Bola.com, Makassar - Perjalanan karier Hendro Kartiko sebagai kiper di pentas sepak bola Tanah Air terbilang mulus. Hanya semusim setelah resmi menjadi pemain profesional dengan berkostum Mitra Surabaya pada 1995, ia sudah menjadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala Asia 1996 yang digelar di Uni Emirat Arab.
Dalam ajang tertinggi kawasan Asia itu, Hendro Kartiko langsung menjalani debutnya di level internasional. Ia tampil sebagai penganti Kurnia Sandy pada menit ke-66, saat partai Indonesia versus Kuwait di laga perdana Grup A, 4 Desember 1996.
Baca Juga
5 Pelatih yang Layak Dapat Pujian Sepanjang 2024: Berperan Dongkrak Perkembangan Sepak Bola Indonesia
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
Advertisement
"Rasanya seperti mimpi saat itu. Bayangkan, ini kali pertama saya tampil di level intenasional, ajang Piala Asia lagi. Tapi, saya berusaha tenang dan fokus. Alhamdulillah saya bisa melewatinya dengan baik," ungkap Hendro di channel youtube Garuda Nusantara.
Dalam dua edisi Piala Asia berikutnya, yakni 2000 dan 2004, Hendro secara reguler menjadi kiper nomor satu. Pada dua edisi ini, Hendro selalu menjadi man of the match pada setiap laga perdana Timnas Indonesia.
Pada edisi 2000 yang berlangsung di Lebanon, Hendro lebih matang setelah membawa PSM meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000 dan 8 besar Liga Champions Asia. Dalam laga perdana melawan Kuwait, 13 Oktober 2000, Hendro tampil baik dengan sejumlah penyelamatan gemilang. Duel berakhir imbang tanpa gol. Setelah pertandingan, panitia pelaksana memilihnya sebagai man of match.
Kejadian ini terulang pada 2004 di China. Begitupun pada laga perdana yang berlangsung di Workers Stadium Beijing, 18 Juli 2004. Indonesia menghadapi Qatar yang baru saja meraih trofi juara Piala Teluk.
Timnas Indonesia yang tak diunggulkan menekuk Qatar 2-1 sekaligus menjadi kemenangan pertama skuat merah putih di Piala Asia. Seperti empat tahun sebelumnya, Hendro kembali meraih penghargaan sebagai man of the match.
Bicara level klub, selain membawa PSM juara pada musim 1999-2000 serta menembus 8 Besar Liga Champions Asia 2001. Hendro juga meraih trofi juara Liga Indonesia ketika memperkuat Persebaya Surabaya pada 2004. Hendro melengkapi gelarnya dengan trofi Piala Indonesia 2010 bersama Sriwaya FC.
Pencapaian Hendro Kartiko ini sejatinya sudah diprediksi oleh Ruddy Keltjes, pelatih senior yang mengajaknya bergabung di Mitra Surabaya.
"Saat pertama kali melihatnya, saya sudah yakin Hendro bakal jadi pemain besar. Ia adalah kiper kampung berlevel internasional," tegas Ruddy kepada Bola.com dalam berbagai kesempatan.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Julukan Fabien Barthez
Ketika menjadi Man of the Match pada laga perdana Piala Asia 2000, jurnalis media peliput ajang itu ramai-ramai menulis Hendro Kartiko sebagai Fabien Barthez dari Indonesia.
Seperti diketahui Barthez adalah kiper tim nasional Prancis yang membawa negaranya menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Kebetulan keduanya memiliki persamaan, Hendro dan Barthez sama-sama berkepala plontos.
Terkait hal ini, Hendro memilih merendah. Menurutnya, itu hanya kebetulan saja. Ia pun tidak berniat berkepala plontos karena terinspirasi dengan Barthez.
"Saya berkepala plontos karena mewujudkan nazar. Ketika itu, saya bernazar akan berkepala plontos bila membawa PSM juara Liga Indonesia 1999-2000," ungkap Hendro yang kini bersatus sebagai pelatih kiper PSM di Liga 1 2020 ini.
Hendro pun mengungkapkan sebagai kiper, ia mengidolakan Peter Schmeichel (Denmark) dan Harald Schumacher (Jerman). "Saya mengidolakan mereka karena memiliki karakter yang kuat. Keduanya pun kerap jadi pemimpin dan motivator buat rekan-rekannya di lapangan," pungkas Hendro.
Advertisement