Bola.com, Bali - Terhentinya kompetisi sepak bola Indonesia karena pandemi virus corona COVID-19 sudah memberikan efek yang luar biasa bagi para pelakunya, terutama para pemain. Kebosanan tak bisa dihindari, termasuk yang dirasakan bek Bali United, I Made Andhika Wijaya.
Namun, ada banyak cara untuk mengusir kejenuhan di tengah pandemi virus corona. Bersepeda menjadi satu yang paling favorit dilakukan oleh pesepak bola di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Namun, ada yang berbeda dengan bek Bali United, I Made Andhika Wijaya. Tak seperti teman-temannya yang lain, ia memilih untuk naik ke lantai paling atas dari rumahnya dan bermain layangan.
"Sekarang di Bali lagi musim layangan. Setiap sore hari langit penuh layang-layang. Saya juga menyukai layangan sejak kecil. Jadi daripada tidak ada kegiatan, saya bermain layangan sambil menunggu informasi mengenai latihan dan kelanjutan kompetisi," ujar I Made Andhika Wijaya.
Satu hal yang unik di Bali adalah layangan yang diterbangkan memiliki ukuran yang tidak sama seperti pada umumnya. Biasanya layangan di Bali memiliki ukuran yang besar dan sering disebut layang-layang raksasa.
Begitupun yang menjadi milik I Made Andhika Wijaya. Layang-layang miliknya berukuran besar dengan gambar burung hantu yang disertai logo Bali United dan nomor punggungnya.
"Saya memesan layangan ada logo Bali United dan nomor saya, 33. Ukurang layangannya 2 meter dan dikerjakan selama 2 minggu. Kebanyakan layangan di sini memang ukurangnya 2 meter, jadi untuk menerbangkannya memang gampang-gampang sulit," ujar bek Bali United itu.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diikuti Pemain Lain
Memang saat ini beberapa pemain Bali United akhirnya mengikuti Andhika bermain layang-layang. Namun, tentu sebagian dari mereka tidak terbiasa menerbangkan layang-layang sebesar itu.
“Agus Nova juga mulai main layangan sepertinya. Kalau menerbangkannya mudah waktu ada angin besar. Biasanya saya pakai bambu 10 meter untuk alat bantu menerbangkan layangan ini. Sebenarnya saya ingin buat layangan yang lebih kecil biar gampang,” sambungnya.
Untuk masyarakat Bali, main layangan lebih diarahkan hanya untuk memperlihatkan kreasi dan bentuk layangan yang memiliki nilai seni. Tidak ada adu benang seperti anak-anak bermain layangan di Jawa.
“Di sini, tidak main adu benang. Hanya diterbangkan saja,” imbuhnya.
Hal ini cukup berhasil membuat Andhika tidak merasa jenuh lagi saat di rumah.
Advertisement