Bola.com, Makassar - PSM Makassar pernah melakukan 'pemberontakan' terhadap PSSI pada 2011 silam. Kala itu, Juku Eja hengkang dari Liga Super Indonesia yang merupakan kompetisi resmi. Klub kebanggaan itu memilih bergabung ke Liga Primer Indonesia (LPI) yang bersatus breakaway league bersama Persibo Bojonegoro dan Persema Malang.
Peran PSM Makassar sangat sentral di LPI. Selain jadi klub tertua dengan tradisi juara di persepakbolaan Indonesia, hengkangnya PSM jadi tamparan keras buat PSSI yang dikendalikan Nurdin Halid sebagai ketua umum. Seperti diketahui, Nurdin adalah putra asli Sulawesi Selatan yang membawa Juku Eja yang dikelolanya meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Sebagai penghargaan, Konsorsium PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro mendatangkan pelatih asal Wim Rijsbergen untuk menangani Juku Eja. Ia menggantikan Robert Alberts yang memilih mundur setelah PSM hengkang ke LPI.
Rekam jejak Wim sebelum ke PSM terbilang lumayan. Sebagai pemain, Wim adalah andalan Belanda di Piala Dunia 1974 dan 1978. Ia juga bagian dari sukses Feyenoord juara Liga Belanda 1973-1974 dan Piala UEFA pada musim yang sama.
Karier kepelatihan Wim juga baik. Ia pernah menangani sejumlah klub di Liga Belanda, di antaranya, FC Volendam, NAC Breda, dan Groningen. Bersama Volendam, Wim menembus final Piala Belanda 1994-1995.
Wim juga pernah merasakan atmosfer Piala Dunia dengan menjadi asisten Leo Beenhakker di Timnas Trinidad and Tobago pada Piala Dunia 2006. Setelah Piala Dunia berakhir, ia dipercaya menjadi pelatih kepala Timnas Trinidad and Tobago.
PSM terkesan hanya jadi batu loncatan Wim menuju kursi pelatih Timnas Indonesia. Menangani PSM pada LPI musim 2011 yang dimulai 8 Januari dan berakhir Mei, Wim hanya mampu membawa skuatnya bertengger pada peringkat ketiga klasemen akhir. Seperti diketahui juara kompetisi dengan durasi singkat ini adalah Persebaya 1927.
Meski pencapaian PSM Makassar tidak terlalu baik pada LPI 2011, Wim ditunjuk menggantikan peran Alfred Riedl untuk memegang kendali timnas Indonesia sejak Juli 2011. Peran Wim di PSM pun dilakoni pelatih asal Kroasia, Petar Segrt.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gagal di Timnas Indonesia
Pengurus PSSI hasil KLB Solo awalnya sangat yakin Wim bisa membawa Timnas Indonesia berprestasi lebih baik dibandingkan Riedl yang hanya mampu membawa Indonesia meraih posisi runner-up di Piala AFF 2010.
Namun, dalam enam bulan masa baktinya, Wim Rijsbergen tidak menghadirkan prestasi. Ia gagal di babak awal kualifikasi Piala Dunia 2014. Total dalam 11 pertandingan di bawah arahannya, Indonesia mencatat dua kali menang, tiga kali seri, dan enam kali kalah. Semua di pertandingan resmi internasional.
Selama menangani Timnas Indonesia, Wim juga jadi sorotan. Sebagai pelatih, Rijsbergen sangat jarang memberi instruksi. Ia justru selalu terlihat asyik mencatat setiap kali kejadian di atas lapangan.
Hubungannya dengan sejumlah pemain Timnas Indonesia pun tidak harmonis. Hal itu yang memicu opini negatif publik, ditambah lagi Timnas Indonesia tidak menunjukkan permainan yang mumpuni. Wim diberhentikan PSSI pada Januari 2012.
Selepas dari Timnas Indonesia, Wim yang dikontrak konsorsium LPI sempat menangani Persibo Bojonegoro. Belakangan, Wim menangani tim nasional Kepulauan Solomon sejak 2019 silam.
Advertisement