Bola.com, Makassar - Sosok Rahmad Darmawan lebih dikenal sebagai pelatih yang sukses meraih berbagai gelar di pentas sepak bola Indonesia. Pencapaian Rahmat bersama tim yang ditanganinya memang lengkap.
Rahmad Darmawan membawa Persipura Jayapura juara Liga Indonesia 2005 dan Sriwijaya FC musim 2007-2008. Bersama Sriwijaya juga, Rahmad tiga kali menggengam trofi juara Piala Indonesia, yakni pada 2007-2008, 2008-2009 dan 2010.
Baca Juga
Advertisement
Sementara di level tim nasional. Rahmad dua kali membawa skuat U-23 meraih medali perak Sea Games pada 2011 dan 2013. Secara personal, Rahmad juga pernah meraih penghargaan sebagai pelatih terbaik Piala Indonesia 2009.
Sederet prestasi di atas melambungkan nama Rahmad sebagai pelatih papan atas Tanah Air. Padahal, sebagai pemain, kiprah Rahmad terbilang lumayan, di mana ia termasuk pemain penting di Persija Jakarta era akhir 1980an dan awal 1990an.
Namanya pun masuk dalam Timnas Indonesia dalam sejumlah event. Termasuk persiapan kualifikasi Piala Dunia 1990 dengan menjalani pemusatan latihan di Jerman dan Belanda.
Nama Rahmad mulai mencuat ketika memperkuat tim Lampung pada PON 1985 di Jakarta. Dari multievent nasional itu, Rahmad masuk dalam pantauan tim Garuda 1.
"Ketika itu, saya masih berusia 18 tahun dan duduk di bangku SMA. Saya direkomendasi oleh coach Halilintar masuk tim Garuda 1," ujar Rahmad pada channel Youtube, Hamka Hamzah.
Tapi, proyek Garuda 1 tidak berlanjut. Selepas SMA, Rahmad ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru) IKIP Jakarta. Di IKIP yang sekarang berganti nama jadi Universitas Negeri Jakarta ini, Rahmad membela klub PS Mahasiswa yang bertanding di kompetisi internal Persija.
"Dari kompetisi itu, saya direkrut Persija dan masuk dalam program jangka panjang PSSI Junior," kenang Rahmad.
Rahmad pertama kali menembus skuat tim nasional senior ketika dipanggil mengikuti pelatnas persiapan menghadapi Merdeka Games di Malaysia pada 1998.
"Bangga dan senang sekali saat itu. Bayangkan saya bisa satu tim dengan pemain senior seperti Herry Kiswanto dan Ricky Yacobi."
Dari ajang itu, Rahmad secara reguler masuk dalam Timnas Indonesia. Termasuk saat Timnas Indonesia menjalani TC di Jerman dan Belanda.
"Sebenarnya saya enjoy sekali saat itu. Namun, di sana saya kena musibah. Lutut kanan saya cedera parah. Cedera itu membuat saya berhenti total dari sepak bola selama setahun," tutur Rahmad Darmawan.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fokus Kuliah dan Jadi Perwira TNI AL
Rahmad Darmawan melihat sisi positif dari cederanya itu. Ia lebih fokus menyelesaikan kuliah sembari memulihkan cederanya.
"Alhamdulillah kuliah tuntas dan cedera lutut saya membaik. Saya pun kembali bisa bermain untuk Persija," terang Rahmad.
Setelah menggengam ijazah sarjana, Rahmad ingin mewujudkan impiannya sejak kecil, yakni menjadi prajurit TNI. Ia pun mendaftarkan diri mengikuti seleksi sekolah perwira wajib militer dan diterima.
"Sebenarnya saat itu, saya mendapat panggilan Timnas Indonesia untuk Sea Games 1991 yang dilatih Anatoli Polosin. Tapi, saya memilih mengikuti menjalani pendidikan perwira di Akademi Militer Magelang," ujar Rahmad.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Magelang, Rahmad ditempatkan di Korps Marinir Angkatan Laut dan kembali memperkuat Persija. Pada 1992, Rahmad kembali memperkuat Timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Asia 1992 yang berlangsung di Singapura.
"Dari ajang itu, ada klub Malaysia (Army Force) ingin memakai jasa saya. Saat itu, saya tidak langsung setuju karena sebagai prajurit TNI, saya harus melapor dan meminta izin dulu ke kesatuan," tegas Rahmad.
Beruntung, Panglima TNI saat itu, Feisal Tanjung, memberi restu. Rahmad juga didukung penuh oleh EE Mangindaan, ketua PS ABRI. "Saya pun bermain di Liga Malaysia musim 1992-1993," ujarnya.
Tak lama berkarier di Liga Malaysia, Rahmad kembali ke Persija untuk tampil di Liga Indonesia 1994-1995. Dua musim membela Persija, Rahmat membuat keputusan mengejutkan dengan menerima tawaran Persikota Tangerang yang kala itu bermain di Divisi Dua (Liga 3) pada 1996.
"Banyak yang kaget saat itu karena usia saya masih 28 tahun dan masih layak bersaing di level atas. Tapi, saya tetap memilih memperkuat Persikota. Kebetulan saya juga adalah warga Tangerang," ungkap Rahmad.
Keputusan Rahmad terbukti benar. Ia menjadi bagian sukses Persikota promosi dari Divisi Dua ke Divisi Utama secara beruntun. Di klub berjuluk Bayi Ajaib ini pula, Rahmad mengawali karier sebagai pelatih dengan menjadi asisten Sutan Harhara di Persikota.
Advertisement