Bola.com, Jakarta - Pencapaian Firman Utina sebagai pemain terbilang lengkap. Selain sudah pernah meraih trofi bergengsi di level klub, ia juga pernah berkostum tim nasional Indonesia.
Firman Utina mencetak 67 caps di tim senior dengan koleksi 5 gol. Setelah gantung sepatu, ia kini merintis karier sebagai pelatih. Musim lalu, Firman menjadi Direktur Akademi Sepakbola Kalteng Putera di Liga 1 2019.
Baca Juga
Deretan SWAGs Pemain Diaspora Timnas Indonesia: Atlet hingga Supermodel Papan Atas Dunia, Ada yang baru Go Publik Bikin Cegil Patah Hati
Belum Bisa Move On! Kevin Diks Mengenang Momen Perdana Menyanyikan Indonesia Raya di SUGBK
Jay Idzes dan 3 Bek Serie A yang Layak Pindah ke Premier League: Tangguh bak Karang
Advertisement
Belum lama ini, pelatih kelahiran Manado, 15 Desember 1981 mengikuti kursus kepelatihan lisensi A-AFC. "Belum tahu hasilnya, karena sampai saat ini saya belum mengantongi sertifikatnya," ujar Firman pada channel youtube Ricky Nelson Coaching.
Firman mengaku tak mudah menjadi pelatih, meski dirinya pernah berstatus sebagai pemain Timnas Indonesia. Itulah mengapa, ia tak setuju dengan anggapan eks pemain timnas atau liga otomatis menjadi pelatih yang baik.
"Situasi dan kondisinya sangat berbeda. Kala menjadi pemain, saya hanya fokus menjaga kondisi dan mengikuti intruksi pelatih. Sementara pelatih kerap menghadapi masalah yang lebih kompleks," terang Firman.
Ia merujuk sejumlah pelatih yang sukses menangani tim seperti Arrigo Sacchi, Andre Villas-Boas, Carlos Alberto Parreira dan Gerrard Houllier. Keempatnya tidak pernah bersatus sebagai pemain profesional.
"Sacchi misalnya. Sebelum jadi pelatih, ia adalah penjual sepatu. Sebaliknya, kita ketahui bersama, banyak bintang dunia yang kurang beruntung ketika menangani tim," tutur Firman.
Menurut Firman, seorang pelatih tak hanya menghadapi tantangan dari sisi teknis seperti strategi atau meningkatkan kemampuan dan tim, tapi juga manajerial.
Di antaranya tuntutan dari manajemen, suporter serta hubungan dengan media dan lain-lain. "Awalnya saya berpikir jadi pelatih itu mudah karena tinggal menularkan ilmu ke pemain. Tapi, kenyataannya tak seperti itu."
Firman Utina mengaku terus belajar untuk mengembangkan ilmu kepelatihannya. Termasuk dengan meminta masukan dan bimbingan pelatih yang lebih senior dan berpengalaman.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Edukasi ke Pemain
Firman mengaku banyak belajar dari Benny Dollo. "Di mata saya, Om Benny adalah pelatih yang berkarakter kuat. Dia memang keras dan disiplin saat melatih. Tapi, ia di balik sikapnya itu, Om Benny sangat menganyomi dan jadi memotivasi pemain," ungkap Firman.
Pesan Benny yang tak bisa dilupakan Firman adalah seorang pelatih tak harus jadi pemain bintang dulu sebelum menangani tim.
"Saya bukan pemain hebat, tapi semua pemain hebat di Indonesia kenal saya," tutur Firman menirukan ucapan sang mentor.
Seorang pelatih, lanjut Firman, harus punya kiat tersendiri dalam mengedukasi pemain, terutama yang berusia muda. "Menangani pemain muda itu tidak gampang. Apalagi di era maraknya media sosial. Banyak pemain muda yang menonjol di kelompok usia, tapi menghilang di senior."
Di mata Firman, ada semacam star syndrome yang melanda pemain muda akibat media sosial. Itulah mengapa, di kalangan pelatih sudah ada kesepahaman terkait hal ini. "Setiap pelatih ditekankan agar selalu mengingatkan pemainnya agar membatasi pemakaian media sosial."
Firman berharap pemain muda tetap respek dengan pelatih, apa pun latar belakangnya. "Karena pelatih pasti punya tujuan sama yakni ingin pemain dan tim asuhannya berkembang," tutur Firman.
Sumber: Youtube Ricky Nelson Coaching.
Advertisement