Bola.com, Jakarta - Evan Dimas menceritakan perjalanan kariernya mulai dari ikut Sekolah Sepak Bola (SSB) hingga menjadi pesepak bola profesional seperti sekarang. Faktor ekonomi pada saat kecil dulu membuat orang tuanya pernah memintanya untuk tidak melanjutkan kegiatannya itu.
Lahir dan besar di Surabaya, Evan Dimas sudah menggeluti dunia si kulit besar sejak cilik. Dulu, pemain Persija Jakarta itu bermain sepak bola ala kadarnya, sama seperti anak-anak seusianya, yakni tanpa alas kaki di lapangan kampung.
Baca Juga
Arkhan Kaka dan 4 Anak Buah Indra Sjafri Dipromosikan Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024, Ini Nama-namanya
Termasuk Pemain Berlabel Kiper Timnas Indonesia, Ini Daftar Lengkap Penerima Kartu Merah di BRI Liga 1 2024 / 2025
Shin Tae-yong Fix Panggil Ronaldo Junior dan 6 Pemain Abroad ke Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024, Siapa Lainnya?
Advertisement
Ia lalu memutuskan untuk masuk SSB mulai kelas 4 SD. Evan Dimas menceritakan, SSB pertamanya adalah Sasana Bakti. Ia diajak oleh pamannya yang tinggal di Surabaya.
"Di daerah saya tumbuh besar banyak pemain sepak bola, mereka bisa membanggakan kampungnya, keluarganya, Indonesia. Dari sana saya termotivasi, saya merasa lewat sepak bola saya bisa mengangkat derajat keluarga saya," kata Evan Dimas lewat kanal YouTube Garuda Nusantara.
"Saya mulai dari sepak bola di kampung-kampung. Lalu saya ikut SSB. Dari situ saya merasa kalau sepak bola bisa mengubah hidup saya. Pertama saya ikut SSB Sasana Bakti dari SD kelas 4 sampai SMP kelas 1. Lalu saya pindah ke SSB Mitra Surabaya," ujarnya lagi.
Keputusannya untuk pindah SSB disebabkan oleh banyak faktor. Evan Dimas menuturkan, SSB Mitra Surabaya lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Akan tetapi, persoalan tak lantas berhenti di situ saja.
Orang tua Evan Dimas sempat memintanya untuk tidak melanjutkan kegiatannya di SSB. Ekonomi keluarga dirasa tak cukup untuk membiayai aktivitas tersebut.
"Orang tua saya selalu mendukung, cuma pada waktu itu saya terkendala materi, sebab latihan sepak bola kan butuh uang, butuh sepatu bola. Jadi awalnya orang tua sempat menyuruh saya untuk berhenti di SSB, cukup sepak bola kampung saja. Tapi saya ngotot untuk tetap di SSB," lanjutnya.
"Pengeluarannya banyak sekali. Belum uang bulanan, kendaraan, biaya beli sepatu karena kan ukuran sepatu berubah saat kecil menuju remaja. Cara mengatasinya pakai sepatu yang apa adanya. Pernah saya beli sepatu seharga Rp20 ribu, terus malah kebesaran. Saya akali bagian depannya saya kasih kain biar muat di kaki saya," kata Evan Dimas lagi diselipi tawa.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Panutan Evan Dimas
Mengenai role model, Evan Dimas mengaku awalnya tidak memiliki satu sosok pun, baik di dalam maupun di luar lapangan. Namun, seiring berkembangnya karier, ia memilih Ahmad Bustomi.
Evan Dimas mengatakan, selain karena posisinya sama, Ahmad Bustomo dinilainya memiliki gaya bermain yang bagus dan sesuai dengan karakternya. Tindak-tanduknya di luar lapangan juga membuat Evan menjadikan Bustomi sebagai panutan.
"Sejujurnya saya tidak banyak tahu pesepak bola terkenal waktu SD. Makin berjalan, mulai SMP, saya pernah melihat Ahmad Bustomi, kebetulan posisinya sama dengan saya, seorang gelandang, waktu itu saya nonton dia mainnya sangat bagus," lanjutnya.
"Pernah ketemu juga sama dia, orangnya sangat baik di dalam dan luar lapangan," kata Evan Dimas menambahkan.
Advertisement