Bola.com, Semarang - PSIS Semarang mempunyai sosok pemain kunci yang juga menjadi masa depan klub maupun Timnas Indonesia. Adalah Septian David Maulana, pemain berusia 23 tahun yang masuk kategori seorang bintang, dengan pengalamannya sebagai pemain Timnas Indonesia.
Beruntung PSIS mampu membawa pulang satu di antara aset berharga yang juga merupakan putra daerah. Septian David Maulana memiliki peran cukup vital bagi permainan Laskar Mahesa Jenar.
Baca Juga
Duel Pelatih Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Paul Munster Pengalaman, Carlos Pena Memesona
Adu Gemerlap Pemain Asing Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Mewah! Panas di Tengah dan Depan
Sempat Diragukan, Lalu Bisa Kandaskan Arab Saudi: Yuk Bedah Taktik Timnas Indonesia, Kuncinya Perubahan Lini Depan
Advertisement
Lahir dan belajar bermain bola di wilayah Semarang, Septian David Maulana sempat berkelana di Mitra Kukar, Kalimantan Timur. Namun, akhirnya ia pulang dan membela PSIS yang merekrutnya pada awal musim 2019.
Bakat yang ditunjang pengalaman membuat Septian David Maulana menjadi bagian penting di skuat PSIS. Ia punya peran sebagai jenderal lapangan tengah, bahkan sesekali menjadi striker bayangan.
Benar saja, kehadirannya di skuat PSIS, membuat sisi penyerangan makin berwarna. Septian David bisa menggantikan peran duet Bruno Silva dan Hari Nur Yulianto ketika menemui kebuntuan.
Sebagai putra daerah di Semarang, Septian David langsung membuktikan bahwa PSIS tidak salah merekrutnya. Musim 2019, bersama Wallace Costa dan Hari Nur Yulianto, Septian mampu menjadi pencetak gol terbanyak di PSIS dengan koleksi enam gol. Tak hanya itu, ia juga mempersembahkan tiga assist.
Bola.com berkesempatan mewawancarai Septian David Maulana secara eksklusif, Kamis (25/6/2020). Ia bercerita banyak hal, seperti perjalanan kariernya hingga bisa bermain di PSIS. Serta cita-citanya untuk tim tanah kelahiran dan Timnas Indonesia.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tentang Awal Mula Sepak Bola dan SAD Uruguay
Bagaimana ceritanya Anda bisa berkecimpung di sepak bola saat usia dini?
Sejak kelas 4 SD, saya sudah ikut SSB di Jatidiri dan Baladika. Saya masih ingat dulu pernah waktu PSIS diperkuat Maman Abdurahman dan Muhammad Ridwan, sehabis latihan saya minta tanda tangan mereka.
Kemudian meniti karier mewakili Jawa Tengah untuk sebuah program latihan di Manchester. Kami lolos ke Jakarta, saya dinobatkan sebagai pemain terbaik dan yang memilih Yeyen Tumena. Kemudian saya dikontak beliau mengikuti Piala AFF U-14 asuhan coach Mundari Karya.
Setelah itu saya ikut Piala Pelajar U-15. Ada kesempatan ikut seleksi program SAD di Uruguay dan bisa masuk ikut ke sana kurang lebih satu tahun. Sepulangnya dari Uruguay, saya ikut PPLP Jateng di Salatiga.
Kemudian saya dipantau coach Indra Sjafri dalam laga di Pati, ada tiga pemain yang masuk ke Timnas U-19, saya ikut seleksi sampai persiapan akhir. Waktu itu masuk, tapi belum mendapatkan seragam karena saya mengalami cedera sampai tidak bisa bermain saat juara di Sidoarjo.
Waktu itu lumayan lama cederanya. Ketika Kualifikasi Piala AFC melawan Korea Selatan, baru sembuh. Lalu ikut Timnas pelajar U-18 tampil di Thailand, kemudian ikut Timnas U-19 lagi untuk Piala Asia.
