Bola.com, Jakarta - Palu sudah diketok. PSSI, PT LIB dan klub-klub telah setuju melanjutkan kompetisi di semua strata musim ini pada September 2020.
Namun Haruna Soemitro, anggota Exco PSSI, mengingatkan semua stakeholder sepak bola Indonesia harus serius memikirkan segala risiko yang timbul dari kelanjutan kompetisi di tengah pendemi COVID-19 nanti.
Advertisement
"Semua sudah setuju melanjutkan kompetisi musim 2020. Sebenarnya di balik keputusan itu tak melulu soal sepak bola dan nafkah. Ada dampak yang harus ditelaah sangat serius," tutur Haruna Soemitro.
Kompleksitas masalah yang akan dihadapi, khususnya pertanggung jawaban kita jika ada masalah yang timbul lebih kompleks. Karena semua risiko yang muncul akan menjadi beban dan tanggung jawab kita. Baik secara legal, moral, maupun sosial," imbuh Haruna.
Sejak PSSI menghentikan kompetisi pada Maret 2020, Direktur Madura United ini sosok pertama yang sangat getol menyuarakan agar musim ini disetop total dan mulai babak baru 2021.
"Sejak awal, saya kampanyekan agar kompetisi 2020 dihentikan total. Alasannya sederhana; membuat keputusan di tengah ketidakpastian berarti melawan ketidakpastian dengan kepastian, tentu tidak akan ketemu," ujarnya.
Haruna pun mengibaratkan kehidupan di tengah pandemi COVID-19 saat ini seperti orang sekarat yang hidupnya hanya ditopang dengan berbagai macam mesin agar bisa bertahan hidup.
"Sepak bola saat ini bukan kebutuhan pokok. Bahkan mungkin sudah jadi kehidupan mewah. Sehingga rakyat tidak lagi melihat sepak bola sebagai kebutuhannya. Tapi orang lebih sibuk menjaga kesehatan dan keselamatan pribadi serta mencari nafkah agar mampu bertahan," ucap Haruna Soemitro.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Haruna Terpaksa Menyerah
Mantan Manajer Persebaya itu juga menyebut penundaan Olimpiade Tokyo, PON Papua, dan ibadah haji tahun ini bisa jadi acuan.
"Dengan mengacu pada penundaan event dunia yang lebih besar, ini fakta realistis bahwa ada masalah yang lebih serius di samping semua itu. Yakni kesehatan dan keselamatan manusia. Jadi saya nilai level Liga 1dan 2 masih jauh dibanding even dunia tersebut," katanya.
Secara legal dan konstitusional, Haruna Soemitro mengungkap belum adanya pencabutan Kepres status darurat bencana non-alam dari Presiden Jokowi. "Jadi secara hukum, jika Kepres belum dicabut berarti status bencana non-alam masih berlaku. Dan, seharusnya kita patuhi Keppres itu," jelasnya.
Akhirnya Haruna Soemitro mengaku terpaksa harus menyerah, karena saat voting Exco PSSI lalu mayoritas anggota Exco setuju kompetisi dilanjutkan.
"Secara pribadi ini jadi kegelisahan saya. Tapi voting secara demokratis melalui suara terbanyak setuju kompetisi dilanjutkan. Vox populi, vox dei. Suara terbanyak, suara Tuhan. Maka saya menghormati apapun keputusan yang akan diambil," pungkasnya.
Advertisement