Bola.com, Jakarta - Dokter Timnas Indonesia, Syarif Alwi, merancang pedoman new normal jika kompetisi mau dilanjutkan. Di tengah pandemi COVID-19, protokol kesehatan begitu penting untuk diperhatikan.
PSSI masih belum memastikan nasib Shopee Liga 1 dan Liga 2. Masa depan dua kompetisi tersebut akan diputuskan pada rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI dalam waktu dekat.
Advertisement
Dari reportase Bola.com, kompetisi kemungkinan besar akan dibatalkan. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) tengah menggodok kejuaraan pengganti. Opsinya berupa turnamen atau kompetisi dengan format baru.
Jika kompetisi atau pertandingan sepak bola ingin kembali dihidupkan, sejumlah syarat mesti dipenuhi. Misalnya, semua peserta dan perangkat pertandingan wajib dites COVID-19 dan dinyatakan negatif.
Lalu, panitia penyelenggara harus menjamin kebersihan ruang ganti, air cuci tangan, menyediakan sabun dan hand sanitizer serta mempersiapkan tempat sampah yang menunjang.
Penyemprotan disinfektan pada lokasi dan alat latihan juga harus dilakukan. Setiap tim perlu menyediakan lebih dari satu bus untuk mengangkut para pemainnya demi memenuhi physical distancing.
Syarif Alwi juga menyarangkan kompetisi dibagi ke tiga wilayah, Timur, Barat, dan Tengah. Tujuannya untuk memudahkan pemantauan dan mengetatkan protokol kesehatan.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Protokol COVID-19 Minimal Versi Syarif Alwi
1. Pastikan semua peserta dan perangkat mereka sudah laksankan rapid test COVID-19 dan negatif. Handicap pembiayaan satu orang paling murah Rp950 ribu. Jika rapid test Rp300 ribu. Datang harus pakai masker.
2. Kebersihan ruang ganti, air cuci tangan, sabun, hand sanitizer, dan tempat sampah harus siapkan untuk menunjang pertandingan.
3. Alat latihan harus disemprot disinfektan.
4. Bus tim bisa dua sampai tiga. Misalnya 50 orang menjadi 25 orang.
5. Bikin tiga grup kompetisi, Timur, Barat, dan Tengah.
Misalnya di Yogyakarta, satu hotel bisa diisi 300 orang. Kenapa di satu hotel? Agar monitornya lebih mudah dan jelas aturan akan ketat. Kami ajarkan disiplin keras juga kepada polisi dan tentara. Klub bisa mengontrol bujet dan semuanya. Pengeluaran jelas bisa dihitung dari awal kalau di satu tempat. Tidak perlu bolak-balik pakai penerbangan.
Hotel juga sedang sepi. Bisa diminta diskon. Makan diatur, gizi terpantau, dan satu pintu keluar hotel menjadi aman. Beraktivitas juga harus pakai masker.
Jangan dianggap enteng. New normal justru beresiko. Jadi kalau ada satu tim yang terpapar COVID-19, hars dikeluarkan timnya dari hotel dan pertandingan. Dicek semua jangan ada pertandingan dulu. Resiko lebih besar. Disiplin lebih keras.
Ruang ganti, harusnya dua ruangan untuk satu tim agar bisa menjaga jarak. Handuk untuk satu kali pakai. Gelas sekali minum buat. Botol minuman diberi nama. Itu saja.
Advertisement