Bola.com, Malang - Tidak sedikit pemain muda yang punya hasrat besar untuk gabung Arema FC. Status Singo Edan sebagai tim besar Indonesia menjadi magnet yang menggiurkan.
Pemain-pemain muda pun berusaha keras supaya bisa menembus skuad Arema FC. Tentu saja caranya dengan berkerja keras, dengan memperbaiki skill hingga mengasah mental.
Advertisement
Namun, setelah gabung Arema nyatanya tidak semua pemain muda memilih bertahan di tim ini. Ada yang menempuh jalan yang berbeda.
Bola.com mencatat ada 3 pemain berjuluk wonderkid yang memilih pergi ketika mulai diperhitungkan di tim utama Arema. Mereka hengkang dengan alasan-alasan berbeda, meskipun pelatih dan manajemen sebenarnya masih ingin mempertahankan.
Uniknya, ketiganya merupakan pemain sayap dan direkrut bergantian oleh Arema FC pada musim 2013-2016. Setelah era itu, sepertinya Arema sulit mencari wonderkid setara mereka. Berikut 3 pemain tersebut.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Irsyad Maulana
Dia pernah jadi pemain termuda Arema pada musim 2013. Irsyad gabung Singo Edan pada usia 19 tahun. Pemain sayap ini diboyong Arema dari Pelita Jaya U-21 atas rekomendasi pelatih Rahmad Darmawan.
Musim pertama dilewatinya dengan cerita sedih. Irsyad mengalami cedera patah di tulang kaki kanan. Padahal dia sudah mencuri perhatian saat pramusim.
Setelah pulih, dia mendapat kesempatan main 6 kali dan mencetak 1 gol di musim 2013. Catatan yang cukup menjanjikan untuk pemain debutan. Apalagi Arema waktu itu dihuni segudang pemain bintang.
Musim selanjutnya (2014), dia bermain dalam 12 laga. Tapi Irsyad lebih banyak jadi pengganti. Musim itu dia juga sempat absen karena cedera patah tulang tangan.
Kendati demikian, dia tetap dicap sebagai calon pemain besar yang diorbitkan Arema untuk tahun selanjutnya. Sayang, Irsyad sudah tidak tahan ingin pulang kampung ke Padang.
Klub tanah kelahirannya, Semen Padang, juga tertarik meminangnya. Apalagi dia dijanjikan kesempatan main lebih banyak ketimbang di Arema. Irsyad berpisah dengan Arema pada akhir 2014. Setelah membela Semen Padang 4 tahun, tahun ini Irsyad kembali ke klub besar. Dia menerima pinangan PSM Makassar.
Advertisement
Ahmad Nufiandani
Pemain sayap ini dikenal lincah dan membuat serangan Arema lebih tajam. Sejumlah pemain senior Arema waktu itu melihat Ahmad Nufiandani sebagai salah satu pilar penting Arema. Dani direkrut dari PSIS Semarang pada musim 2015. Dia datang menggantikan posisi Irsyad Maulana yang pulang kampung ke Semen Padang.
Dani, sapaan akrabnya, tidak butuh waktu lama jadi idola baru Aremania. Meski baru berusia 19 tahun, ia seperti sudah terbiasa bermain bersama para pemain senior.
Selain itu, Dani juga pernah menimba ilmu di Akademi Arema. Sehingga dia tidak lagi canggung di Arema. Setiap mendapat bola, dia seperti sangat mudah melewati lawan. Kecepatan dan tehnik tinggi jadi senjatanya.
Mantan gelandang Arema, Gustavo Lopez, menilai saat Dani masuk di lapangan permainan Arema berubah menjadi lebih tajam. Sayang, waktu itu kompetisi dihentikan karena sanksi FIFA. Tapi Dani sempat mencicipi berbagai trofi pramusim.
Sayang, dia sempat mengalami cedera lutut serius. Pada pengujung 2015, setelah membela timnas Indonesia di SEA Games, Dani ditawari sebagai anggota TNI. Itu sekaligus jadi perpisahannya dengan Arema, karena harus membela PS TNI. Pada pertengahan 2016, Dani sempat kembali ke Arema. Namun dia lagi-lagi mengalami cedera lutut.
Antoni Putro Nugroho
Binaan SAD Uruguay ini gabung pada musim 2016. Dia dikontrak menggantikan posisi Ahmad Nufiandani yang membela PS TNI. Antoni sudah lumayan dikenal waktu itu. Karena musim 2015 dia membela Barito Putera. Cara bermainnya mirip dengan Nufiandani.
Antoni gabung Singo Edan di usia 21 tahun. Dia juga diprediksi jadi pemain penting Arema. Striker Cristian Gonzales menyebutnya sebagai salah satu pemain sayap masa depan Indonesia. Cepat dan berteknik tapi masih bisa melayani striker.
Sayang, kebersamaannya dengan Arema sangat singkat. Di pertengahan musim 2016, dia harus cabut dari Arema. Antoni memilih jadi anggota Polri. Sebagai konsekuensinya, dia harus mengabdi untuk klub milik Polri, Bhayangkara FC. Praktis dia hanya bermain 7 pertandingan di ISC 2016 dengan Singo Edan.
Advertisement