pengganti Syamsul. Ada pula Asnawi Mangkualam yang berposisi sama sebelum berganti peran menjadi bek sayap kanan.
Maka dari itu, Syamsul memutuskan hengkang dari PSM pada akhir 2017. Tujuan berikutnya kala itu ialah PSS Sleman yang masih berkutat di Liga 2.
"Karena di sepak bola yang namanya usia, apalagi sudah banyak pemain yang bisa berkembang kalau dikasih kesempatan, saya pikir, saya harus pindah karena saya lihat juga di beberapa laga saya tak dibutuhkan. Masih banyak pemain baru yang masih diberikan kesempatan bermain," ujar Syamsul dinukil dari wawancaranya di YouTube FERDINAND SINAGA Story.
Sepanjang musim 2017, Syamsul memang tersisihkan dari skuat utama PSM Makassar. Buktinya, mantan pemain Timnas Indonesia ini hanya tampil sebanyak enam kali.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cinta dengan PSM
PSM Makassar adalah klub pertama Syamsul yang dibelanya pada 2001 hingga 2020. Mantan pemain yang identik dengan rambut panjang ini lalu hijrah ke Persija Jakarta pada 2010 dan Sriwijaya FC pada 2011.
Memasuki pertengahan musim 2012, Syamsul diminta kembali ke PSM. Tanpa pikir panjang, jebolan Persigowa Gowa ini langsung menyetujui tawaran tersebut. Ia bahkan bersedia mengubur rasa kecewanya sempat merasa tak dibutuhkan Tim Juku Eja beberapa tahun sebelumnya.
"Kalau perasaan sedih sekali. PSM yang angkat prestasi saya. Saya memang orangnya kalau soal materi, saya tak pernah permasalahkan kontrak. Yang penting saya bisa bermain di PSM. Jadi saya pikir saatnya keluar pada waktu itu," imbuh jangkar kelahiran 9 Februari 1983 tersebut.
Advertisement