Bola.com, Makassar - Kegagalan Timnas Indonesia meraih juara di Piala AFF 2010 tetap dikenang publik sepak bola Tanah Air sampai saat ini, termasuk Firman Utina, kapten skuat Merah-Putih pada ajang itu. Gelandang kelahiran Manado, 15 Desember, ini mengaku tidak bisa melupakan pengalaman pahitnya itu. Apalagi ada tudingan isu suap di balik kegagalan itu.
Pada channel youtube Rian Ekky Pradipta, Firman Utina secara blak-blakan bercerita seputar kegagalan itu. Termasuk kegagalan dirinya mengambil eksekusi penalti pada leg kedua melawan tim nasional Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta 29 Desember 2010.
Baca Juga
Duel Pelatih Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Paul Munster Pengalaman, Carlos Pena Memesona
Adu Gemerlap Pemain Asing Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Mewah! Panas di Tengah dan Depan
Sempat Diragukan, Lalu Bisa Kandaskan Arab Saudi: Yuk Bedah Taktik Timnas Indonesia, Kuncinya Perubahan Lini Depan
Advertisement
Pada partai ini, Indonesia butuh kemenangan lebih dari tiga gol setelah kalah 0-3 pada leg pertama di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, 26 Desember 2010.
Pada menit ke-18, Indonesia mendapat penalti. Firman bercerita, ia sebenarnya tidak siap secara fisik dan mental menjadi eksekutor. Apalagi, cedera lutut yang menderanya sejak semifinal belum pulih betul. Ia pun meminta Irfan Bachdim mengganti peran. Tapi, ternyata Irfan tidak berani. Begitu pun dengan Cristian Gonzales.
Sebelumnya, pelatih Alfred Riedl memang sudah menunjuk dua eksekutor penalti yang dipilih berdasarkan evaluasi dalam latihan yakni Firman dan Bambang Pamungkas. Bambang masih duduk di bangku cadangan, dan Firman yang jadi eksekutor utama.
"Tapi, coach Riedl juga berpesan ke saya, kalau kamu tidak siap, berikan ke pemain lain," ungkap Firman.
Ketika tidak ada yang siap, sebagai kapten, Firman pun harus bertanggungjawab dengan mengambil penalti itu. "Akhirnya saya kembali mengambil alih dan menjadi eksekutor, ternyata gagal," kenang Firman.
Seperti diketahui Timnas Indonesia hanya menang 2-1 pada leg kedua dan gagal meraih trofi juara. Meski mendapat penghargaan personal sebagai pemain terbaik Piala AFF 2010, Firman merasa dirinya gagal karena tidak mempersembahkan gelar buat Indonesia.
"Saya termasuk generasi yang gagal bersama Timnas Indonesia. Semoga generasi setelah saya bisa berprestasi lebih baik," harap Firman Utina.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cedera dan Tudingan Suap
Pada kesempatan itu, Firman Utina juga menepis tudingan isu yang membayangi kiprah timnas di Piala AFF 2010.
"Saya tegaskan, tidak ada satu pun dalam elemen tim, terutama pemain melakukan hal negatif itu. Bagi kami, bermain di tim nasional dan meraih pretasi adalah tujuan utama dalam karier sepak bola. Jadi tidak mungkin kami melakukan hal itu," tutur Firman.
Firman menambahkan, sebagai pelatih Riedl pun sangat memproteksi pemain. Ia merujuk kejadian di ruang ganti pemain setelah Timnas Indonesia mengalahkan Filipina dengan skor 1-0 dalam leg kedua semifinal di Stadion Gelora Bung Karno, 19 Desember 2010. Hasil itu memastikan tim merah putih lolos ke final dengan agregat 2-0.
Ketika itu, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid datang untuk memberi selamat. Tapi, Riedl langsung menyuruh Nurdin keluar. Nurdin yang tidak terima diperlakukan seperti itu meminta Iwan Budianto, manajer tim, bicara kepada Riedl. Tapi, pelatih berpaspor Austria itu bergeming.
"Coach Riedl bilang ke Pak Nurdin, tim ini wewenang saya. Kalau tim ini juara, kan Anda juga ikut sukses," kata Firman menirukan ucapan sang mentor.
Setelah Nurdin pergi, Riedl pun mengumpulkan pemain dan meminta melupakan kejadian itu. "Coach Riedl bilang, 'Setiap saat saya bisa pulang ke Austria. Tapi, kalian pemain, lahir dan meninggal di Indonesia, berikanlah yang terbaik buat negaramu'."
Firman pun menegaskan semua pemain punya tekad yang sama saat itu, yakni meraih juara. Firman merujuk dirinya yang tetap berusaha menjadi bagian dari tim meski secara medis, cedera lututnya terbilang parah.
Setiap tampil pada dua leg final, ia harus menjalani terapi khusus dan mendapat suntikan pada 20 titik untuk meredam sakit dan nyeri. "Sebenarnya tindakan itu bisa disebut bagian dari doping. Makanya saya baru buka sekarang," kata Firman.
Firman pun berharap jangan ada lagi mengaitkan kekalahan Timnas Indonesia dengan isu suap karena bisa berdampak psikologis buat pemain muda.
"Bisa saja mereka takut bermain di timnas karena bisa dituding macam-macam kalau kalah. Beruntung saat itu, mayoritas pemain di timnas Piala AFF 2010 adalah pemain yang memiliki mental kuat. Faktor Riedl juga berperan penting dalam hal ini," pungkas Firman.
Advertisement