Untuk karier profesional, klub pertama saya Mitra Kukar. Awalnya Persiba Balikpapan, namun saya langsung disodori kontrak empat tahun. Kemudian Mitra Kukar menawari setahun, saya berkonsultasi dengan orang tua dan sepakat mengambil Mitra Kukar.
Tiga musim saya membela Mitra Kukar, kemudian pulang kampung karena diminta bos Yoyok Sukawi untuk bergabung dengan PSIS sejak musim lalu sampai sekarang ini.
Anda pernah menimba ilmu ke Uruguay lewat program SAD, pengalaman apa yang didapatkan?
Kalau di Uruguay tempat latihannya berdekatan. Dari segi makanan, vitamin, cara latihan, semua lebih detail. Sebenarnya sama dengan yang ada di Indonesia, hanya di sana lebih detail. Lemparan ke dalam, tendangan sudut, strategi, semua dilatih dengan detail.
Semua memang sudah diatur, posisi pemain bertahan saat menghadapi sepak pojok itu bagaimana. Tapi, di Indonesia sekarang sudah ikut maju. Asupan makan sangat diperhatikan, setiap hari menunya itu-itu saja, ada vitamin juga, betul-betul diukur.
Skill pemain di sini nggak kalah sebenarnya, mungkin karena secara fisik orang Uruguay lebih kuat, semangatnya pun lebih besar.
Â
Advertisement
PSIS Semarang dan Timnas Indonesia
Apa pertimbangan Anda memilih PSIS Semarang dan meninggalkan Mitra Kukar?
Sebelum bergabung dengan PSIS, saya bicara sama orang tua, berdiskusi seperti apa yang lebih baik karena saat itu juga ada tim yang menawarkan kontrak juga yang secara nilai lebih besar.
Akhirnya karena saya asli orang Semarang, dekat dengan keluarga, saya pun memutuskan gabung PSIS. Semua pasti ingin bisa bermain di tim tanah kelahiran.
Bagaimana Anda melihat PSIS, termasuk suporternya?
PSIS sangat profesional. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Ada target jangka pendek jangka panjang. Pengelolaan klub lebih bagus dan bisa dilihat.
Suporter Semarang juga nggak perlu diragukan lagi. Main jauh dari Semarang saja begitu banyaknya yang hadir, apalagi nanti bisa main di Jatidiri. Saya sudah tidak sabar melihat atmosfer bermain di Stadion Jatidiri.
Apakah ada rencana bertahan lama atau bahkan pensiun di PSIS?
Kalau itu melihat situasinya lagi. Selagi PSIS masih membutuhkan saya, ngapain pindah klub. Selama PSIS masih menghargai saya, kenapa harus pindah.
Sampai sekarang saya merasa masih dihargai. Banyak yang bilang putra daerah tidak dihargai, tapi di PSIS tidak seperti itu. Hanya saja ke depan, tidak ada yang tahu. Biarkan mengalir saja, ikuti bagaimana nanti alurnya
Apakah ada momen istimewa yang sulit dilupakan saat berseragam PSIS maupun Timnas Indonesia?
Momen istimewa di Timnas Indonesia saat ajang Asian Games 2018 lalu. Melawan Uni Emirat Arab, laga yang luar biasa. Walaupun kalah, tapi semua pemain bekerja keras. Saat gol yang dicetak Stefano Lilipaly semua hampir menangis, perjuangannya tidak bisa dilupakan itu.
Kalau di PSIS, dua gol ke gawang Arema FC pada musim 2019. Dua gol saya cetak dan cukup berkesan.
Apa cita-cita sekaligus harapan anda selama memperkuat PSIS dan Timnas Indonesia?
Pasti saya ingin menjadi juara bersama Timnas Indonesia, semoga segera terwujud. Demikian juga di PSIS. Apalagi di klub kota kelahiran sendiri, pasti luar biasa rasanya. Semoga saja impian itu segera terwujud.
Â