Bola.com, Solo - Mantan penjaga gawang Timnas Indonesia, Listianto Raharjo menyambangi rumah yang menjadi tempat lahirnya Pasoepati (suporter fanatik Persis Solo), Senin (22/6/2020). Ini sekaligus menjadi kesempatan pertamanya singgah di bangunan bersejarah yang berlokasi di wilayah Nusukan, Surakarta.
Kedatangannya untuk bernostalgia dengan suporter fanatik yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya. Seperti diketahui, pria yang kini menjadi asisten pelatih PSS Sleman ini pernah menjadi idola publik Solo oada medio 2000 hingga 2002.
Baca Juga
Advertisement
Listianto merupakan kiper andalan Pelita Jaya hingga hijrah ke Kota Bengawan dengan menjadi Pelita Solo. Pria yang akrab disapa Bejo itu membawa Pelita Solo langsung masuk babak delapan besar di Jakarta.
Banyak kenangan yang ia dapatkan selama berada di Pelita Solo, termasuk saat lahir dan membesarnya nama Pasoepati. Kelompok suporter ini memang lahir karena adanya Pelita di Solo. Dengan memilki singkatan awal bernama Pasukan Suporter Pelita Sejati yang disingkat Pasoepati.
Ia pun mendatangi rumah yang menjadi saksi lahirnya Pasoepati. Bejo, sapaan akrabnya pun ditemani oleh sesepuh sekaligus Presiden pertama Pasoepati, Mayor Haristanto. Ia melihat berbagai foto-foto dan bukti kenangan bersejarah Pasoepati.
"Kedatangannya saya ini karena ingin bernostalgia dengan Pasoepati. Terus terang meski rumah saya di Laweyan, Solo, saya baru kali ini main ke tempat lahirnya Pasoepati," ungkap Listianto Raharjo saat ditemui Bola.com.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kenangan Manis
Di Solo, Bejo begitu menikmati karier dan mendapat dukungan luar biasa dari fans. Meski lama bermain di Pelita Jaya, ketika pindah ke Solo, tim ini mendapatkan banyak pendukung bahkan mencapai puluhan ribu setiap tampil di Stadion Manahan.
Berbagai kenangan ia dapatkan, termasuk saat berada di tengah-tengah lautan Pasoepati dalam pertandingan di Manahan. Ia bercerita ada satu diantara momen istimewa yang sulit dilupakan saat menjadi idola Pasoepati.
"Sampai sekarang saya selalu ingat bagaimana militansi dan fanatisme Pasoepati. Setiap kali MC memanggil nama pemain dan pas nama saya, seisi stadion bergemuruh meneriakkan nama Bejo, Bejo, dan Bejo. Bikin merinding setiap mengingatnya," imbuhnya.
"Saya percaya Pasoepati semakin lama semakin dewasa dan kreatif. Harapan saya agar Pasoepati jangan pernah berhenti menjadi suporter yang atraktif, kreatif, dan dewasa. Sudah tidak zamannya lagi bertindak anarkis," jelas pria kelahiran Denpasar, Bali.
Advertisement