Bola.com, Makassar - Hendro Kartiko kini berstatus sebagai pelatih kiper PSM Makassar pada Liga 2020. Bersama klub kebanggaan Kota Daeng itu, Hendro menangani empat kiper, yakni Miswar Saputra, Syaiful Syamsuddin, Hilmansyah dan Reza Arya Pratama.
Pelatih kepala Juku Eja, Bojan Hodak memberi kewenangan penuh kepada Hendro Kartiko untuk menentukan siapa yang tampil di setiap laga PSM.
Baca Juga
Advertisement
"Saya percaya dengan Hendro. Sebagai mantan kiper tim nasional Indonesia, dia pasti sudah memiliki standar tertentu dalam menentukan kiper mana yang ditampilkan," ujar Bojan kepada awak media Makassar pada berbagai kesempatan.
Pernyataan Bojan ini menjawab pertanyaan media terkait keputusan Hendro yang selalu menurunkan kipernya secara bergantian. Hal ini berbeda dengan musim sebelumnya, di mana sosok Rivki Mokodompit yang sangat dominan sebagai kiper nomor satu di PSM.
Dalam berbagai kesempatan, Hendro menegaskan dirinya berlaku adil dalam menentukan pilihan.
"Itu yang saya tekankan kepada para kiper. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk tampil. Selain berlatih keras, saya minta kepada mereka untuk berusaha meningkatkan kemampuan," ungkap Hendro.
Dalam channel youtube Garuda Nusantara, Hendro menceritakan pengalaman dan sikapnya ketika masih berstatus sebagai kiper aktif.
"Saya tidak pernah merasa sebagai kiper utama dalam tim. Kalau pun saya main duluan itu semata pilihan pelatih. Sehabis pertandingan, saya selalu mengoreksi diri," tutur Hendro.
Sebagai pelatih, Hendro berprinsip tidak akan langsung menyalahkan kipernya bila membuat kesalahan.
"Ini risikonya sebagai kiper. Kalau tim kalah, biasanya yang duluan disalahkan kiper. Tapi, kalau menang, yang dipuji duluan adalah pencetak gol," papar Hendro.
Hendro ingin mental dan motivasi kipernya tetap terjaga. Itulah mengapa bila terjadi kesalahan, ia akan mengajak kipernya berdiskusi.
"Saat pertandingan, saya akan melakukan koreksi saat jeda. Saat menyampaikannya, saya berusaha dengan bahasa yang halus. Kalau salah penanganan, bisa membuat mentalnya makin drop," tegas Hendro.
Hendro merujuk pengalamannya sebagai kiper, di mana ia juga pernah membuat blunder fatal. "Saya lupa siapa lawannya dan kapan. Yang saya ingat, saat itu, saya membela tim nasional. Ketika mendapat backpass, saya salah menendang dan bolanya naik serta mengarah ke gawang sendiri," kenangnya.
Ia pun memberi tips kepada kiper muda agar tetap fokus dalam berkarier di sepak bola profesional, termasuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
"Sorotan positif dan negatif bisa memengaruhi mental pemain kalau tak bijak menyikapinya. Saya menyarankan lebih baik kalau media sosial seperti youtube dipakai untuk melihat video latihan dan aksi pemain bintang," terang Hendro.
Hendro menambahkan dalam era sepak bola modern, seorang kiper tidak hanya dituntut piawai dalam menghalau atau menepis bola yang mengarah ke gawangnya. Tapi, juga sebagai bagian tim atau pembangun serangan.
"Pada era sekarang, tangan dan kaki kiper mempunyai fungsi yang sama," ujar Hendro Kartiko.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Memuji Jacksen Tiago
Pada kesempatan itu, Hendro Kartiko juga mengungkap striker yang paling ditakutinya ketika masih aktif sebagai kiper. Striker itu adalah Jacksen Tiago.
Hendro menjelaskan alasannya memilih Jacksen. Menurutnya, Jacksen memiliki dua kaki yang kuat.
"Dia memang lebih sering menggunakan kaki kanannya dalam mencetak gol. Tapi, dalam momen tertentu, ia juga bisa menjebol gawang lawan dengan kaki kirinya," beber Hendro.
Kelebihan lain Jacksen adalah duel bola atas dan nyalinya yang kuat.
"Jacksen tak pernah takut dalam berduel termasuk dengan kiper. Pernah satu momen, saya sudah teriak kiper, ia tetap merangsek," kisahnya.
Sebagai kiper, Hendro juga punya bek pilihan yang membuatnya lebih tenang dalam mengawal gawwangnya. Ada dua pemain yang disebutnya, yakni Sudirman dan Bejo Sugiantoro.
Sudirman dinilainya memiliki karakter dan jiwa kemimpinan yang tinggi. Sementara Sugiantoro piawai dalam membaca arah bola. "Keduanya juga sangat komunikatif sehingga memudahkan kerjasama,"pungkas Hendro.
Advertisement