Sukses


4 Duet Maut yang Bersinar Bersama PSIS, dari Era Perserikatan hingga Liga 1

Bola.com, Semarang - PSIS Semarang sebagai satu di antara tim legendaris, memiliki jejak sukses dalam mengarungi kompetisi Liga Indonesia. Tim kebanggaan masyarakat Semarang ini tercatat mampu dua kali menjadi tim terbaik di Indonesia, yakni meraih gelar juara kompetisi Perserikatan 1987 dan juara Liga Indonesia menjelang era milenium baru.

PSIS Semarang sempat mengalami pasang surut prestasi hingga akhirnya kembali ke kasta tertinggi pada 2017. Sejak saat itu, PSIS berusaha untuk terus mempertahankan konsistensi agar tak lagi tersandung dan tenggelam ke kasta kedua.

Mengingat bagaimana kiprah Laskar Mahesa Jenar dalam perjalanannya di persepakbolaan Indonesia, tak ada salahnya menengok kiprah klub Jawa Tengah itu yang memiliki pemain-pemain berkualitas, terutama duet maut yang menghasilkan pundi gol di lini depan.

Bola.com menyajikan ulasan menarik yakni siapa saja duet maut yang pernah berseragam PSIS Semarang. Tentunya mereka ini adalah para bomber atau pemain yang selalu menebar teror bagi pertahanan lawan.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Ribut Waidi - Budi Wahyono

PSIS Semarang menjelma sebagai tim kuat pada 1987, terutama dengan kehadiran sosok Ribut Waidi yang menjadi pemain paling berpengaruh di tim Kota Lumpia.

Musim 1987 adalah menjadi waktu yang paling bersejarah baginya. PSIS keluar sebagai juara Perserikatan yang kala itu diasuh Sartono Anwar. PSIS menjadi juara setelah mempecundangi Persebaya Surabaya dengan skor tipis 1-0, melalui gol Saiful Amri.

Meski tidak mencetak gol saat PSIS juara, Ribut Waidi terpilih sebagai pemain terbaik musim 1987. Perjalanan PSIS hingga bisa menjadi juara tak lepas dari kiprah sang pemain bernomor punggung 10 itu.

Tidak hanya bagi PSIS, Ribut Waidi juga mempersembahkan medali emas SEA Games pada tahun yang sama bersama Timnas Indonesia. Ia mencetak gol tunggal ke gawang Malaysia pada partai final. Selama berseragam Mahesa Jenar, Ribut Waidi mampu melesakkan 21 gol.

Sementara Budi Wahyono tidak bisa dilupakan begitu saja oleh publik sepak bola Semarang. Sama halnya dengan Ribut Waidi sebagai kompatriotnya di PSIS yang sama-sama merupakan pemain sayap.

Kecepatan dan akselerasi yang dimiliki Budi Wahyono cukup membuatnya sebagai pemain kunci PSIS pada saat menjuarai Perserikatan 1987. Ia beroperasi di sektor sayap kiri dan mampu mengoleksi total 30 gol selama berkostum PSIS.

3 dari 5 halaman

Julio Lopez - Muhammad Ridwan

Pria yang dikenal dengan sebutan J-Lo ini memiliki hubungan yang spesial dengan PSIS Semarang. Dia dibekali kemampuan hebat untuk seorang striker, seperti menggocek bola, meliuk-liuk mengelabui lawan, dan berlari dengan cepat. Musim perdananya pada 2003, Julio Lopez mencetak 13 gol untuk PSIS.

Meski sempat berpindah-pindah klub, seperti Persib Bandung, hingga pulang ke negaranya di Chile. Pada musim 2007, Julio Lopez kembali bernostalgia dengan PSIS. Ternyata ketajamannya belum habis, bahkan mampu melesakkan 23 gol.

Begitu vital peran J-Lo bersama PSIS meski hanya dua musim. Pemain dengan skill luar biasa ini mampu mencatatkan total 36 gol selama berkiprah di PSIS.

Pasangannya adalah Muhammad Ridwan, produk asli binaan PSIS ini dibekali kemampuan skill dengan dribel dan kecepatan berlari. Tak ayal ia ditempatkan di sektor kanan permainan atau posisi flank.

Tidak hanya bertahan sebagai bek kanan, Ridwan juga piawai dalam menyerang melalui sisi kanan. Musim 2005 hingga 2008 merupakan masa emasnya berkarier di PSIS.

Ridwan yang beroperasi sebagai pemain sayap kanan, mampu mengoleksi 20 gol dari 72 penampilan selama tiga musim beruntun.

4 dari 5 halaman

Emanuel De Porras - Gustavo Ortiz

Duo Tango yang sangat dikenang oleh publik PSIS Semarang. Meski keduanya adalah pemain yang mempunyai posisi yang berbeda, baik Ortiz dan De Porras seperti tidak bisa dipisahkan.

Ortiz merupakan gelandang serang dengan skill individu yang menawan, terutama kekuatan kaki kirinya yang spesial. Kecepatan larinya tidak kencang, tapi ia cukup gesit dalam melakukan pergerakan.

Dirinya kerap membuat keajaiban lewat umpan terobosan terukur, serta umpan silang yang memanjakan barisan penyerang. Ortiz juga mempunyai kepiawaian mengesekusi bola mati.

Ortiz memang tak banyak mencetak gol, mengingat posisinya sebagai gelandang. Akan tetapi beberapa catatan gol yang dihasilkan Emanuel De Porras, prosesnya tak lepas dari peran Ortiz. Umpan-umpan cantik kaki kirinya, dengan mudah diselesaikan oleh De Porras menjadi gol.

Sementara, Emanuel De Porras adalah sosok striker berkemampuan komplet. Baik kedua kaki dan duel udara dengan kepalanya sama-sama punya keistimewaan. Pemain kelahiran Argentina, 16 Oktober 1981 juga ini dilengkapi insting mematikan.

Hijrah dari Persija ke PSIS, ia langsung menjadi andalan lini depan. Bersama Hernan Ortiz, ia bahu-membahu membawa PSIS menjadi tim peringkat ketiga pada musim 2005 dan runner-up Liga Indonesia musim 2006.

Meski harus mengakui keunggulan Persik Kediri pada laga puncak, De Porras tetap merupakan idola publik Panser Biru dan Snex. Terbukti ia mampu melesakkan 23 gol dalam dua musim bersama PSIS.

Dibantu Gustavo Ortiz, banyak gol dengan mudah dicetak oleh De Porras. Pundi-pundi gol ia lesakkan baik dengan kedua kaki maupun tandukan kepala yang tak kalah mautnya. Total, De Porras mengoleksi 23 gol bersama Mahesa Jenar.

5 dari 5 halaman

Hari Nur Yulianto - Bruno Silva

Inilah duet maut terkini yang dimiliki PSIS Semarang. Keduanya membawa dampak besar bagi penampilan PSIS setidaknya dalam dua musim terakhir di Liga 1.

Hari Nur cukup pantas menyandang predikat ikon di PSIS Semarang. Dirinya sudah berseragam PSIS sejak musim 2013. Pada 2017, Hari Nur ikut berjasa mengantarkan PSIS naik kasta ke Liga 1.

Kiprah Hari Nur makin mengilap, meski harus bersaing dengan pemain lain termasuk barisan pemain asing. Musim 2018 ia melesakkan 12 gol, sementara musim 2019 mengoleksi empat gol. Total, Hari Nur sudah mengoleksi 49 gol untuk PSIS.

Pasangannya adalah Bruno Silva, bomber asal Brasil yang tak butuh waktu lama beradaptasi dengan permainan PSIS. Dua musim bermain, sudah cukup membuktikan dirinya adalah striker yang hebat dan tepat untuk PSIS. Total 21 gol yang berhasil dicatat pemain kelahiran Sao Paulo, Brasil, 14 April 1991.

Performa Bruno Silva begitu garang dalam musim perdananya bersama PSIS pada 2018. Bruno Silva mampu mencetak 16 gol dan 12 assist dari 31 penampilan.

Bruno sempat hijrah ke klub Arab Saudi setelah berseragam PSIS hingga pertengahan musim Shopee Liga 2019. Ia kembali menyumbang empat gol dari 14 penampilannya.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer