Bola.com, Jakarta - Kesetiaan Firman Utina kepada Benny Dollo tidak pernah diragukan. Mantan pemain berusia 38 tahun ini pernah mengambil keputusan berani untuk mengikuti jejak pelatih yang dikarib Bendol tersebut.
Bakat Firman Utina ditemukan oleh Bendol pada 2000 silam dan ia diajak bergabung ke Persma Manado. Semusim berselang, Bendol membawanya ke Persita Tangerang.
Baca Juga
Advertisement
Setahun di Persita, keduanya telah mampu membawa tim berjulukan Pendekar Cisadane itu ke final Liga Indonesia 2002 namun kalah 2-3 dari Petrokimia Putra. Karena dianggap sukses, Firman Utina diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Tangerang.
Kegundahan luar biasa melanda Firman Utina tatkala Bendol hijrah ke Arema Malang, identitas lawan Arema FC, pada 2004. Dengan berat hati, ia harus melepas statusnya sebagai PNS Kota Tangerang untuk kembali bekerja sama dengan Bendol.
"Saat saya pindah ke Arema Malang. Saya melepas jabatan sebagai PNS di Kota Tangerang. Saya ada di dua sisi pilihan ketika itu. Saya sudah menikah juga. Saya harus memilih antara menjadi PNS atau karier di sepak bola," ujar Firman Utina dinukil dari wawancaranya di YouTube Ricky Nelson Coaching.
"Begitu saya berbicara dengan istri saya, tujuan saya merantau ke Tangerang itu untuk menjadi pesepak bola. Allah SWT sudah mengatur perjalanan masing-masing manusia. Saya akhirnya mengikuti Om Bendol dan membawa keluarga ke Malang," imbuh Firman Utina.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Raih Copa Indonesia Bersama Arema Malang
Tidak sia-sia Firman Utina meninggalkan jabatan PNS-nya dan bermain untuk Arema Malang. Di tim kebanggaan Aremania itu, ia mampu mempersemabahkan trofi Copa Indonesia 2005.
"Saya dua tahun di sana. Kerja keras. Saya tahu bagaimana Arema. Suporternya juga, jadi harus punya mental kuat untuk bermain di Arema. Waktu itu saya dibimbing pemain senior seperti I Putu Gede, Joao Carlos, dan Franco Hitta. Mereka rata-rata pemain yang mendidik dan mengayomi pemain muda. Saya termotivasi dan dilindungi. Saya fight untuk belajar menjadi pemain profesional," jelasnya.
Namun, takdir membawa Firman Utina kembali ke Persita, lagi-lagi bersama Bendol. Pada 2006-2008, keduanya sekali lagi membawa nama Pendekar Cisadane di Liga Indonesia.
Advertisement