Bola.com, Jakarta - Dua tahun belakangan, Indonesia mulai mengekspor wonderkid ke Eropa. Diawali dengan bergabungnya Egy Maulana Vikri bersama klub Polandia, Lechia Gdansk.
Egy Maulana Vikri merapat ke Lechia pada 2018 lalu. Gelandang berusia 19 tahun ini menandatangani kontrak selama tiga tahun.
Advertisement
Musim ini menjadi tahun kedua Egy di Lechia. Sayangnya, kesempatan untuk tampil reguler masih minim didapatkan.
Pada musim pertama, Egy hanya bertanding dua kali. Itu pun selalu berangkat dari bangku cadangan. Jumlah menit bermainnya terbilang menyedihkan, total hanya sepuluh menit.
Statistik Egy pada musim ini masih stagnan. Ia baru tampil sekali dengan catatan 45 menit bermain. Jika tidak kunjung berkembang, Egy disarankan untuk mencari tantangan baru di negara lain.
"Pasti target saya musim depan ingin bermain lebih banyak dan menunjukkan keinginan saya untuk bermain. Setelah itu, baru saya bisa melihat ke depan," ujar Egy.
"Saya masih ingin bermain di Eropa karena rasa penasaran. Sebab saya ingin merasakan bagaimana bermain di dalamnya, meningkatkan ilmu pengetahuan dan masuk skuat ini, yang menurut saya sangat sulit. Untuk masuk ke skuat 18 pemain saja sangat sulit karena harus kerja keras. Lalu saya belum tahu bagaimana ke depannya, saya belum menyerah dan ingin bermain di Eropa lagi," ucapnya.
Jika Egy Maulana Vikri masih sulit untuk menembus skuat utama, bagaimana dengan para pemain muda Indonesia lainnya di Eropa?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Witan Sulaeman
Karier Witan Sulaeman di Eropa masih seumur jagung. Gelandang berusia 18 tahun ini baru bergabung dengan klub Serbia, FK Radnik Surdulica pada Februari 2020.
Witan dikontrak Radnik selama tiga setengah tahun. Artinya, kerja sama kedua belah pihak baru akan kedaluwarsa pada 2023.
Baru juga merapat, Witan terpaksa harus kembali ke Indonesia karena pandemi virus corona yang memaksa kompetisi di Serbia dihentikan.
Belum lama ini, Witan telah kembali ke Serbia karena dipanggil Radnik. Pasalnya, SuperLiga Serbia telah dilanjutkan pada akhir Mei lalu.
Karena baru bergabung, Witan masih belum pernah diturunkan oleh pelatih Radnik, Simo Krunic. Mantan pemain PSIM Yogyakarta ini harus bekerja ekstra keras agar menembus skuat inti.
Advertisement
Firza Andika
Dibanding Egy dan Witan, nasib Firza Andika paling malang. Tidak sampai setahun, kontraknya diputus oleh klub Belgia, AFC Tubize.
Firza bergabung dengan Tubize pada Januari 2019 setelah tampil memukau bersama Timnas Indonesia U-19. Kala itu, tim tersebut masih berkutat di kasta kedua Liga Belgia.
Kepindahan Firza ke Tubize dijembatani oleh Northcliff. Namun di tengah jalan, perusahaan tersebut dikabarkan lari dari tanggung jawab.
Kabarnya, Northcliff, yang juga menjadi sponsor Tubize, tidak profesional dalam menjalin kerja sama. Alhasil, gaji Firza disebut ditunggak selama enam bulan.
Akhirnya, Firza memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan bergabung dengan PSM Makassar pada pertengahan 2017 sebelum mencatat debutnya bersama Tubize.