Sukses


Rahmad Darmawan, Pelatih Petualang dengan 2 Trofi Liga Indonesia dan 3 gelar Piala Indonesia

Bola.com, Makassar - Sejak memulai karier sebagai asisten pelatih Persikota Tangerang pada Liga Indonesia 1998, Rahmad Darmawan selalu menangani klub besar tanah air. Selepas menjadi pelatih kepala di Persikota Tangerang pada 2004, ia menerima tawaran manajemen Persipura Jayapura untuk menangani tim Mutiara Hitam menghadapi persaingan di Liga Indonesia 2005.

Sosok Rahmad Darmawan langsung menjulang dengan raihan trofi juara yang diraih Persipura musim itu. Dalam penyisihan Wilayah Timur, Persipura merontokkan dominasi PSM Makassar dengan menduduki peringkat teratas.

Begitu pun di Babak 8 Besar, Persipura melenggang dengan tiga kemenangan di grup yang juga dihuni oleh Persik Kediri, PSMS Medan, dan Arema Malang. Puncaknya di laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Persipura mengalahkan Persija Jakarta 3-2.

Persipura jadi juara Liga Indonesia 2005 setelah mengalahkan Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. (Bola.com/Dok. Persipura)

Sejatinya, usai membawa Persipura juara, Rahmad masih ingin menangani Boaz Solossa dan kawan-kawan.

"Tapi, saya mendadak diperintahkan pulang ke Jakarta oleh komandan. Dari disitulah, saya pertama kali menangani Persija," ujar Rahmad dalam channel youtube Hamka Hamzah.

Hanya semusim di Persija, Rahmad kembali bertualang dengan menerima tawaran manajemen Sriwijaya FC yang ingin memakai jasanya. Bersama klub Palembang inilah, nama Rahmad kian melambung dengan raihan trofi juara Liga Indonesia 2007-2008 serta 3 kali berjaya di Piala Indonesia pada 2007-2008, 2008-2009, dan 2010.

Dari Sriwijaya FC, ia kembali untuk kali kedua di Persija jelang musim 2010-2011 dengan pencapaian peringkat tiga pada akhir musim. Pada tahun yang sama, untuk kali pertama Rahmad menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia U-23 yang akan menghadapi Sea Games 2011. Dalam ajang ini, Timnas Indonesia U-23 hanya meraih medali perak setelah dikalahkan Malaysia lewat adu penalti.

Selepas Sea Games 2011, Rahmad menangani Pelita Jaya yang kemudian berganti nama menjadi Arema Cronus dan bermarkas di Malang. Sebelum ke Persija untuk kali ketiga pada musim 2015, Rahmad melatih Persebaya ISL yang kini berganti nama menjadi Bhayangkara FC di musim 2013-2014. "Dari Persija, saya mendapat tawaran melatih klub Malaysia, T-Team FC."

Pada momen itu, Rahmad membuat keputusan penting dengan mengajukan pensiun dini dari dunia kemiliteran.

"Kebetulan masa dinas saya sudah memenuhi persyaratan untuk mengajukan usulan itu. Sementara itu, saya juga ingin merasakan atmosfer Liga Malaysia sebagai pelatih setelah sempat menjadi pemain di Army Force," kata Rahmad Darmawan.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Kiat Bertahan Puluhan Tahun di level Atas

Pada kesempatan itu, Rahmad Darmawan mengungkapkan tidak punya kiat khusus mengapa dirinya selalu bertahan jadi pelatih klub level atas. Menurutnya, secara program, apa yang dilakukannya sama saja dengan pelatih lainnya.

"Dalam berkarier sebagai pelatih, saya menanamkan dalam hati agar selalu berusaha bekerja dengan baik dan bertanggung jawab," ungkap Rahmad.

Rahmad pun berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi tim. Termasuk, ketika melatih Madura United di Liga 1 2020. Saat kompetisi terhenti di tengah pandemi COVID-19, ia hanya meminta pemainnya lebih fokus menjaga kebugaran fisik.

"Program latihan mandiri pun disesuaikan dengan kondisi. Karena tidak semua pemain memiliki fasilitas latihan atau kondisi yang sama. Misalnya asupan gizi, karena latihan berlebihan juga bisa menurunkan imunitas tubuh," kata Rahmad yang rutin mengecek kondisi pemainnya lewat rekaman video.

Menurut Rahmad, sejatinya, ia hanya mewajibkan para pemainnya agar mengirim video tiap selasa dan jumat. "Tapi, ada juga yang setiap hari. Malah ada yang mengirim video latihan bersama di lapangan, seperti di Ambon," lanjutnya.

Kecintaan terhadap sepak bola membuat Rahmad belum berpikir untuk pensiun seperti yang pernah dilakukannya saat aktif di militer.

"Kondisinya berbeda. Kalau di TNI ada batas usianya. Beda di sepak bola. Sepanjang masih sehat tetap bisa jadi pelatih," tutur Rahmad.

Ia pun berencana kalau tak lagi terpakai di level atas, Rahmad tak masalah melatih klub bawah atau pemain usia muda.

"Bagi saya sepak bola adalah pengabdian. Saya juga masih menyimpan hasrat melatih Timnas Indonesia karena itu merupakan pengabdian kepada bangsa dan negara," pungkas Rahmad.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer